Denting Lara merupakan novel karya Kusumastuti Fischer yang diterbitkan oleh Bhuana Sastra pada tahun 2015. Novel ini memiliki 317 halaman dan bercerita mengenai keluarga dan perbedaan usia pasangan.
Apakah kalian pernah merasakan kesepian padahal memiliki keluarga? Padahal keluarga adalah rumah yang paling nyaman. Namun, bagi beberapa orang, keluarga adalah rumah yang menyesakkan. Dan ketika dunia rasanya mulai menjauh, ada seseorang yang datang mendekat. Jika seseorang tersebut memiliki jarak usia yang terpaut jauh, apakah kalian tetap akan mencintainya?
Menceritakan tentang perempuan bernama Esa yang tinggal bersama Ibu dan pengasuhnya. Orang tuanya bercerai setelah Ibunya membuat kecewa sang Ayah. Dunia Ibu yang penuh kemewahan dan selalu dituruti kemauannya sedari kecil, membuat beliau tidak ingin menerima kekalahan.
Perhiasan yang mencolok, tas-tas branded, dan pakaian yang ketat selalu menemani kemanapun Ibu pergi. Esa dibuat pusing dengan Ibunya yang kembali seperti anak muda. Hak asuh berada di Ibunya karena istri baru Ayahnya tidak menerima gendongan jika ingin menikahinya. Tentu, Ayah dengan sukarela membuang Esa begitu saja.
Pertemuannya juga semakin lama semakin hancur, lantaran Esa tidak bisa bergabung dengan lingkup pertemanan. Tak jarang, dirinya dihina karena bertemu dengan Ibunya di club. Mereka pikir, gaya hidup Esa berbanding terbalik dengan perekonomiannya. Padahal Esa tidak pernah mengatakan bahwa dia berasal dari keluarga kaya.
Ketika semua tidak berada di pihaknya, datanglah seorang laki-laki yang ingin menyewa paviliun rumah Esa. Paviliun rumahnya akan disewakan apabila keuangan rumah sedang darurat. Dulu, itu adalah bekas kantor orang tuanya.
Saat penyewa ingin melihat-lihat bagaimana paviliunnya, Ibu tidak di rumah. Dengan terpaksa, Esa menggantikan Ibunya. Menjawab pertanyaan-pertanyaan penyewa dengan jawaban realistis yang bisa membuat Ibunya marah setelah mendengarnya.
Erik namanya. Dia adalah pemilik perusahaan teknologi informasi. Alasan dia pindah adalah harga sewa apartemennya naik drastis. Dan ketika dia pindah apartemen, apartemennya tidak bisa ditinggali karena harus dibenahi. Jadilah dia mencari-cari tempat yang strategis dan murah untuk tempat penampungan sementara.
Awalnya, Erik tidak tertarik dengan paviliun tersebut. Namun, setelah beberapa hari dia merenung, tidak ada salahnya paviliun tersebut menjadi tempat penampungan sementara. Jadi, dia menyetujui ketika pemilik menanyakan rencana sewanya.
Esa dan Erik tidak dekat. Keduanya tidak menunjukkan sisi ramah mereka. Tapi, kejadian Esa memainkan kontrabas dengan mata menangis membuat Erik tidak bisa untuk berdiam diri saja. Laki-laki itu mengeluarkan sisi ramahnya untuk pertama kali dan Esa menerimanya walau sedikit sensi. Kejadian itulah yang membuat mereka dari yang tidak kenal menjadi sangat dekat.
Lalu, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Apakah jika keduanya jatuh cinta merupakan sesuatu yang salah? Mengingat usia Erik dua kali lipatnya usia Esa. Dan jika mereka tidak memikirkan usia, apakah orang tua Esa merestui mereka?
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, kamu bisa membaca novel Denting Lara karya Kusumastuti Fischer.
Dari awal sampai akhir, pembaca tidak akan dibuat bosan dengan novel ini. Selalu saja ada sesuatu yang membuat pembaca penasaran dengan gaya penceritaannya. Kusumastuti Fischer benar-benar membangkitkan semangat pembaca untuk menyelesaikannya sampai akhir cerita.
Konflik yang diambil terasa nyata. Memang, orang tua yang mengalami pubertas di masa tua suka berbuat hal-hal yang membuat sang anak kelimpungan. Dalam kehidupan nyata, sering ditemukan konflik seperti ini.
Gaya bahasa yang ringan membuat pembaca nyaman ketika membacanya. Karena, hal yang membuat pembaca menyelesaikan novel adalah kenyamanan ketika membacanya.
Dalam hal ini, saya masih belum menemukan kekurangan novel ini. Bagi sebagian orang, perbedaan usia dua kali lipat mungkin terasa aneh. Karena setelah mengetahui usia mereka, saya juga sempat memikirkan apakah benar situasi ini terjadi di kehidupan nyata. Memikirkannya memang membuat saya merinding. Tapi, di akhir cerita mungkin menjelaskan semuanya.
Untuk novel yang satu ini, saya akan merekomendasikan kepada pembaca yang menyukai novel age gap. Banyak hal-hal yang membuat kita sadar setelah membacanya. Tentang memaafkan, hidup mandiri, dan bersikap tegar.
Baca Juga
-
Ulasan Novel Love at the Rooftop: Penantian Lama yang Tidak Sia-Sia
-
Ulasan Novel Don't Let Go: Permainan Takdir yang Tidak Masuk Akal
-
Ulasan Novel Fight For Happiness: Transaksi yang Menyamar Menjadi Cinta
-
Ulasan Novel Miss Wanda: Duka dan Cinta Bisa Hidup Bersamaan
-
Ulasan Novel Sonnenblume: Bunga Matahari yang Tak Pernah Minta Melupakan
Artikel Terkait
Ulasan
-
Pernah Bayangin Hidup Jadi Hewan? 3 Novel China Ini Bahas Reinkarnasi Unik
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Novel The Hen Who Dreamed She Could Fly: Arti Tujuan Hidup dari Seekor Ayam
-
Ulasan Film Gak Nyangka..!!: Komedi tentang Mahasiswa yang Bikin Ngakak!
-
Review Film Apocalypse in the Tropics: Gelapnya Demokrasi yang Terancam
Terkini
-
Anti-Bosan! 5 Rekomendasi Game Offline Android yang Wajib Kamu Coba
-
Review Poco F7: HP dengan Snapdragon 8s Gen 4 dan Storage 512GB Super Lega
-
BRI Super League: Kisah Adam Przybek Cicipi Tantangan Baru di Luar Eropa
-
4 Ide Gaya Kasual Kekinian ala Choi Yoon Ji, Bikin Mood Happy Seharian!
-
Kalahkan BLACKPINK, NCT Dream Raih Trofi Pertama Lagu BTTF di Music Bank