The Good Son adalahnovel thriller psikologis karya penulis Korea Selatan, Jeong Yu-jeong, yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 2018.
Cerita ini membawa pembaca masuk ke dalam pikiran seorang pemuda bernama Han Yu-jin, seorang atlet renang berbakat yang menderita epilepsi dan hidup dalam bayang-bayang trauma serta hubungan yang kompleks dengan ibunya.
Kisah dimulai dengan adegan pembuka yang mencengangkan.
Suatu pagi, Yu-jin terbangun dan menemukan ibunya sudah bersimbah darah di bawah tangga. Ya, ibunya meninggal!
Yang lebih mengejutkan, tangan dan bajunya sendiri ikut berlumuran darah. Ia tidak mengingat apapun dari malam sebelumnya.
Sejak awal cerita, pembaca langsung dihadapkan dalam kondisi yang cukup mencengangkan.
Yu-jin terbangun dalam kondisi bingung, dengan darah di tangannya, dan menemukan ibunya telah terbunuh. Ia tidak mengingat apapun yang terjadi. Pertanyaan besar pun muncul: apakah ia pelakunya?
Namun, alih-alih berfokus pada misteri klasik “siapa pembunuhnya?”, novel ini lebih membahas tentang sisi psikologis Yu-jin.
Melalui kilas balik masa kecil dan potongan narasi masa kini, kita mulai menyusun gambaran rumit tentang hubungan Yu-jin dengan ibunya, ayahnya, dan saudara angkatnya.
Alih-alih menggunakan tema penyelidikan ala detektif, novel ini menawarkan sudut pandang yang berbeda.
Ia menggunakan sudut pandang Yu-jin dalam menjelaskan setiap alur dalam membuka kasus ini.
Semakin jauh pembaca masuk ke dalam narasinya, semakin terasa bahwa kisah ini bukan sekadar tentang kejahatan, tetapi tentang kehancuran perlahan dari seorang individu yang tak sepenuhnya memahami dirinya sendiri.
Gaya penulisan Jeong yang tajam dan terkontrol sukses menciptakan atmosfer yang mencekam dan penuh ketegangan.
Narasi dibangun dengan sangat intim dan lambat. Tanpa twist besar atau kejutan eksplosif, The Good Son justru menghadirkan sensasi ketegangan yang konsisten melalui penyelaman psikologis yang mendalam.
Kondisi mental Yu-jin disini digambarkan secara perlahan namun terus membuat penasaran pembacanya.
Ini adalah jenis thriller yang membuat pembaca merasa tidak nyaman, karena kita dipaksa untuk menyelami pikiran seseorang yang bisa dibilang merupakan "monster", namun tetap manusiawi dalam fragilitasnya.
Meski begitu, ketegangan novel ini justru menjadi daya tariknya. Karena novel genre misteri thriller akan semakin menarik jika pembacanya bisa ikut merasakan sensasi ketakutan yang tersampaikan dengan baik.
Ini seperti perjalanan menuju kegilaan, di mana logika mulai bergeser, dan batas antara kenyataan dan delusi makin kabur.
Karakter Yu-jin sendiri adalah pusat dari semua konflik. Daya tarik novel ini ada pada bagaimana ia mencoba menguraikan masa lalunya lewat ingatan dan jurnal yang ditinggalkan ibunya.
Meski pada titik tertentu kisahnya mulai terasa repetitif dan kehilangan momentum, eksplorasi emosional dan psikologis tetap memberikan bobot yang kuat.
Karakter pendukung hadir untuk memperumit dilema internal Yu-jin, walau tidak semuanya berhasil meninggalkan kesan mendalam.
Novel ini sangat cocok bagi pembaca yang menyukai cerita dengan tokoh utama yang kompleks dan tidak bisa dipercaya sepenuhnya.
Dengan alur lambat namun menggigit, Jeong Yu-jeong menghadirkan sebuah kisah yang kelam, mengganggu, dan tetap membekas lama setelah halaman terakhir ditutup.
The Good Son adalah novel yang menggoda, mengejutkan, dan pada akhirnya menyedihkan. Sebuah studi karakter yang kelam, mengajak pembaca masuk ke dalam labirin pikiran seseorang yang berada di tepi kehancuran.
Untuk kalian penggemar novel thriller psikologis yang menengangkan tapi seru, novel ini jadi bacaan yang tepat.
Apalagi kalian pasti tahu, novel Korea tidak pernah gagal bukan?
Baca Juga
- 
                      
              "Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
- 
                      
              Novel Ada Zombie di Sekolah: Ketika Pesta Olahraga Berubah Jadi Mimpi Buruk
- 
                      
              Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
- 
                      
              Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka
- 
                      
              Refleksi Diri lewat Berpayung Tuhan, Saat Kematian Mengajarkan Arti Hidup
Artikel Terkait
Ulasan
- 
                      
              Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
- 
                      
              Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
- 
                      
              Mengenal Eksotika Jabal Magnet: Barisan Bukit Memukau di Dekat Kota Madinah
- 
                      
              Novel Luka Perempuan Asap: Cerita tentang Perempuan dan Alam yang Tersakiti
- 
                      
              Makna Perjuangan dan Cinta di Balik Novel Lotus In The Mud
Terkini
- 
           
                            
                    
              Piala Dunia U-17: Statistik Pembuka Grup H, Timnas Indonesia Berpotensi Jadi Tim Kuda Hitam
- 
           
                            
                    
              Etika Komunikasi di Media Sosial: Bijak Sebelum Klik!
- 
           
                            
                    
              Guru, Teladan Sejati Pembentuk Karakter Anak Sekolah Dasar
- 
           
                            
                    
              Gaya Macho ala Bae Nara: Sontek 4 Ide Clean OOTD yang Simpel Ini!
- 
           
                            
                    
              Empat Tokoh Mengkaji Oase Gelap Terang Indonesia di Reuni FAA PPMI