Buku yang membuat saya langsung jatuh hati ini covernya berwarna hijau tosca. Terdapat gambar vas bunga dan ornamen sederhana di atas meja, plus bingkai foto dengan gambar penulisnya, Ustaz Ahmad Al-Habsyi yang lagi tersenyum, perpaduan yang menurut saya membangkitkan kesan sejuk dan sesuai dengan tema buku ini, yaitu cara menciptakan surga di rumah.
Isi di dalamnya juga tidak kalah sejuk. Mulai dari layout dengan font yang menjadikan sejuk di mata, serta bahasa penuturannya yang khas Ustaz Ahmad. Selama membacanya, saya seolah-olah mendengar beliau sedang bertausiah dengan gaya khasnya, sehingga penuturan buku ini pun jadi terasa mengasyikkan.
Buku ini dibagi menjadi lima bagian. Di bagian pertama, saya sudah dibuat lama merenung dan bermuhasabah mengenai surga terdekat yang ada di rumah kita sendiri, yakni orang tua kita. Orang tua adalah langkah yang akan membawa kita melalui jembatan ke arah surga.
Pada bagian ini, Ustaz Ahmad bercerita sewaktu ia diundang oleh seorang Menteri untuk mengisi pengajian, namun bersamaan dengan itu pula, ibunya tengah jatuh sakit. Mana yang harus diutamakan?
Suatu saat ia diundang oleh seorang Menteri untuk mengisi pengajian di kantornya. Sebelum hari pelaksanaan, Bapak Menteri sampai dua kali meneleponnya, hanya untuk mengingatkan soal acara di kantornya sore hari itu.
"Dinda, jangan lupa acara Abang ya?" Bapak Menteri mengingatkan.
Siang itu, seperti biasa Ustaz Ahmad menelepon sang ibu hanya untuk menanyakan kabar dan meminta restu beliau.
Dari nada suara ibunya, Ustaz Ahmad merasa beliau sebetulnya kurang sehat. Ia pun telepon sang kakak. Dari kakaknya ini ia dapatkan kabar bahwa ibunya sakit dan hanya Ustaz Ahmad yang dapat merayunya untuk dibawa ke dokter.
Ustaz Ahmad yang paling tidak tenang saat mendengar kabar buruk tentang Uminya itu, akhirnya siang itu juga ia terbang ke Palembang hanya untuk membujuk Uminya.
Di depan sang ibu, Ustaz Ahmad sampaikan bahwa untuk sampai ke Palembang ia membatalkan undangan Bapak Menteri. Ibundanya pun mau dirayu dan bersedia dibawa ke dokter.
Besoknya Ustaz Ahmad menelpon Bapak Menteri sambil meminta maaf. Ia sampaikan pula bahwa ia menggagalkan undangan karena sang ibu mendadak sakit dan harus dibawa ke dokter. Ia menyatakan kalau ibunya adalah segala-galanya.
Tanpa diduga, di ujung telepon terdengar isak tangis Bapak Menteri. Dengan nada terbata-bata Bapak Menteri merespons.
"Terima kasih. Dik, kamu sudah menyadarkan saya. Saya baru tahu orang tua itu mahal setelah tiada."
"... Kamu sudah benar, paling benar. Panggilan orang tua itu segala-galanya, Dik," sambung Bapak Menteri.
Ternyata esok harinya. Bapak Menteri datang ke rumah Ustaz Ahmad. Usai meminta maaf, Bapak Menteri mengeluarkan amplop tebal dan menyerahkannya kepada Ustaz Ahmad.
"Apa-apaan nih, Bang?" tanya Ustaz Ahmad separuh heran.
"Terima kasih, Dik," ujarnya.
"Walaupun antum tidak hadir di tempat ana, tetapi materi singkat yang antum sampaikan lewat telepon itu yang menusuk hati. Ada sedikit rezeki, Dik, ambil buat antum."
Saat Bapak Menteri pergi, Ustaz Ahmad buka amplopnya. Ternyata dolar Singapura.
Hikmah terpenting dari kisah di atas, yaitu kunci rahasia dalam hidup ini adalah mendahulukan bakti kepada orang tua. Perhatian dan kasih sayang kepada mereka harus jadi prioritas utama di atas hubungan dengan siapa pun.
Semua dosa itu dibalas oleh Allah kelak di hari kiamat, kecuali dosa mendurhakai orang tua. Karena, sesungguhnya Allah (juga) akan membalasnya ketika ia masih hidup.
Kalau sudah begini, hidup kita akan selalu berlimpah berkah, termasuk materi. Kalau kita sudah bersyukur dan tanggung jawab kepada orang tua, kita akan lebih bisa bertanggung jawab dengan hubungan atau tugas-tugas lainnya.
Di akhir bahasan buku ini, Ustaz Ahmad mengajak kita untuk memuliakan orang tua demi kesuksesan kita bersama. Ia ajak kita untuk membangun keyakinan tentang siapa dan apa kedudukan orang tua kita, sehingga kita memang wajib dan perlu memuliakan diri mereka.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Ada Surga di Rumahmu
Penulis: Ustaz Ahmad Al-Habsyi
Penerbit: Noura Books (PT Mizan Publika)
Cetakan: I, Juni 2014
ISBN: 978-602-385-831-6
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Re: dan Perempuan: Kisah Sunyi yang Paling Berisik di Hati
-
Perjuangan Ibu demi Susu Anak dalam Buku Perempuan yang Berhenti Membaca
-
Menyesuaikan Diri Terhadap Perubahan Hidup dalam Buku "Adaptasi"
-
Ulasan Novel Three Days to Remember: Tentang Hati yang Mau Menerima Kembali
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
Ulasan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
-
Review Film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Drama Romansa Penuh Dilema
-
Ulasan Novel Take Me for Granted: Menemukan Rasa Bahagia di Antara Luka
Terkini
-
Di Balik Trending Topic: Standar Ganda dalam Cerita Perceraian Tasya Farasya
-
Komunitas Seni sebagai Terapi Kota: Ketika Musik Menjadi Ruang Kelegaan
-
Resmi Menikah! Selena Gomez dan Benny Blanco Gelar Pesta Bertabur Bintang
-
Sekolah Membunuh Rasa, Lalu Apa Kabar Kreativitas Kita?
-
Real atau AI? Foto Pratama Arhan dan Putri Azzralea Ramai Dibahas Warganet