Ada film-film dokumenter yang hanya menginformasikan sepintas lalu, sebatas kasih info berikut liputan wawancara. Namun, ada juga yang menggetarkan, membekas, selain cuma disuapi informasi yang bikin penonton duduk diam cukup lama sampai kredit akhir bergulir, seperti halnya dengan ‘Black Box Diaries’ yang tayang di KlikFilm.
Disutradarai Shiori It (jurnalis investigatif) asal Jepang, film ini nggak hanya menampilkan kisah personalnya yang memilukan, tapi juga jadi semacam ‘kotak hitam’ yang menyimpan rekaman paling gelap dari sebuah sistem yang gagal melindungi perempuan.
Diproduksi Little Stones dan Rise Films, dokumenter berdurasi ±103 menit ini dirilis pada 2024 dan langsung menyedot perhatian kritikus maupun dalam festival film.
Film ini bahkan dinominasikan di Critics Choice Documentary Awards 2024 untuk kategori Best True Crime Documentary, dan juga masuk dalam daftar Top 5 Documentaries versi National Board of Review. Selain itu, film ini juga dinominasikan di Oscar 2025 untuk Best Documentary Feature. Gokil banget!
Siapa sih yang terlibat dalam film dokumenter ini? Sebagai dokumenter personal, ‘Black Box Diaries’ menampilkan:
- Shiori It sebagai dirinya sendiri
- Noriyuki Yamaguchi (melalui rekaman arsip)
- Shinzo Abe (melalui rekaman arsip)
Film ini pun disusun dan digarap sepenuhnya sama Shiori It, dan memilih untuk nggak bersembunyi di balik kamera, melainkan tampil dengan segala kerentanannya di depan publik. Asli, berani dan tangguh banget!
Sekilas tentang Film Black Box Diaries
‘Black Box Diaries: mengikuti perjalanan pribadi Shiori It dalam mengungkap kebenaran atas kekerasan seksual yang dialaminya pada tahun 2015. Pelakunya adalah Noriyuki Yamaguchi, sosok figur media ternama di Jepang yang punya koneksi kuat dengan tokoh politik penting, termasuk Perdana Menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe.
Melalui arsip rekaman, wawancara, rekaman pribadi, dan dokumentasi hukum, Shiori It membongkar bagaimana sistem hukum, budaya patriarkal, serta media Jepang nggak berpihak pada korban kekerasan seksual.
Film ini adalah kronik dari perjuangannya bertahun-tahun demi pengakuan dan keadilan, dimulai dari laporan yang nggak digubris, tuntutan balik dari pelaku, hingga keputusan pengadilan yang akhirnya memihak padanya.
Dari sepak terjang dokumenter ini, bisa dibilang turut berkontribusi pada dorongan publik untuk merevisi UU kekerasan seksual di Jepang. Ya, pada 2023, Jepang memang merevisi definisi hukum tentang pemerkosaan agar lebih melindungi korban, dan Shiori It dianggap sebagai salah satu pemicu perubahan ini.
Impresi Selepas Nonton Film Black Box Diaries
Ketika pertama kali nonton Black Box Diaries, aku nggak tahu akan seberapa dalam film ini menguliti kasusnya , termasuk seberapa dalam menyentuh hatiku.
Sejak menit-menit awal, ketika rekaman CCTV memperlihatkan Shiori It dalam kondisi lemah dan diseret ke hotel sama si pelaku, aku tahu ini dokumenter yang nggak bakal nyaman ditonton. Ya, filmnya jujur, mentah, dan menolak untuk diperhalus.
Yang membuat aku benar-benar terpaku bukan hanya keberanian Shiori It dalam menelanjangi traumanya, tapi caranya menyusun narasi sebagai seorang jurnalis.
Di satu sisi, Shiori It korban, tapi di sisi lain, dia juga adalah penyelidik utama dari kasusnya sendiri. Dia merekam proses pelaporan, tekanan dari masyarakat, pengabaian dari kepolisian, dan tuntutan balik dari pelaku yang merasa nama baiknya tercemar.
Aku ikutan emosi pas melihat bagaimana hukum di Jepang saat itu (sebelum direvisi) masih mengandalkan definisi usang soal pemerkosaan: Harus ada ‘kekerasan fisik’ yang terbukti.
Nggak cukup hanya kehilangan kesadaran dan adanya jejak DNA. Rasanya absurd, tapi itulah kenyataan yang dihadapi banyak perempuan di sistem hukum yang nggak berpihak pada mereka.
Satu adegan yang sangat membekas di benak aku adalah ketika ada petugas bilang, “Tanpa bukti yang kuat, masa depanmu bisa hancur.” Kalimat itu lebih terdengar seperti ancaman ketimbang empati.
Dan ‘Black Box Diaries’ tampil nggak cuma soal luka. Ini juga tentang perjuangan, solidaritas, dan bagaimana kebenaran tetap bertahan, bahkan ketika seluruh sistem mencoba menguburnya.
Ketika Shiori It mengadakan konferensi pers dan menunjukkan wajahnya, meski banyak yang menyuruhnya untuk bersembunyi, itu bukan sekadar keberanian. Itu adalah bentuk kontrol. Ya, Shiori It mengambil kembali narasi tentang siapa dirinya.
Yang paling menyayat buat aku adalah bagian di mana Shiori It menerima pesan dari sosok perempuan: “Kalaupun kamu berkata jujur, aku tetap merasa kasihan pada pria yang kamu tuduh.”
Di situ, aku sadar, nggak peduli sekeras apa seorang korban berbicara, ada sebagian masyarakat yang akan terus mempertanyakan integritasnya.
Eh, tapi, ada juga momen yang menghangatkan. Ada petugas hotel yang menyaksikan kejadian malam itu bersedia menjadi saksi. Lewat telepon, dia berkata: “Aku ingin kamu bersyukur bahwa akulah yang bertugas malam itu.” Shiori It pun menangis, membungkuk dalam-dalam meski lelaki itu nggak bisa melihatnya.
Sebagai film, ‘Black Box Diaries’ memang nggak sempurna secara teknis di awal. Gambar yang goyah, audio yang kadang nggak stabil. Begitulah apa adanya.
Namun, seiring berjalannya waktu, kamera menjadi lebih stabil, narasi lebih tajam, emosinya lebih terbuka. Seolah-olah aku kayak lagi menyaksikan seseorang membangun dirinya kembali.
‘Black Box Diaries’ mungkin akan sulit ditonton, tapi wajib ditonton sih. Bukan cuma karena penting secara sosial, tapi karena ini adalah salah satu bentuk paling jujur dari jurnalisme personal. Shiori It mengajak kita menyelami luka terdalamnya, tanpa sensor, tanpa tabir, dan justru karena itu, film ini terasa begitu kuat.
Skor: 4/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Film Holly: Tenang di Permukaan tapi Gelisah di Dalam
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Konflik Agraria yang Menggetarkan dalam Film Seribu Bayang Purnama
-
Review Film Tornado: Perjalanan Visual dan Cerita yang Mengalir Lambat
-
Review Film Fear Street - Prom Queen: Pembantaian Malam Pesta yang Melempem
Artikel Terkait
-
Nikita Mirzani Main Santet, Sinopsis Film Syirik: Dayang Laut Selatan yang Segera Tayang di Bioskop
-
Review Film Tornado: Perjalanan Visual dan Cerita yang Mengalir Lambat
-
Lupakan Horor, Film Believe Hadirkan Pengalaman Perang yang Beda: Tak Hanya Dentuman Senjata
-
Sinopsis The Ugly Stepsister, Ketika Kisah Cinderella Tak Seindah dalam Dongeng
-
Alasan Luna Maya Tertarik Bintangi Film Jalan Pulang
Ulasan
-
Curug Balong Endah, Pesona Air Terjun dengan Kolam Cantik di Bogor
-
Wonwoo SEVENTEEN Ungkap Pesan Cinta yang Tulus Lewat Lagu Solo 99,9%
-
First Impression Good Boy: Aksi Seru, Visual Keren, dan Cerita Bikin Nagih
-
Ulasan Don Quixote: Perjalanan Ksatria Gila dan Khayalannya
-
SHINee Ring Ding Dong: Anthem Ikonik K-Pop saat Cinta Datang Tak Diundang
Terkini
-
10 Rekomendasi Drama China yang Memakai Kata "Legend" pada Judulnya
-
Doyoung Usung Tema Yakin dan Percaya di Highlight Medley Album Soar Part 3
-
Jackson Wang Ungkap Rasa Sakit Jalani Hubungan Toksik di Lagu Hate To Love
-
Mainan Anak dan Stereotip Gender: Antara Mobil-mobilan dan Boneka
-
Sutradara Pastikan Doctor Doom Tak Muncul di Fantastic Four: First Steps