"Journal of Terror: Kembar" adalah novel horor fiksi yang ditulis oleh Sweta Kartika, seorang penulis dan ilustrator berbakat asal Indonesia. Novel ini mengangkat kisah supranatural yang dikemas dalam bentuk jurnal pribadi milik seorang remaja bernama Prana.
Kisah-kisah yang ia catat di jurnalnya tidak biasa, karena berisi pengalaman berinteraksinya dengan makhluk-makhluk dari dunia lain. Dengan gaya naratif yang khas, Sweta berhasil menyuguhkan ketegangan, keharuan, dan kedalaman psikologis yang memikat pembaca.
Cerita berpusat pada Prana, seorang anak yang mendapat kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan makhluk gaib setelah peristiwa traumatis yang berkaitan dengan kematian saudara kembarnya, Adi. Sejak usia lima tahun, Prana mengalami kejadian-kejadian aneh dan kerap berurusan dengan roh-roh penasaran yang menghantui tempat-tempat tertentu.
Ia mencatat pengalaman-pengalaman tersebut secara rinci dalam jurnalnya, lengkap dengan ilustrasi yang dibuat sendiri. Format jurnal ini menjadi ciri khas utama novel, sekaligus memperkuat kesan personal dan intens dalam tiap kisah.
Setiap bab dalam buku ini seperti lembaran terpisah, berisi cerita horor yang berbeda, namun tetap terhubung dengan perjalanan hidup Prana. Ada roh perempuan bernama Alina yang membawakan kisah cinta melankolis antara manusia dan hantu, ada juga roh anak-anak, arwah penasaran di bangunan tua, hingga entitas jahat yang ingin mencelakai.
Namun Prana tidak hanya menjadi saksi, ia juga kerap menjadi mediator yang membantu roh-roh tersebut menyelesaikan urusan mereka yang belum tuntas. Dalam proses ini, pembaca bisa melihat pertumbuhan karakter Prana yang semula pemalu dan tertekan, menjadi pribadi yang lebih berani dan peduli.
Salah satu kekuatan terbesar dalam novel ini adalah atmosfer horornya yang dibangun secara perlahan dan tidak mengandalkan efek kejut semata. Sweta Kartika berhasil menghadirkan suasana mencekam hanya melalui deskripsi dan narasi yang kuat.
Kalimat-kalimatnya tajam, metaforis, dan mampu memunculkan bayangan yang menyeramkan di kepala pembaca. Ketika disandingkan dengan ilustrasi yang turut dimasukkan dalam novel, sensasi membaca menjadi semakin imersif dan menggugah rasa takut.
Selain horor, "Journal of Terror: Kembar" juga menyentuh tema-tema emosional dan psikologis. Kehilangan saudara kembar menjadi trauma mendalam bagi Prana, yang secara tidak langsung mengubah jalan hidupnya. Melalui pengalaman supranatural yang ia alami, Prana juga perlahan-lahan berdamai dengan masa lalu dan dengan dirinya sendiri.
Ada lapisan naratif yang menggambarkan bagaimana manusia kadang-kadang harus menghadapi ketakutan terbesarnya untuk menemukan makna atau penyelesaian. Dalam konteks ini, horor dalam novel tidak hanya berfungsi untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai metafora dari luka batin dan keterasingan.
Kelebihan lain dari novel ini adalah pendekatannya yang unik dalam menyampaikan cerita. Alih-alih menggunakan gaya narasi biasa, Sweta memilih format jurnal yang menjadikan pembaca seolah-olah membaca langsung catatan harian milik tokohnya. Hal ini membuat cerita terasa lebih intim dan realistis, serta memberi ruang bagi pembaca untuk memahami kepribadian Prana secara lebih dalam.
Namun, meskipun novel ini memikat dari segi konsep dan penyajian, bukan berarti novel ini tanpa cela. Pembaca merasa alur di bagian awal terlalu lambat, dan kisah-kisah yang disajikan seolah berdiri sendiri tanpa kaitan yang kuat antar bab. Di samping itu, tema tentang “kembar” yang diangkat sebagai judul utama kurang dieksplorasi secara mendalam dalam isi cerita. Interaksi dan peran sang saudara kembar, Adi, hanya menjadi latar belakang, bukan pendorong utama dalam perkembangan narasi. Hal ini mungkin menimbulkan ekspektasi yang tidak terpenuhi bagi sebagian pembaca.
Secara keseluruhan, "Journal of Terror: Kembar" adalah karya horor Indonesia yang layak diapresiasi, terutama karena keberhasilannya menyatukan unsur mistik lokal dengan pendekatan naratif yang kreatif. Sweta Kartika tidak hanya menulis cerita menakutkan, tetapi juga menyisipkan unsur humanisme, psikologi, dan refleksi diri dalam kisah-kisahnya. Novel ini cocok bagi pembaca yang menyukai cerita horor yang tidak sekadar menyeramkan, tetapi juga mengandung kedalaman emosi dan nuansa budaya Indonesia yang kental.
Dengan nuansa yang kelam, penuh makna, dan narasi yang artistik, "Journal of Terror: Kembar" memberi pengalaman membaca yang berbeda dari kebanyakan novel horor konvensional. Ini bukan sekadar kisah tentang hantu, tetapi juga tentang kehilangan, penerimaan, dan kekuatan untuk menghadapi bayang-bayang masa lalu.
Identitas Buku
Judul: Journal of Terror: Kembar
Penulis: Sweta Kartika
Penerbit: m&c!
Tanggal Terbit: 15 Juli 2019
Tebal: 336 Halaman
Baca Juga
-
Ulasan Novel The Friend Zone: Pilihan Sulit Antara Cinta dan Mimpi
-
Ulasan Novel Where Loyalty Lies: Perjalanan Menemukan Jati Diri
-
Ulasan Novel Icing on the Murder: Rahasia Gelap di Balik Kue Pengantin
-
Ulasan Novel Mrs Spy: Perempuan Biasa dengan Misi Mematikan
-
Ulasan Novel Friends That Break Us: Ketika Persahabatan Lama Menjadi Luka
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Review Film Red Sonja: Petualangan Savage yang Liar!
-
Review Film DollHouse: Ketika Boneka Jadi Simbol Trauma yang Kelam
-
Di Tengah Krisis Literasi, Kampung Ini Punya Perpustakaannya Sendiri
-
Ulasan Novel Mean Streak: Keberanian Memilih Jalan Hidup Sendiri
Terkini
-
Ghosting Bukan Selalu Soal Cinta: Saat Teman Jadi Avoidant
-
Demo Ojol Geruduk DPR di Tengah Hujan: Ini Tuntutan Pedas Mereka!
-
Belum Juga Jera, AFC Kembali Bikin Ulah Jelang Bergulirnya Ronde Keempat Babak Kualifikasi
-
AFC Pilih Wasit Asal Kuwait untuk Ronde Keempat, Tim Mana yang Paling Diuntungkan?
-
Tinggalkan Citra Kanak-Kanak, Arsy Hermansyah Usung Musik Modern di Lagu 'Picnic'