Bayangkan sejenak jika tokoh-tokoh besar dalam sejarah diberikan kesempatan untuk melangkah keluar dari jejak takdir yang telah ditulis untuk mereka—apakah mereka akan tetap memilih jalan yang sama, ataukah mereka akan memilih untuk hidup lebih bebas, mengejar hasrat, dan menjelajahi dunia dengan cara yang berbeda?
Inilah premis yang ditawarkan oleh Jane, novel debut karya Rachel Givney, yang diterjemahkan dengan sangat baik oleh Hasanah Putri Melati dan diterbitkan pertama kali oleh Mahaka Publishing pada tahun 2021. Dalam novel ini, kita diajak berpetualang dengan salah satu tokoh sastra paling terkenal sepanjang masa: Jane Austen.
Namun, kali ini, Jane Austen yang kita kenal bukanlah sosok penulis legendaris yang telah menciptakan dunia sastra yang tak lekang oleh waktu—melainkan seorang wanita muda yang penuh keraguan, kebingungan, dan bertanya-tanya tentang pilihan hidupnya.
Menghadapi Dunia Modern: Jane Austen dalam Perjalanan Waktu
Ceritanya dimulai di Bath, Inggris, pada tahun 1803. Jane Austen, yang masih muda dan penuh semangat, tengah bergelut dengan tekanan sosial yang sangat besar untuk menikah. Saat itu, karya-karyanya belum diterbitkan, dan ia berada dalam dilema besar antara mengikuti tuntutan zaman atau tetap berpegang pada mimpinya untuk menulis.
Meski dikenal cerdas dan tajam dalam menulis, Jane merasa terperangkap dalam harapan keluarga dan masyarakat yang menginginkan dirinya untuk segera menikah. Namun, sebuah kejadian misterius mengubah hidupnya. Secara tiba-tiba, dengan cara yang hampir tak masuk akal, Jane Austen menemukan dirinya berada di masa kini—tahun 2020, tepatnya—dalam dunia yang sangat berbeda dari yang pernah ia kenal.
Di dunia modern, Jane bukan hanya bingung dengan kemajuan teknologi seperti ponsel pintar dan es krim rasa aneh, tetapi ia juga terpesona dengan kenyataan bahwa karya-karya yang belum ia tulis—seperti Pride and Prejudice dan Sense and Sensibility—telah menjadi bagian dari kanon sastra yang tak lekang oleh waktu. Lebih dari itu, Jane bertemu dengan Sofia Wentworth, seorang aktris Hollywood yang sedang terlibat dalam pembuatan film adaptasi Northanger Abbey, salah satu karya pertama Austen.
Sofia, dengan pesona dunia modernnya, memperkenalkan Jane pada segala hal yang ia anggap luar biasa: media sosial, kenyamanan modern, dan, tentu saja, dunia yang penuh dengan kesempatan. Tapi, di antara semua keajaiban ini, Jane juga bertemu dengan Fred, saudara Sofia yang menawan, yang membangkitkan rasa cinta dalam dirinya—rasa cinta yang tidak pernah ia harapkan.
Namun, seperti halnya kisah cinta yang rumit, kehadiran Fred bukan tanpa komplikasi. Jane mendapati dirinya berada di tengah-tengah dilema besar: apakah ia akan memilih untuk tetap tinggal di dunia modern bersama Fred dan mencintainya, ataukah ia harus kembali ke masa lalu untuk memastikan bahwa karya-karya penulisannya tidak hilang dari sejarah?
Seiring dengan berkembangnya cerita, Jane mulai menyadari bahwa setiap pilihan yang ia buat akan mempengaruhi tidak hanya kehidupan pribadinya, tetapi juga masa depan karya sastra yang telah mengubah banyak kehidupan pembaca di seluruh dunia.
Cinta vs. Warisan: Konflik yang Menggugah
Di sinilah inti dari cerita Jane terletak. Novel ini bukan hanya sebuah kisah romansa biasa, tetapi sebuah meditasi tentang cinta, pilihan hidup, dan warisan. Rachel Givney dengan cerdas menyelipkan tema-tema besar tentang perjuangan perempuan dalam mengejar impian mereka, melawan ekspektasi sosial, dan memilih antara memenuhi harapan orang lain atau mengikuti suara hati.
Dalam setiap halaman, kita dapat merasakan kegelisahan Jane yang terperangkap antara keinginan untuk menemukan cinta sejati dan kecintaannya yang lebih besar pada dunia penulisan.
Di satu sisi, dunia modern menawarkan segala hal yang ia impikan—kebebasan, kesempatan untuk menjalin hubungan yang penuh gairah, dan rasa diterima dalam sebuah dunia yang sangat berbeda dari masa lalu. Di sisi lain, kembali ke masa lalu berarti kehilangan warisan sastra yang akan ia tinggalkan.
Konflik ini terasa sangat manusiawi dan relevan dengan banyak orang. Siapa yang tidak pernah merasa terjebak antara memilih jalan yang sudah jelas dan aman atau mengambil risiko untuk mengejar sesuatu yang lebih besar namun penuh ketidakpastian?
Di sinilah kekuatan utama novel ini: Givney mampu menggambarkan dilema moral yang besar dengan cara yang mudah dipahami namun tetap mendalam. Ia tidak hanya menonjolkan aspek romansa dalam cerita ini, tetapi juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang identitas, pengorbanan, dan apa yang sebenarnya kita hargai dalam hidup kita.
Keberhasilan dalam Menghadirkan Tokoh Ikonik dengan Sentuhan Manusiawi
Salah satu pencapaian besar dalam novel Jane adalah bagaimana Givney mampu menghidupkan tokoh Jane Austen dalam bentuk yang sangat manusiawi. Kita tidak hanya melihat Jane sebagai penulis legendaris, tetapi sebagai seorang wanita muda yang penuh kebingungan, penuh pertanyaan, dan sangat rentan.
Meskipun ia adalah seorang wanita yang cerdas dan berpengetahuan luas, ia tetap berada dalam ketidakpastian yang dirasakan banyak orang dalam hidup mereka—khususnya wanita di era modern yang terus berjuang dengan tekanan sosial dan tuntutan untuk menjadi "seseorang."
Melalui pengalaman pribadi Jane yang beradaptasi dengan dunia modern, Givney juga menunjukkan bagaimana sesungguhnya masa depan kita—baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari warisan budaya—tergantung pada keputusan-keputusan yang kita buat, sekecil apa pun itu. Menghidupkan kembali Jane Austen dalam bentuk yang lebih manusiawi dan penuh keraguan membuat kita lebih mudah terhubung dengan karakternya dan, pada akhirnya, lebih menghargai karya-karyanya yang abadi.
Melewati Kekurangan: Beberapa Aspek yang Bisa Ditingkatkan
Meskipun novel ini memiliki kekuatan yang luar biasa dalam hal tema dan karakter, tentu ada beberapa aspek yang bisa diperbaiki. Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa karakter-karakter modern, seperti Sofia dan Fred, tidak seutuhnya berkembang dengan baik. Mereka kadang terasa lebih sebagai alat narasi daripada karakter yang mandiri dan penuh kedalaman.
Selain itu, beberapa bagian cerita juga terasa agak terburu-buru, terutama menjelang klimaks novel, di mana Jane harus membuat keputusan besar mengenai masa depannya.
Namun, kekurangan ini tidak mengurangi pesona cerita secara keseluruhan. Justru, hal ini menyoroti betapa ambisiusnya proyek ini—Givney berusaha untuk memadukan romansa, humor, dan dilema sejarah dalam satu cerita yang menuntut banyak pengorbanan. Kekurangan ini pun masih dapat dimaafkan, mengingat kompleksitas tema yang diangkat.
Penutup: Sebuah Surat Cinta bagi Waktu, Cinta, dan Sastra
Jane adalah sebuah karya yang memikat, penuh dengan humor, kecerdasan, dan rasa humanisme yang kuat. Lebih dari sekadar kisah tentang seorang penulis legendaris yang melakukan perjalanan waktu, novel ini adalah sebuah kisah tentang keputusan, tentang bagaimana kita, sebagai manusia, memilih jalan hidup kita.
Apakah kita memilih untuk mencintai, untuk menjalani hidup dengan penuh kebebasan, ataukah kita memilih untuk berkorban demi sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri?
Bagi siapa saja yang mencintai sastra, perjalanan waktu, atau sekadar ingin membaca sebuah novel yang menggugah hati, Jane adalah pilihan yang tak boleh dilewatkan.
Rachel Givney berhasil membawa kita ke dalam dunia Jane Austen dengan cara yang segar dan tak terduga, sekaligus mengingatkan kita bahwa kisah-kisah besar dalam sejarah seringkali dimulai dari pilihan-pilihan kecil yang kita buat hari ini.
Baca Juga
-
Antara Luka dan Harapan: Mengupas Nilai Unik di Balik 'Desiran Angin Laut'.
-
Loveliest Misfortune: Realita Pernikahan Jarak Jauh yang Bikin Baper
-
Saat Kita Jatuh Cinta: Tentang Luka yang Mengajari Kita Mencinta Lagi
-
Novel Christopher's Lover: Ketika Cinta Tumbuh di Antara Saudara Tiri, Salahkah?
-
Novel Humaira & Alfarisi: Cinta yang Bertahan dalam Diam
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Novel Deessert, Masalah Cinta yang Belum Selesai
-
Pantai Mengiat, Tampilkan View Alam Indah dengan Hamparan Pasir Putih Luas
-
Ulasan Lovely Runner: Kisah Fans Fanatik yang Relate dan Bikin Iri
-
Review Film Moonfall: CGI Mengesankan tapi Naskah Mengecewakan
-
Ulasan Novel Journal of Terror: Kisah Prana Bersama Roh-Roh Penasaran
Terkini
-
6 Rekomendasi Film Buat Kamu yang Sedang Merasa Gagal, Bikin Bangkit Lagi!
-
Icy Bby oleh Moon Byul: Bandingkan Perasaan Cinta dengan Segarnya Es Krim
-
Dihajar Vietnam 4-0, Timnas Putri Indonesia U-19 Tinggalkan Banyak PR Besar
-
5 Anime Terbaik Dapat Ditonton usai Tamatkan My Happy Marriage Season 2
-
Nasi Bungkus, Ayah, dan Kenangan yang Tak Pernah Usai