Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Poster Film Until Dawn (IMDb)

Kalau ada tontonan yang bikin selalu penasaran sekaligus deg-degan setengah mati, itu adalah film horor yang bermain-main dengan konsep time loop. Apalagi kalau dibalut atmosfer pegunungan sunyi, kabut tebal, dan penginapan tua yang menyimpan rahasia kelam. Dan Film Until Dawn yang diadaptasi dari game keluaran PlayStation, benar-benar membawa semua elemen itu ke layar lebar dengan cara yang menyiksa. Tentu saja—dalam arti yang menyenangkan untuk para penikmat horor.

Film yang disutradarai David F. Sandberg (pernah bikin Film Lights Out dan Film Annabelle - Creation) sedang tayang di bioskop Indonesia kesayanganmu. Dengan latar belakang horor supernatural yang kuat, Sandberg bisa dibilang cocok banget buat menangani proyek adaptasi ini. 

Gimana dengan kisahnya? Sini kepoin bareng!

Sekilas tentang Film Until Dawn

Cerita dibuka dengan Clover (diperankan Ella Rubin), seorang remaja yang berusaha mencari kakaknya, Melanie (Maia Mitchell), yang menghilang secara misterius. 

Bersama empat temannya—Max (Michael Cimino), Nina (Odessa A’zion), Megan (Ji-young Yoo), dan Abel (Belmont Cameli)—Clover mengikuti jejak terakhir Melanie ke sebuah penginapan terpencil yang berada di pegunungan bersalju.

Penginapan itu dikelola pria tua aneh bernama Dr. Hill (Peter Stormare, yang juga memerankan karakter ini di versi game-nya). Namun, sejak malam pertama mereka menginap, hal-hal aneh mulai terjadi. Mereka dihantui mimpi buruk yang terasa terlalu nyata, dihantui makhluk-makhluk yang nggak bisa dijelaskan, dan satu demi satu, mereka mati.

Namun, mereka terbangun kembali—di hari (malam) yang sama.

Ya, mereka terjebak dalam siklus waktu. Setiap malam mereka harus menghadapi versi baru dari horor yang lebih kejam dari sebelumnya. Jika gagal bertahan hingga fajar, mereka akan kembali ke awal. Dan satu-satunya jalan keluar adalah menemukan apa yang sebenarnya terjadi dengan Melanie dan dengan tempat itu.

Impresi Selepas Nonton Film Until Dawn

Film adaptasi game? Asli, aku sempat skeptis. Apakah film ini cuma akan jadi fan service? Atau malah kehilangan ruh asli dari game yang penuh pilihan moral dan ketegangan psikologisnya? Namun ternyata, ‘Until Dawn’ versi layar lebar ini punya nyawanya sendiri.

David F. Sandberg membangun atmosfernya dengan pas. Nuansa hening, dingin, dan isolasi pegunungan benar-benar bikin suasana makin meresahkan. Bayangin deh, satu detik kamu mendengar bisikan halus di lorong gelap, dan detik berikutnya kamu dikejar sesosok makhluk dengan wajah hancur dan mata melotot.

Yang aku suka, konsep time loop di sini nggak cuma gimmick. Setiap pengulangan malam, lapisan baru dalam cerita, dan jenis horornya berubah-ubah. Kadang berasa nonton slasher, kadang kayak horor supernatural, kadang jadi body horror yang bikin mual. Kreatif banget! Dan tiap versi malamnya membangun karakter-karakter yang terasa makin terjebak secara mental, bukan cuma fisik.

Keberhasilannya menjaga pacing tetap ketat, tanpa membiarkan penonton merasa bosan meski ceritanya berulang, salut banget sih. Setiap "ulang malam" ngasih informasi baru, pilihan baru, dan misteri yang makin dalam. 

Kalau ada kekurangannya, mungkin dari segi kedalaman karakter yang kurang maksimal, terutama buat yang belum familier dengan versi game-nya. Beberapa karakter juga terasa kurang digali, tapi itu bisa dimaklumi karena tuntutan durasi.

Dan ya, kalau Sobat Yoursay mengharapkan ending yang benar-benar menutup semua misteri, kamu mungkin akan merasa sedikit kecewa. Intinya, jangan berekspektasi berlebihan dan nikmati saja setiap sajian yang ditawarkan. 

Skor: 3/5

Athar Farha