Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Erlita Novitania
Novel Kang Ojol: The Last Stop (Dok. Pribadi/Erlita Novitania)

Novel Kang Ojol: The Last Stop karya Dian Yustyaningsih bukan sekadar kisah tentang pengemudi ojek online. Lebih dari itu, novel ini adalah potret kerasnya realitas hidup masyarakat kelas bawah, dibungkus dengan gaya bertutur yang mengalir, jenaka, dan penuh emosi.

Cerita berpusat pada Dhaharendra, pemuda dengan latar belakang sederhana yang terpaksa menunda kuliahnya karena sang ayah, Baskara, mengalami stroke. Dengan hanya bermodalkan ijazah SMA, Dhaharendra mencoba bertahan hidup demi membantu keluarganya. Setelah mempertimbangkan berbagai pekerjaan, ia memilih menjadi tukang ojek online meski minim pengalaman.

Perjalanan Dhaharendra dimulai dengan berbagai kejadian lucu, absurd, bahkan mistis. Salah satu momen yang mengesankan adalah ketika ia harus menjemput penumpang misterius di daerah yang dikenal angker. Penumpang berwujud wanita berkebaya merah itu ternyata makhluk halus yang membuat pengalaman ojek pertamanya tak terlupakan. Kisah ini kemudian ia unggah di media sosial, yang ternyata membuatnya viral dan membuka pintu rezeki baru sebagai kreator konten.

Namun, Kang Ojol: The Last Stop bukanlah cerita yang sekadar menghibur. Novel ini penuh kritik sosial yang menyentil birokrasi pemerintah yang tidak adil dalam menyalurkan bantuan, serta menggambarkan kesenjangan dalam akses layanan kesehatan dan pendidikan. Lewat karakter Dhaharendra, pembaca diajak melihat bagaimana perjuangan rakyat kecil seringkali terbentur oleh sistem yang memihak pada "orang dalam".

Dian Yustyaningsih juga sukses menggambarkan dinamika sosial sesama pengemudi ojek online. Karakter-karakter pendukung seperti Bang Mumun, Icha, dan Tominse membuat cerita semakin berwarna. Mereka tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi masing-masing memiliki konflik dan latar belakang yang kuat, dari kasus penyiraman air keras hingga jeratan pinjaman online karena kecanduan judi.

Kisah semakin memanas saat nama baik Dhaharendra tercoreng akibat tuduhan pelecehan seksual dari seorang influencer bernama Nikita. Tuduhan ini direkayasa dan disebarkan di media sosial dengan video yang sudah diedit. Akibatnya, Dhaharendra kehilangan pekerjaan, penghasilannya turun drastis, bahkan akun YouTube-nya ditinggalkan banyak subscriber.

Namun, semangat pantang menyerah Dhaharendra membuat cerita ini begitu menginspirasi. Bersama Janitra, penumpang yang kemudian menjadi dekat dengannya, dan Jenggala, seorang pengacara, ia berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Proses pencarian bukti, penyelidikan latar belakang Nikita, hingga perjuangan mendapatkan akses CCTV menjadi bagian paling mendebarkan dari novel ini.

Dian tidak hanya menyuguhkan cerita yang penuh konflik, tetapi juga memperlihatkan sisi kemanusiaan tokohnya. Adegan-adegan emosional antara Dhaharendra dan ibunya, Arumi, menunjukkan bahwa di balik semangat yang kuat, ada luka dan kelelahan yang dipendam. Kedekatan Dhaharendra dengan adiknya, Samudra, dan ketulusannya dalam merawat Baskara juga menjadi penyeimbang antara kerasnya hidup dan kehangatan keluarga.

Konflik mencapai klimaks saat semua bukti sudah dikumpulkan dan Jenggala menggelar konferensi pers. Kebenaran akhirnya terungkap, dan Dhaharendra dibersihkan namanya. Ia kembali diterima masyarakat dan justru makin dikenal karena kisah perjuangannya yang menyentuh hati.

Menurut saya, Kang Ojol: The Last Stop adalah novel yang sarat makna dan menyuarakan realita sosial yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Penulis tidak hanya menghadirkan kisah perjuangan yang menyentuh, tapi juga memberikan kritik sosial yang cerdas dan tajam. Ceritanya menyentuh, karakternya kuat, dan alurnya mengalir dengan rapi. Ini adalah bacaan yang tak hanya menghibur, tetapi juga membuka mata dan hati pembaca. Novel ini sangat layak dibaca oleh siapa pun yang ingin memahami lebih dalam tentang perjuangan rakyat kecil, arti solidaritas, dan pentingnya memperjuangkan kebenaran di tengah derasnya arus media sosial.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Erlita Novitania