Novel "The Shark Caller" karya Zillah Bethell, sebuah kisah petualangan yang memukau dan penuh makna. "The Shark Caller" berlatar di sebuah desa pesisir di Papua Nugini, tempat di mana tradisi dan modernitas saling bersinggungan.
Kisah ini mengikuti perjalanan Blue Wing, seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama Siringen, seorang penyeru hiu tradisional. Blue Wing bertekad untuk mempelajari seni memanggil hiu demi membalas dendam atas kematian orang tuanya yang disebabkan oleh seekor hiu bernama Xok.
Blue Wing digambarkan sebagai sosok yang kuat, penuh semangat, namun juga diliputi oleh kesedihan dan amarah. Keinginannya untuk menjadi penyeru hiu bukan hanya didorong oleh dendam, tetapi juga oleh hasrat untuk memahami dan menghormati tradisi leluhurnya.
Siringen, sebagai penjaga tradisi, menolak mengajarkan seni memanggil hiu kepada Blue Wing karena khawatir amarahnya akan menyalahgunakan kekuatan tersebut. Ia mewakili generasi yang berusaha menjaga warisan budaya di tengah arus perubahan zaman.
Kehadiran Maple, putri dari seorang profesor Amerika yang datang untuk meneliti terumbu karang, menambah dinamika dalam cerita. Awalnya, hubungan antara Blue Wing dan Maple dipenuhi ketegangan dan kesalahpahaman, mencerminkan benturan budaya antara tradisi lokal dan pandangan luar.
Seiring waktu, Blue Wing dan Maple mulai memahami satu sama lain, menyadari bahwa mereka berbagi rasa kehilangan dan kesedihan. Persahabatan mereka berkembang menjadi ikatan yang kuat, menunjukkan bahwa empati dan pengertian dapat menjembatani perbedaan budaya.
Novel ini mengeksplorasi tema kehilangan, rasa bersalah, dan pengampunan dengan cara yang mendalam. Baik Blue Wing maupun Maple harus menghadapi masa lalu mereka dan belajar untuk memaafkan, baik diri sendiri maupun orang lain.
Zillah Bethell menggambarkan keindahan alam Papua Nugini dengan detail yang memukau. Pembaca dapat merasakan atmosfer desa pesisir, laut yang luas, dan kehidupan masyarakat lokal melalui deskripsi yang hidup dan autentik.
Penggunaan bahasa Pidgin Papua dalam dialog dan narasi menambah kedalaman budaya dalam cerita. Hal ini memberikan nuansa lokal yang kuat dan memperkaya pengalaman dalam membaca.
Novel ini juga menyoroti konflik antara pelestarian tradisi dan tekanan modernisasi. Kedatangan peneliti asing dan perubahan dalam masyarakat lokal mencerminkan tantangan yang harus dihadapi komunitas tradisional di era globalisasi.
Selain tema-tema emosional, "The Shark Caller" juga menawarkan elemen misteri dan petualangan yang seru untuk diikuti. Pencarian harta karun dan rahasia yang tersembunyi menambah ketegangan dan daya tarik dalam cerita.
Ilustrasi yang dibuat oleh Saara Katariina Söderlund memperkaya narasi dengan visual yang indah dan menggambarkan suasana cerita secara efektif. Novel ini berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami dan menghormati budaya lain, serta kekuatan pengampunan dan persahabatan dalam menyembuhkan luka batin.
"The Shark Caller" cocok untuk pembaca usia 9 tahun ke atas, menawarkan cerita yang mendalam namun tetap dapat diakses dan relevan bagi pembaca muda maupun anak-anak.
Pengalaman Zillah Bethell yang tumbuh di Papua Nugini memberikan autentisitas pada setting dan budaya yang digambarkan dalam novel.
"The Shark Caller" adalah novel yang kaya akan emosi, budaya, dan petualangan. Dengan karakter yang kuat, setting yang memukau, dan tema yang mendalam, novel ini menawarkan pengalaman membaca yang tak terlupakan dan menginspirasi pembaca untuk merenungkan pentingnya tradisi, pengampunan, dan persahabatan.
Identitas Buku
Judul: The Shark Caller
Penulis: Zillah Bethell
Penerbit: Usborne
Tanggal Terbit: 1 Februari 2021
Tebal: 400 Halaman
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel The Friend Zone: Pilihan Sulit Antara Cinta dan Mimpi
-
Ulasan Novel Where Loyalty Lies: Perjalanan Menemukan Jati Diri
-
Ulasan Novel Icing on the Murder: Rahasia Gelap di Balik Kue Pengantin
-
Ulasan Novel Mrs Spy: Perempuan Biasa dengan Misi Mematikan
-
Ulasan Novel Friends That Break Us: Ketika Persahabatan Lama Menjadi Luka
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel di Balik Jendela: Rahasia Trauma yang Tersembunyi dalam Isolasi
-
Ulasan Don Quixote: Perjalanan Ksatria Gila dan Khayalannya
-
Ulasan Novel The Outsider: Sisi Lain Keadilan dalam Misteri Pembunuhan
-
Ulasan Novel Black Cake: Rekaman Suara dan Sejarah Pilu Eleanor
-
Ulasan Buku Abundance: Mengulik Politik Pembangunan di Amerika
Ulasan
-
Review Film The Exit 8: Ketakutan Nyata di Lorong Stasiun yang Misterius
-
Membaca Ulang Kepada Uang: Puisi tentang Sederhana yang Tak Pernah Sederhana
-
Review Film Siccin 8: Atmosfer Mencekam yang Gak Bisa Ditolak!
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
-
Kisah Manis Pahit Persahabatan dan Cinta Remaja dalam Novel Broken Hearts
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Keponakan Prabowo, Ini Profil Rahayu Saraswati yang Mundur dari DPR
-
Bukan Sekadar Coretan, Inilah Alasan Poster Demo Gen Z Begitu Estetik dan Berpengaruh
-
Nabung Itu Wacana, Checkout Itu Realita: Melihat Masalah Nasional Gen Z
-
Bukan Cuma Anak Menkeu, Ini Sumber Kekayaan Yudo Sadewa yang Dihujat Netizen
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat