Buku dengan judul Pedagang Peci Kecurian ini ditulis oleh Suyadi. Kita kenal pria yang lahir di Jember pada 28 November 1932 itu sebagai Pak Raden yang menciptakan bentuk boneka pada film seri Boneka Si Unyil.
Suyadi mengawali karir sebagai ilustrator (1952), kemudian berkembang menjadi pelukis (1968). la pernah mendapat beasiswa belajar animasi di Paris (1960-1964) dan pernah mendalang di Paris menggunakan bahasa Perancis dan Inggris (1961-1964).
Suyadi telah menulis sekitar 25 judul buku anak dan membuat ilustrasi untuk 150 buku. la dikenal dengan gambar hitam-putih dengan garis-garis yang kuat, yang mencerminkan manusia Indonesia.
Suyadi wafat di Jakarta, 30 Oktober 2015. Sampai akhir hidupnya ia tetap melukis, membuat sketsa, dan buku anak. la hanya ingin disebut sebagai "tukang gambar". Sebab dari menggambar itulah ia dikenal sebagai pelukis, pembuat film animasi, penulis buku anak, pembuat komik, pembuat boneka, dan pendongeng.
Saat berkisah tentang sekelompok kera usil yang mengganggu pedagang peci ini, kita kembali ingat sosok Pak Raden ketika bertutur kisah menarik melalui film seri Si Unyil.
Dikisahkan, pada hari yang panas. seorang pedagang peci berjalan membawa dagangan. la akan menjual peci-pecinya ke kota. Namun, ia kelihatan letih sekali, sedangkan jarak yang akan ditempuh masih jauh.
Tak lama kemudian ia sampai di pinggir sebuah hutan yang lebat, penuh dengan pohon-pohon yang rimbun daunnya. Ia berpikir di bawah pohon rimbun itulah tempat yang baik baginya untuk melepas lelah. Dan, masuklah si pedagang peci ke dalam hutan.
la berhenti di bawah sebatang pohon yang rindang. Kedua bakul yang berisi peci-peci diletakkannya di tanah, dan ia pun duduk di bawah pohon yang teduh itu.
Tak lama kemudian, ia tertidur nyenyak sekali. la tak sadar apa yang terjadi di sekelilingnya.
Sekelompok kera merangkak di pohon yang tinggi. Lalu meloncat dari satu dahan ke dahan lainnya. Sekelompok kera itu mengamati gerak-gerik si pedagang peci. Mereka ingin melihat apa isi bakul di bawah pohon, dekat orang yang tidur.
Ketika melihat pedagang peci tidur dengan nyenyak, kera-kera itu pun dengan hati-hati mendekatinya. Turunlah kera-kera itu dari atas pohon. Ada yang merangkak, ada yang meluncur pada akar tunggang, ada yang melompat-lompat turun ke bawah, dan ada pula yang berayun-ayun dari satu dahan ke dahan yang lain.
Sampailah kera-kera itu ke tempat si pedagang peci. Dengan hati-hati, mereka membuka-buka bakul yang penuh dengan peci. Mereka keluarkan semua isinya.
Kera-kera itu mengenakan peci di atas kepala masing-masing. Alangkah girangnya mereka. Kera yang satu mematut-matut dirinya, yang lain berlagak sebagai tuan besar. Bermacam-macam kelakuan hewan-hewan jenaka itu.
Karena ramainya kera-kera itu bermain dengan peci masing-masing, maka si pedagang menjadi terbangun. la membuka matanya, dan melihat sekawanan kera di sekelilingnya.
Terbuka matanya lebar-lebar, melihat kera-kera itu masing-masing mempunyai sebuah peci di kepala. la menoleh ke bakulnya. Alangkah terkejutnya, ia melihat kedua bakulnya telah kosong.
Melihat bahwa si pedagang peci tersentak bangun, mereka lari tunggang-langgang meninggalkan si pedagang. Kera-kera itu lari, ke tempat mereka semula, di atas pohon. Di atas dahan-dahan tinggi yang tak terjangkau oleh tangan si pedagang peci, mereka duduk dengan senangnya, masing-masing mempunyai peci di kepala. Sementara si pedagang peci tak berdaya.
la mencoba meminta kembali barang-barangnya. la panggil kera-kera itu, ia bujuk-bujuk, ia menggerak-gerakkan tangan, mulut, dan badannya. Suaranya berdesis-desis, meminta-minta. Tapi, apa yang diperbuat oleh kera-kera jail itu? Mereka meniru gerak-gerik si pedagang peci.
Si pedagang peci kesal hatinya. Sambil bertolak pinggang ia menengadahkan mukanya. la memandang dengan marah ke arah kera-kera itu. Dan serentak pula kera-kera itu bertolak pinggang, meniru sikap si pedagang peci. la membelalakkan matanya, kera-kera itu melakukan hal yang sama. la memaki-maki, dan kera-kera itu meniru dengan cara mereka.
Tak kering akal. Pedagang peci akhirnya meraih peci yang dipakai, lantas membanting pecinya ke tanah. Dan kera-kera jail itu, mereka dengan serempak pula membanting peci-peci ke tanah. Maka, berjatuhanlah peci-peci itu ke bawah.
Inilah yang diharapkan si pedagang peci. Dengan cepat-cepat disambarnya peci-peci yang jatuh di tanah dan dimasukkannya kembali ke dalam bakulnya.
Peci-peci itu dihitungnya kembali. Untung masih lengkap, tak ada satu pun yang kurang. Lega hati si pedagang peci. Disusunnya kembali peci-peci itu ke dalam bakulnya, disandangnya pikulan ke atas bahunya, dan dengan langkah yang riang gembira ia melangkah ke luar hutan. la meneruskan perjalanannya menuju kota.
Sementara kera-kera usil itu, karena tidak panjang akal, mereka telah kehilangan apa yang dikira sudah menjadi milik mereka. Hehehe... keusilan kera ternyata kalah sama pikiran cerdas manusia.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Pedagang Peci Kecurian
Penulis: Suyadi
Penerbit: Mizan Publika (Anggota IKAPI)
Cetakan: I, 2017
ISBN: 978-602-385-199-7
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Utamakan Kepentingan Ibu daripada Menteri dalam Buku Ada Surga di Rumahmu
-
Ulasan Novel Re: dan Perempuan: Kisah Sunyi yang Paling Berisik di Hati
-
Perjuangan Ibu demi Susu Anak dalam Buku Perempuan yang Berhenti Membaca
-
Menyesuaikan Diri Terhadap Perubahan Hidup dalam Buku "Adaptasi"
-
Ulasan Novel Three Days to Remember: Tentang Hati yang Mau Menerima Kembali
Ulasan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
-
Review Film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Drama Romansa Penuh Dilema
-
Ulasan Novel Take Me for Granted: Menemukan Rasa Bahagia di Antara Luka
Terkini
-
Di Balik Trending Topic: Standar Ganda dalam Cerita Perceraian Tasya Farasya
-
Komunitas Seni sebagai Terapi Kota: Ketika Musik Menjadi Ruang Kelegaan
-
Resmi Menikah! Selena Gomez dan Benny Blanco Gelar Pesta Bertabur Bintang
-
Sekolah Membunuh Rasa, Lalu Apa Kabar Kreativitas Kita?
-
Real atau AI? Foto Pratama Arhan dan Putri Azzralea Ramai Dibahas Warganet