"Pigpen" adalah salah satu webtoon thriller psikologis yang sangat membekas di pikiran saya. Ditulis oleh Carnby Kim dan diilustrasikan oleh Beom Sick Cheon, webtoon ini terdiri dari 67 episode (termasuk epilog) dan sudah tamat di platform Webtoon.
Saya sempat mengikuti webtoon ini di awal perilisannya, namun tak sempat menuntaskannya. Barulah ketika ada kabar bahwa webtoon ini akan diadaptasi menjadi drama Korea, saya terdorong untuk kembali melanjutkan bacaan yang tertunda tersebut.
Saya tidak punya ekspektasi tinggi saat memulai webtoon ini, meskipun saya tahu nama Carnby Kim tidak asing di kalangan penggemar thriller. Ia juga dikenal sebagai penulis webtoon populer Sweet Home dan Bastard. Tapi Pigpen memberi pengalaman yang berbeda, lebih personal, lebih menegangkan, dan penuh plot twist tak terduga.
Ceritanya berpusat pada Jinhyeok, seorang pria muda yang terbangun di sebuah pulau tak berpenghuni tanpa ingatan sedikit pun tentang siapa dirinya dan bagaimana ia bisa berada di sana.
Ia kemudian diterima oleh sebuah keluarga yang tampak ramah, yang terdiri dari ayah, ibu, tiga saudara (Minu, Romi, Yumi), dan satu anak laki-laki misterius bernama Jinu, yang memakai topeng kepala babi dan jarang terlihat berinteraksi dengan anggota keluarga lain.
Awalnya saya mengira ini akan menjadi cerita tentang pria amnesia yang terjebak di rumah para pembunuh. Tapi semakin jauh saya membaca, saya sadar bahwa semuanya jauh lebih kompleks.
Dari segi visual, saya sangat menyukai cara artist menggunakan palet warna gelap seperti hitam dan biru tua, dengan percikan merah yang sangat menonjol untuk melambangkan darah. Ini bukan sekadar estetika, tapi juga sebagai bagian dari naratif yang kuat. Setiap panel terasa menegangkan, terasa sangat hidup dan membuat jantung berdebar.
Beberapa adegan benar-benar membuat saya merinding, dan menurut saya ini adalah salah satu pencapaian terbesar dalam thriller visual ketika melihat gambar saja bisa membuat saya merasa tidak nyaman, tapi tetap penasaran untuk lanjut membacanya.
Seiring membaca banyak episode, cerita makin meluas ke pertanyaan filosofis, siapa sebenarnya yang waras? Jinhyeok mulai meragukan keluarganya, tapi di saat yang sama, pembaca juga diajak mempertanyakan apakah justru Jinhyeok yang tidak waras. Apalagi saat ia mencoba membunuh beberapa anggota keluarga, namun mereka tetap muncul kembali seolah tidak pernah mati.
Ini membuat saya berpikir, apakah dia hanya bermimpi? Atau sedang dalam kondisi koma? Dan ternyata, jawabannya… jauh lebih gelap dari yang saya bayangkan.
Pada akhirnya, pembaca mengetahui bahwa seluruh peristiwa di pulau itu hanyalah manifestasi pikiran Jinhyeok yang sedang koma di dunia nyata. Ia pernah mengalami trauma berat di masa kecil akibat ayahnya yang abusif, dan satu peristiwa penting adalah ketika ia membunuh seorang anak bernama Jinu, yang secara tidak sadar ingin ia gantikan dalam keluarga tersebut.
Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ayah dari Jinu yang asli menggunakan teknologi headset khusus untuk masuk ke dalam pikiran Jinhyeok yang koma, dengan identitas “Taehui Jin”.
Ia ingin mengetahui kebenaran tentang kematian anaknya dan apa yang sebenarnya terjadi. Di dalam dunia bawah sadar ini, semua orang yang pernah dibunuh Jinhyeok muncul kembali sebagai suara-suara penuh dendam yang membayangi dirinya.
Dalam klimaks cerita, terjadi pertarungan antara dua sisi dalam diri Jinhyeok, yakni sisi gelap yang penuh keinginan membunuh, dan sisi lain yang menyesal serta ingin menebus kesalahan.
Ending-nya dibuat terbuka, pembaca tidak diberi tahu siapa yang akhirnya menang dan bangun dari koma. Tapi satu hal yang pasti, perjalanan menuju akhir cerita sangat intens dan emosional.
Saya pribadi sangat menikmati Pigpen. Ini bukan hanya cerita tentang horor atau misteri, tapi juga tentang trauma masa kecil, rasa bersalah, dan pergulatan batin yang mendalam. Ceritanya penuh lapisan makna, dan bisa membuat pembaca berpikir lebih lama setelah selesai membacanya.
Jika kamu menyukai thriller psikologis yang dipenuhi teka-teki, plot twist gila, dan pesan moral yang dalam, Pigpen adalah webtoon yang wajib kamu baca.
Kalau kamu penasaran dengan nasib Jinhyeok, kamu tidak sendirian. Tapi justru karena itulah Pigpen sangat membekas. Webtoon ini tidak memberi semua jawaban, tapi membiarkan kita menebak alur ceritanya sendiri.
Baca Juga
-
Mengubah Hobi Jadi Gaya Hidup Sehat Lewat Olahraga Futsal
-
Futsal dan Tren Urbanisasi: Solusi Ruang Terbatas di Lingkup Perkotaan
-
Bukan Sekadar Hobi, Futsal sebagai Investasi Kesehatan Jangka Panjang
-
Lagu Malang Suantai Sayang: Persembahan Sal Priadi untuk Kota Kelahirannya
-
Menulis di Tengah Kebisingan Dunia Digital, Masihkah Bermakna?
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Pain: Ketika Pernikahan Jadi Cerita Penuh Gejolak
-
4 Fakta Menarik Live Action Solo Leveling, Byeon Woo Seok jadi Sung Jin Woo
-
Menyusuri Rumitnya Hubungan Cinta Lewat Lagu Closer oleh The Chainsmokers
-
My Child Will Have a Different Father: Webtoon Reinkarnasi Penuh Luka Batin
-
Mengenal Seni Hidup Sederhana dari Biksu Jepang Lewat Buku Zen: The Art of Simple Living
Ulasan
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
Terkini
-
AXIS Nation Cup 2025: Keajaiban 28 Detik Terakhir, SMK Nusantara
-
Ketika Juara Tak Lagi Tentang Skor, Tapi Tentang Siapa yang Berani Bersuara
-
Sosok Ketiga: Lintrik, Film Horor Tentang Pelet dan Gairah Perselingkuhan
-
Antusiasme Membludak, Penjualan Tiket Presale Film Wicked: For Good Pecah Rekor
-
Membedah Catatan Patrick Kluivert saat Dampingi Skuat Garuda di Babak Kualifikasi, Memuaskan?