Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Athar Farha
Poster Film Tenung (IMDb)

Ada sesuatu yang selalu menarik (dan jujur saja, kadang melelahkan) ketika nonton film horor Indonesia yang berangkat dari dunia supranatural ciptaan Risa Saraswati dan Dimas Tri Aditiyo. Kali ini, MD Pictures bekerja sama dengan Pichouse Films kembali menghadirkan salah satu kisahnya ke layar lebar lewat ‘Tenung’, film terbaru arahan Rizal Mantovani yang tayang sejak 5 Juni 2025 di bioskop. 

Setelah sukses dengan banyak film horor di masa lalu, Rizal Mantovani kembali membawa kita ke dunia teror, kutukan, dan serangan gaib yang menyerang satu keluarga. Apakah hasilnya memuaskan? Yuk, simak bareng!

Sekilas tentang Film Tenung

Kisah Film Tenung mengenai Ira (Aisyah Aqilah), gadis muda yang selama bertahun-tahun merawat ibunya, Linda (Ony Seroja Hafiedz), yang mengalami gangguan kejiwaan akibat praktik ilmu hitam. 

Di tengah keputusasaan dan rasa sayang yang rumit, Ira dan kakaknya, Ari (Emir Mahira), terus berjuang merawat sang ibu yang nggak lagi bisa membedakan realita dengan halusinasi.

Namun, segalanya berubah ketika Linda akhirnya meninggal dunia. Sayangnya, kematian itu bukanlah akhir, melainkan awal dari segala teror.

Saat jenazah Linda dilompati seekor kucing hitam sebelum pemakaman, dia tiba-tiba bangkit, tapi bukan sebagai dirinya yang dulu. Sejak saat itu, keluarga Ira mulai mengalami kejadian-kejadian ganjil dan menakutkan, membuat Ira harus menghadapi kenyataan pahit.

Menarik memang, tapi ….

Impresi Selepas Nonton Film Tenung

Jujur saja, di awal film, aku sempat merasa ini akan jadi tontonan horor yang berbeda. Pendekatan emosional antara Ira dan ibunya digarap cukup serius. Hubungan anak dan orangtua yang penuh luka, beban masa lalu, dan perasaan bersalah terasa menyentuh dan manusiawi. Ini adalah bagian terbaik dari film Tenung. Bahkan, aku sempat mengira film ini akan bermain di ranah drama psikologis dengan nuansa horor sebagai pelengkapnya.

Sayangnya, begitu memasuki babak kedua, semua nuansa drama itu mendadak hilang begitu saja. Film ini berubah arah jadi parade jumpscare. Ada pocong, kucing hitam, bisikan mistis, dan penampakan tanpa konteks yang dilempar ke penonton begitu saja. Seolah-olah ingin menakut-nakuti tanpa benar-benar peduli apakah itu masuk akal atau nggak.

Musik latar bisa jadi senjata pamungkas dalam menciptakan suasana mencekam. Eh, sayangnya, di ‘Tenung’, scoring yang digunakan justru terasa malas dan repetitif. Beberapa efek suara bahkan diputar ulang berkali-kali. Bukannya merasa takut, aku justru terganggu dan akhirnya lelah sendiri.

Satu hal yang juga terasa mengganjal, terkait bagaimana karakter-karakter di film ini nggak diberikan arah yang jelas. Ira, Ari, bahkan tokoh-tokoh pendukung lainnya seperti nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya bereaksi terhadap kejadian aneh, tapi tanpa upaya yang konkret untuk menyelidiki atau memahami sumber masalah. Akibatnya, aku sebagai penonton juga sulit merasa terhubung. Rasa penasaran yang seharusnya tumbuh justru redup karena aku nggak diajak berpikir atau merasakan misteri bersama mereka.

Sebagai sutradara yang sudah berpengalaman di genre horor (Jelangkung, Kuntilanak), Rizal Mantovani sebenarnya punya rekam jejak yang kuat. Sayangnya di Film Tenung, dia kayak terjebak dalam pola yang sama. Nggak ada kejutan baru dari sisi penyutradaraan. Semua terasa seperti potongan dari film-film lamanya, hanya dikemas ulang dengan cerita berbeda. 

Naskah dari Alim Sudio dan Widi Lestari pun terasa kurang matang. Konflik berkembang secara datar, tanpa lapisan-lapisan menarik yang membuatku ingin menggali lebih dalam.

‘Tenung’ bukanlah film horor yang buruk secara total, tapi juga bukan oke banget. Ini semacam sajian horor setengah matang yang sempat menjanjikan lewat dramanya, tapi akhirnya tenggelam dalam ketergantungan formula klise.

Buat Sobat Yoursay yang masih penasaran dengan dunia Risa Saraswati, mungkin Film Tenung bisa jadi tontonan sekali lewat. 

Skor: 2,5/5

Athar Farha