Pernahkah Sobat Yoursay merasa asing bahkan terhadap dirimu sendiri? Merasa tersesat, dan satu-satunya petunjuk arah justru datang dari orang asing yang sama-sama kehilangan arah?
Perasaan itulah yang (mungkin) didapat saat menonton ‘Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal’, buatan Adriyanto Dewo yang tayang perdana sebagai film pembuka di Jakarta Film Week 2024, lalu di JAFF ke-19. Saat ini sudah tayang komersil di bioskop Indonesia sejak 5 Juni 2025.
Film ini diproduksi Adhya Pictures dan Relate Films, dan mempertemukan sederet bintang ternama dalam perfilman Indonesia: Jerome Kurnia, Putri Marino, Jourdy Pranata, Kiki Narendra, hingga Lutesha.
Lokasinya bukan di Jakarta atau Jogja, melainkan Seoul, Korea Selatan! Keren lho. Bukan tanpa alasan, karena negeri ginseng ini jadi ‘tanah asing’ yang mencerminkan kebingungan batin para karakter.
Bercerita tentang apa sih film ini? Yuk, kepoin bareng!
Sekilas tentang Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal
Menarik deh, bila kisahnya diambil dari sudut pandang Rey.
Ceritanya tuh, Rey (diperankan Jerome Kurnia), imigran gelap di Korea Selatan yang bekerja serabutan untuk bertahan hidup. Setiap hari, dia harus waspada dari kejaran polisi imigrasi, menjadikan hidupnya seperti permainan petak umpet yang nggak pernah selesai.
Suatu hari, Rey bertemu dengan Wyn (Putri Marino), yang dilanda kebingungan setelah kekasihnya Dani (Jourdy Pranata) tiba-tiba ‘ghosting’ dari kehidupan dan komunikasi, nekat terbang ke Korea untuk mencarinya
Dalam keterpaksaan, Rey membantu Wyn mencari Dani.
Ketika mereka akhirnya menemukan Dani, bukan jawaban yang mereka temukan, tapi justru pertanyaan baru: Tentang hubungan, tentang luka, dan tentang keberanian melepaskan.
Ya, seperti yang bisa kita duga, perjalanan itu bukan cuma soal menemukan orang lain, melainkan juga menemukan diri sendiri dan menemukan makna cinta. Ups.
Impresi Selepas Nonton Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal
Sebagai penonton yang terbiasa dengan film yang punya struktur plot yang jelas dan penuh konflik besar, aku awalnya sempat bertanya-tanya: "Ke mana arah film ini?"
Namun, begitulah cara Adriyanto Dewo bercerita, bukan sutradara yang terburu-buru. Lewat film-film sebelumnya: ‘Mudik’, ‘Tabula Rasa’, dan ‘One Night Stand’, diabsudah terbukti nyaman dengan ritme lambat yang mementingkan suasana dan pengendapan emosi.
Dan ya, ‘Sampai Jumpa, Selamat Tinggal’ pun begitu. Film ini berjalan dalam tempo medium, mengalir seperti sungai yang tenang tapi arus bawahnya kuat.
Bisa dibilang, ini bukan film yang cocok buat Sobat Yoursay yang mencari sensasi, tapi sebenarnya ini bisa sangat memuaskan buat yang bersedia duduk tenang dan ikut tenggelam dalam suasana batin yang ditawarkan.
Satu di antara daya tarik utama film ini, ada pada sinematografinya. Kamera menyusun bingkai-bingkai indah yang memanfaatkan gemerlap malam Korea Selatan sebagai panggung sunyi bagi karakter-karakternya. Jalanan sepi, lampu neon, dan warna dingin jadi gambaran dari kehampaan batin Rey dan Wyn.
Rey, yang terus kabur dari kenyataan dan hukum, seolah-olah terkurung dalam lingkaran tanpa ujung. Sedangkan Wyn, yang awalnya merasa punya misi jelas, perlahan sadar apa yang dia cari belum tentu layak ditemukan. Jelas ya, film ini tentang penerimaan dan keberanian untuk memulai langkah baru, meski masih terluka.
Oke deh. Aku menyukai cara film ini membawaku ke dalam ruang hening para karakternya. Namun, aku juga merasa film ini kehilangan daya dorong di pertengahan.
Atmosfer yang tadinya meditatif mulai terasa monoton. Karakter-karakter utama baru mengalami perkembangan signifikan menjelang babak akhir, dan menurutku, dinamika itu bisa dimunculkan lebih awal agar penonton nggak diterpa kebosanan.
Untungnya, babak ketiga film ini berhasil menebus itu semua. Ketika lapisan-lapisan luka mulai dikupas, aku diajak lebih dalam mengenal siapa sebenarnya Rey dan Wyn. Mereka, nggak cuma dua orang yang tersesat di negeri asing, tapi dua manusia yang tengah mencoba pulang, entah ke mana.
Dan buatku, itu lebih dari cukup.
Skor: 3,3/5
Baca Juga
-
Review Film Tenung: Drama Keluarga dan Teror Gaib yang Melelahkan?
-
Review Film Ruang Rahasia Ibu: Kupas Misteri Selepas Duka
-
Review Film Julie Keeps Quiet: Yang Memilih Nggak Terlalu Banyak Bicara
-
Review Film Tak Ingin Usai di Sini: Saat Cinta Diam-Diam Harus Rela Pergi
-
Yuk, Sambut Komedi-Aksi Film Agen +62!
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Life After You: Keikhlasan dan Cinta Sejati dalam Situasi Perang
-
Desa Wisata Kelor, Tempat Wisata Edukasi dengan View Pedesaan Asri
-
Review Film Tenung: Drama Keluarga dan Teror Gaib yang Melelahkan?
-
Konsep Burning Platform untuk Raih Kesuksesan di Buku 'Berubah atau Punah'
-
Teka-Teki Terakhir: Novel Indonesia Rasa Terjemahan yang Penuh Kehangatan
Terkini
-
4 Ide OOTD Clean Look ala Lim Yoona SNSD, Simpel tapi Bikin Pangling!
-
Five Nights at Freddy's 2 Dipastikan Tak Ulang Kesalahan Film Pertama
-
Tampil Girly All Day dengan 6 Mix and Match Outfit Rok ala Natasha Wilona
-
Raja Ampat di Simpang Jalan: Kilau Nikel atau Pesona Alam?
-
MIMPI di Belantara Jambi: Mahasiswa Ubah Harapan Masyarakat Suku Anak Dalam