Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rana Fayola R.
Lee Mujin. (Instagram/morilla_lmj)

Sebagai penyanyi yang dikenal dengan suara lembut dan memiliki khas tersendiri, Lee Mujin kembali membuktikan kulitasnya dalam menyampaikan emosi lewat lirik-lirik penuh makna. Ordinary Confession merupakan contoh sempurna tentang bagaimana kejujuran dapat dibalut kesederhanaan.

Dengan suara yang menenangkan dan teknik vokal yang stabil, Lee Mujin membawa pendengarnya menyelami rasa takut, ragu, dan penuh harap yang muncul saat seseorang ingin jujur pada perasaannya.

Selain easy listening, lagi ini juga relate dengan kisah banyak orang. Maka bukan hal mengherankan lagi jika Ordinary Confession mudah diterima penikmat musik internasional.

Liriknya tidak rumit, tetapi justru di situlah kekuatannya. Kata demi kata yang dirangkai penyanyi muda itu terasa seperti percakapan nyata dari seseorang yang sedang berusaha menyusun keberanian untuk bicara jujur tentang pengakuan cinta.

Ulasan Lagu Ordinary Confession

Diresapi dari segi musikal, Ordinary Confession dibawakan dengan nada yang ringan dan sedikit menggemaskan. Aransemennya tidak berlebihan, dan di sisi lain turut memberikan ruang bagi vokal Lee Mujin untuk bersinar dan mengalirkan emosi yang ia inginkan.

Lagu ini mengangkat tema cinta yang sangat umum, yakni tentang cinta dalam diam. Bagi banyak orang, perasaan itu hadir saat dekat dengan seseorang yang sudah dianggap sahabat. Namun ketika rasa tersebut tumbuh lebih dalam, mengungkapkannya terang-terangan adalah keputusan yang sulit.

Lee Mujin menggambarkan situasi tersebut dengan sangat lembut dan ‘ngena’. Ia tidak merefleksikan patah hati besar atau air mata berlebihan. Melainkan adanya suasana harap-harap cemas dari seseorang yang ingin menyampaikan perasaannya dengan jujur, tanpa menberi tekanan atau beban terhadap orang terkasih.

Ada nuansa zona friendzone yang tak bisa dihindari. Ordinary Confession seperti curhat dari seseorang yang telah lama menunggu, lalu diam-diam berharap bahwa hubungan mereka bisa berubah tanpa kehilangan kedekatan yang sudah terjalin sebelumnya.

Ini tercermin melalui salah satu penggalan lirik yang berbunyi, "Apakah ada waktu sebentar? Apakah aku bisa bertemu denganmu?" Kalimat tersebut memang sederhana, tetapi membawa rasa yang dalam tentang kerinduan, rasa takut, dan keinginan untuk menjadi lebih dekat.

Berbagai karya Lee Mujin memang tidak pernah terasa rumit. Namun kesederhanaannya membuat makna menjadi lebih terasa. Ordinary Confession juga berbicara tentang keberanian untuk mengungkapkan, walau tentu ada berbagai risiko.

Single itu turun menunjukkan dinamika tarik-ulur dalam hubungan. Saat mendekat, ada rasa takut. Saat menjauh, ada kerinduan. Kemudian di tengah semua itu, harapan kecil tetap menyala bahwa pengakuan ini bisa membawa hubungan ke arah yang baru.

Pendekatan yang digunakan Lee Mujin jauh dari kesan agresif. Ia tidak menuntut atau menekan, hanya sekadar ingin jujur. Meski di baliknya muncul harapan bahwa kejujurannya akan diterima dengan hangat.

Melalui lagu itu, Lee Mujin pun ingin menyampaikan bahwa memendam perasaan terlalu lama bisa menyakitkan. Kejujuran adalah jalan satu-satunya agar hati bisa lega dan hubungan memiliki arah walau terkadang cukup menakutkan.

Ordinary Confession hadir sebagai pengingat bahwa bahkan cinta yang paling sederhana pun layak untuk diperjuangkan. Lee Mujin mengajak pendengar mengumpulkan keberanian untuk berkata jujur daripada hanya diam dalam ketidakpastian.

Seperti Lee Mujin, semoga kita semua bisa memiliki cukup keberanian untuk menyampaikan cinta dengan cara yang paling tulus, tanpa harus melebih-lebihkan. Dengan makna yang mendalam dan melodi nyaman didengar, Ordinary Confession merupakan lagu yang sangat layak dimasukkan dalam playlist sehari-hari kamu!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Rana Fayola R.