Film Orang Ikan karya sutradara Mike Wiluan ini bener-bener jadi angin segar di jagat perfilman Indonesia. Bayangin, sebuah film horor bertema makhluk mitologi yang nggak cuma mengandalkan jump scare, tapi juga punya cerita mendalam tentang kemanusiaan, persaudaraan, dan konflik sejarah.
Dengan latar Perang Dunia II, film ini mengambil inspirasi dari cerita rakyat Melayu dan film klasik Creature from the Black Lagoon. Hasilnya? Sebuah karya yang mencekam, eksotis, sekaligus punya jiwa lokal yang kuat. Yuk, simak ulasan ini dan apa sih yang bikin film ini spesial!
Orang Ikan mengisahkan dua tentara dari kubu berbeda: Saito (Dean Fujioka), tentara Jepang yang dituduh pengkhianat, dan Bronson (Callum Woodhouse), tawanan perang Inggris yang benci banget sama Saito. Mereka terdampar di pulau terpencil setelah kapal mereka ditorpedo pasukan Sekutu.
Awalnya, mereka saling senggol dan nyaris baku hantam karena dendam perang. Tapi, ketika makhluk misterius bernama Orang Ikan mulai mengintai, mereka terpaksa menyatukan kekuatan untuk survive.
Ceritanya sendiri nggak cuma soal horor. Ada lapisan emosi yang bikin aku ikut mikir. Mike Wiluan cerdas banget menggambarkan konflik kemanusiaan lewat dua karakter utama ini. Dari musuh jadi kawan, Saito dan Bronson membuktikan kalau kadang ancaman terbesar bukan cuma monster, tapi juga sifat destruktif manusia itu sendiri.
Ada momen lucu juga, seperti waktu Saito salah memanggil nama dengan penyebutan “Blonson” yang bikin aku dan penonton lainnya ketawa di tengah ketegangan. Tema persaudaraan dan kerja sama ini bikin film ini lebih dari sekadar horor biasa.
Review Film Orang Ikan
Salah satu kekuatan besar Orang Ikan adalah sinematografinya. Lokasi syuting di Curug Sodong, Geopark Ciletuh, dan Pantai Sawarna bikin pemandangan pulau terpencil ini terasa hidup. Hutan lebat, gua gelap, dan pantai liar dengan ombak ganas bikin suasana mencekam sekaligus indah.
Warna suram dan minimnya cahaya nambahin vibe horor yang bikin bulu kuduk merinding. Skoring dari Akihiko Matsumoto juga patut diacungi jempol. Musiknya bikin jantungan, apalagi pas adegan kejar-kejaran sama Orang Ikan!
Ngomongin soal Orang Ikan, desain makhluk ini bener-bener steal the show. Mike Wiluan sengaja nggak pakai CGI berlebihan buat monster ini, melainkan kostum prostetik dan animatronik karya Allan Holt, creature designer dari Amerika.
Hasilnya? Monster yang terlihat nyata dengan sisik kasar, gigi tajam, dan gerakan yang hidup. Kostum ini bahkan dilengkapi sistem pendingin ala pembalap F1 supaya aktor di dalamnya nggak kepanasan saat syuting di lokasi ekstrem. Keren, kan?
Animatronik di wajah dan tubuh monster juga bikin ekspresinya terasa nyata, apalagi pas ngeluarin suara yang bikin merinding.
Dean Fujioka dan Callum Woodhouse bener-bener all out di film ini. Chemistry mereka sebagai musuh yang terpaksa jadi sekutu bikin cerita makin hidup. Dean, dengan vibe samurai-nya (lengkap dengan katana!), bikin Saito terasa badass tapi tetap punya sisi emosional.
Sementara Callum berhasil menggambarkan Bronson sebagai karakter yang awalnya penuh dendam, tapi perlahan menunjukkan sisi manusiawi. Ada juga Alexandra Gottardo yang muncul sebagai pemanis, meski perannya nggak terlalu besar.
Meski punya banyak kelebihan, Orang Ikan nggak luput dari kekurangan. Menurutku penyuntingan film kadang terasa kurang rapi, terutama di adegan aksi. Close-up yang terlalu dominan dan potongan cepat bikin beberapa momen konfrontasi kurang maksimal dinikmati.
Terus, asal-usul Orang Ikan sendiri kurang dieksplorasi. Apakah dia makhluk alami atau hasil mutasi? Penonton dibiarkan nebak-nebak, yang mungkin bikin sebagian orang pengin tahu lebih banyak. Tapi, buat film berdurasi 85 menit, ini sebenarnya udah cukup padat dan nggak bikin bosan kok.
Orang Ikan adalah bukti bahwa film Indonesia bisa bersaing di level internasional tanpa kehilangan identitas lokal. Kolaborasi sineas dari Indonesia, Singapura, Jepang, dan Inggris bikin film ini punya standar produksi kelas dunia, tapi tetap 100% dibuat di Indonesia dengan 96% kru lokal.
Cerita rakyat Melayu tentang makhluk amfibi ini diangkat dengan apik, bikin kita bangga sama kekayaan mitologi lokal. Apalagi, film ini udah mencuri perhatian di festival internasional seperti Tokyo International Film Festival 2024 dan Singapore International Film Festival 2024.
Buat penggemar film horor monster klasik, Orang Ikan bakal memanjakan mata dan bakal buat kalian jantungan. Adegan brutal dan sadis (tapi wajar buat makhluk liar) bikin film ini cocok buat penonton 17 tahun ke atas.
Meski ada sedikit kekurangan, film ini tetap layak dapat rating dari aku 8/10. Buat usahanya menghadirkan genre creature horror yang jarang disentuh di Indonesia.
Orang Ikan adalah perpaduan ciamik antara horor, aksi, dan drama kemanusiaan. Dengan visual yang memukau, kostum monster yang realistis, dan akting yang solid, film ini sukses memberikan pengalaman sinematik yang intens dan memorable.
Buat kalian yang suka film monster seperti Predator atau pengin lihat mitologi Indonesia di layar lebar, film ini wajib masuk watchlist. Mulai tayang di CGV Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya pada 11 Juli 2025, jangan sampai kelewatan!
Kalau mau nonton, siap-siap buat merinding sama suasana pulau yang liar dan jump scare yang bikin jantungan. Tapi tenang, ada momen-momen bromance yang bakal bikin kalian senyum di tengah ketegangan. Jadi, ajak teman, keluarga, pacar atau barangkali mantan dan nikmati petualangan seru melawan Orang Ikan!
Baca Juga
-
Ulasan Film Rahasia Rasa: Kuliner dan Sejarah dalam Satu Piring Emosi
-
Review Film Karunrung 1995: Kisah Tragedi Nyata yang Kejam dan Mencekam!
-
Review Film Pernikahan Arwah: Horor Tionghoa dengan Plot Menegangkan!
-
Review Film Fox Hunt: Kisah Nyata Penipuan 17,4 Miliar yang Penuh Aksi!
-
Review Film F1 The Movie: Rasakan Pengalaman Epik Jadi Pembalap Formula 1
Artikel Terkait
-
Cuitan Timo Tjahjanto Bikin Film Sore: Istri Dari Masa Depan Terancam Ditinggal Penonton
-
Tembus Skor Sempurna, Ini 5 Fakta Menarik Film 'Sore' yang Disebut Gabungan Film Papan Atas Dunia
-
Tips Pasang Kaca Film di Panoramic Roof dan Estimasi Biayanya
-
Kamu Berani Nonton? Ini 10 Film Sekte Sesat yang Paling Mengganggu Pikiran
-
Syok Berat! Debut Film Horor, Yunita Siregar Langsung Main Santet dan Jadi Monster
Ulasan
-
Buku A Little Star Still Shines Brigthly: Esai Hangat untuk Jiwa yang Lelah
-
Bukan Sekadar Alien Gemas: Takopii no Genzai, Anime Dark Moe yang Membekas
-
Ulasan Film Rahasia Rasa: Kuliner dan Sejarah dalam Satu Piring Emosi
-
Cerita Luka yang Menjadi Kekuatan dalam Novel Scars and Other Beautiful Things
-
Novel The Bodyguard: dari Penjaga Keamanan Berubah Jadi Menjaga Hati
Terkini
-
BRI Super League: Patricio Matricardi Incar Trofi Ketiga untuk Persib Bandung
-
Buku dan Empati: Membaca Adalah Latihan Menjadi Orang Lain
-
Skuat Timnas Indonesia U-23 Dirilis, Satu-Satunya Pemain Abroad pun Resmi Menghilang
-
Superman Melaju Pesat di Pekan Pertama Box Office, Raup Rp1,9 Triliun
-
Rilis Jadwal MotoGP Ceko 2025, Sirkuit Brno Bertemu Wajah-Wajah Baru