Di balik hiruk pikuk Taipei yang kini modern dan ramai, Taipei People karya Pai Hsien-yung membawa kita kembali ke masa ketika kota ini masih menjadi pelabuhan terakhir bagi ribuan orang Tionghoa yang tercerabut dari akarnya.
Jangan terkecoh oleh judulnya. Sebenarnya, kisahnya tidak sepenuhnya bahas orang Taipei.
Tokoh-tokohnya para pendatang yang terdampar di kota itu, hidup dalam persinggahan yang dipenuhi harapan bahwa suatu hari mereka bisa kembali ke Tiongkok daratan yang telah mereka tinggalkan.
Novel ini membicarakan tentang kepindahan masyarakat Taiwan setelah runtuhnya pemerintah tahun 1949. Tak hanya itu, banyak kisah menyentuh tentang orang-orang yang merasa kerinduan sekaligus penyesalan yang sulit dilepaskan.
Ia menceritakan kisah ini dengan tenang. Ia tidak melebih-lebihkan. Tidak ada ledakan emosi, tidak ada ratapan berlebihan. Tapi justru dalam ketenangan itulah letak kekuatannya.
Ia tahu bagaimana menulis tentang luka tanpa harus menunjukkannya secara gamblang. Kita seperti menemukan suasana sunyi yang begitu kuat. Ditambah lagi unsur nostalgia akan rumah lama dan rasa kehilangan juga ikut menambah kesan kerinduan dalam kisah ini.
Cerita-cerita dalam buku ini begitu beragam. Pai memberikan suara pada siapa saja, mulai dari seorang pekerja seks komersial yang masa lalunya masih membayangi, hingga mantan jenderal yang kini harus menghadapi usia tua yang sunyi.
Dari pembantu rumah tangga yang tak lagi muda namun masih menyimpan kenangan akan rumah lamanya, hingga lelaki kaya yang kehidupannya tampak sempurna namun sesungguhnya terpenjara oleh kenangan dan pilihan masa lalu.
Lewat para tokohnya, kita melihat bagaimana waktu dan pengasingan perlahan mengikis harapan, namun sekaligus membentuk ulang arti dari “bertahan hidup”.
Mereka semua pernah muda, pernah punya mimpi, pernah merasa bahwa hidup adalah sesuatu yang bisa mereka kendalikan. Tapi kini, di bawah cahaya pagi yang dingin dan jujur, mereka harus mengakui bahwa banyak hal tidak berjalan seperti yang dulu dibayangkan.
Yang menarik, meskipun tema besar dalam buku ini adalah pengasingan dan penyesalan, kita tidak merasa tenggelam dalam kesedihan. Justru sebaliknya, ada rasa empati yang mengalir pelan.
Mungkin diantara kita semua juga pernah berada di posisi yang sama. Melewati masa-masa di mana kita sudah akrab dengan suatu tempat, tapi harus meninggalkannya demi kehidupan baru.
Taipei People memang bukan buku sejarah. Buku ini hadir seperti album kenangan yang terbuka perlahan, memperkenalkan kita pada wajah-wajah yang mungkin tak pernah disebut dalam sejarah resmi, tapi begitu hidup dalam keseharian.
Cerita-cerita kecil yang sering luput justru diberi ruang untuk bersinar.
Setiap kisahnya menyisakan ruang bagi pembaca untuk turut mengisi makna, membayangkan suasana, dan ikut larut dalam perenungan atas pilihan hidup yang dilalui para tokohnya.
Buku ini bukan untuk dibaca tergesa-gesa, melainkan dinikmati perlahan, seperti secangkir teh hangat yang menemani percakapan panjang dengan sahabat lama.
Jika kamu sedang mencari bacaan yang membawa keheningan, yang tidak terlalu berisik tapi menyentuh, Taipei People bisa jadi teman yang pas.
Ia akan mengingatkan bahwa di balik wajah-wajah asing yang kita temui setiap hari, selalu ada cerita yang layak didengar, tentang cinta yang pernah ada, mimpi yang tidak selesai, dan tanah air yang hanya bisa pulang lewat kenangan.
Pada akhirnya, Taipei People adalah tentang manusia dan semua yang mereka bawa dalam hidupnya: bahasa, luka, kebanggaan, dan rindu.
Secara keseluruhan, buku ini bisa menambah wawasan sekaligus membangkitan rasa kenangan pada diri pembacanya.
Baca Juga
-
Pernah Bayangin Hidup Jadi Hewan? 3 Novel China Ini Bahas Reinkarnasi Unik
-
Novel The Hen Who Dreamed She Could Fly: Arti Tujuan Hidup dari Seekor Ayam
-
Ulasan City of Ash and Red, Novel Thriller Psikologis yang Menyesakkan
-
Ulasan Novel Lemonade Granny: Misteri Gelap di Balik Desa Para Lansia
-
Ulasan Novel Good Son: Kisah Anak yang Dituduh Membunuh Ibunya
Artikel Terkait
Ulasan
-
Pernah Bayangin Hidup Jadi Hewan? 3 Novel China Ini Bahas Reinkarnasi Unik
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Novel The Hen Who Dreamed She Could Fly: Arti Tujuan Hidup dari Seekor Ayam
-
Ulasan Film Gak Nyangka..!!: Komedi tentang Mahasiswa yang Bikin Ngakak!
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
Terkini
-
Anti-Bosan! 5 Rekomendasi Game Offline Android yang Wajib Kamu Coba
-
Review Poco F7: HP dengan Snapdragon 8s Gen 4 dan Storage 512GB Super Lega
-
BRI Super League: Kisah Adam Przybek Cicipi Tantangan Baru di Luar Eropa
-
4 Ide Gaya Kasual Kekinian ala Choi Yoon Ji, Bikin Mood Happy Seharian!
-
Kalahkan BLACKPINK, NCT Dream Raih Trofi Pertama Lagu BTTF di Music Bank