Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Poster film Happy Gilmore 2 (IMDb)

Setelah hampir tiga dekade, Happy Gilmore 2 akhirnya mendarat di Netflix pada 25 Juli 2025, membawa kembali Adam Sandler sebagai pegolf paling gila dan ikonik, Happy Gilmore. Film ini adalah sekuel dari komedi klasik 1996 yang punya tempat spesial di hati penggemar humor slapstick dan golf absurd.

Disutradarai oleh Kyle Newacheck dan ditulis bersama oleh Sandler serta Tim Herlihy, film ini mencoba menyeimbangkan nostalgia, komedi khas Sandler, dan cerita emosional yang lebih modern. Tapi, apakah sekuel ini berhasil untuk duet bareng sama baiknya dengan film pertamanya? Yuk, langsung simak ulasan berikut!

Happy Gilmore 2 membawa kita kembali ke dunia Happy, yang kini udah jadi ayah dari lima anak dan hidup bahagia bersama Virginia Venit (Julie Bowen) setelah menang di Tour Championship di film pertama. Tapi, plot langsung bikin kaget di menit-menit awal: Virginia meninggal akibat kecelakaan bola golf yang tragis.

Happy pun jadi single dad yang berjuang ngurus anak-anaknya sambil tenggelam dalam alkohol dan meninggalkan golf. Ceritanya berputar saat Happy harus balik ke lapangan demi ngumpulin 300 ribu dolar buat biaya sekolah balet putrinya, Vienna (Sunny Sandler).

Di sini, dia ketemu lagi sama musuh bebuyutannya, Shooter McGavin (Christopher McDonald), dan musuh baru, Frank Manatee (Benny Safdie), CEO minuman energi yang pengin “merevolusi” golf dengan gaya ekstrem.

Plotnya sendiri terasa agak berantakan. Film ini coba mencampurkan komedi slapstick, drama keluarga, dan sindiran ke dunia golf modern (terutama parodi ke LIV Golf).

Kadang, transisinya terasa kaku, apalagi di satu jam pertama yang terasa lambat dan kurang lucu. Tapi begitu Happy balik ke lapangan, ritmenya mulai nyantol, dan kita disuguhi momen-momen komedi yang bikin ngakak, meski gak selalu konsisten.

Review Film Happy Gilmore 2

Salah satu adegan di film Happy Gilmore 2 (IMDb)

Jika kamu penggemar Happy Gilmore pertama, siap-siap buat nostalgia berat. Film ini penuh dengan throwback ke film aslinya, mulai dari flashback, dialog ikonik, sampai penampilan kembali karakter seperti Hal L. (Ben Stiller) dan Gary Potter (Kevin Nealon).

Cameo-nya juga gila-gilaan: dari pegolf pro seperti Rory McIlroy, Scottie Scheffler, sampai John Daly yang tinggal di garasi Happy, sampai seleb seperti Travis Kelce, Bad Bunny, Eminem, dan Post Malone. Adegan pertarungan di pemakaman buat ngasih tribute ke Bob Barker dan Carl Weathers (Chubbs) sukses bikin ketawa sekaligus baper.

Tapi, humor di sini agak hit-or-miss. Beberapa lelucon terasa kuno dan seperti ditujuin buat anak 12 tahun, apalagi yang soal alkoholisme Happy. Gaya slapstick-nya masih khas Sandler—moronic, vulgar, tapi kadang bikin ngakak karena absurditasnya.

Sayangnya, one-liner legendaris seperti film pertama agak kurang greget, mungkin karena Sandler sekarang udah 58 tahun dan karakternya gak bisa se-wild dulu.

Rory McIlroy dan Scottie Scheffler mencuri perhatian dengan akting yang surprisingly oke, tapi beberapa cameo lain terasa maksa dan kelewat lama.

Adam Sandler balik sebagai Happy dengan energi yang bikin kita langsung inget kenapa dia ikon komedi. Dia nyaman banget mainin Happy yang temperamental tapi punya hati emas.

Christopher McDonald sebagai Shooter McGavin tetep jadi penutup sempurna, dengan ekspresi sombong yang bikin gemes tapi lucu. Julie Bowen, meski cuma muncul sebentar, bikin chemistry Happy-Virginia terasa hidup.

Pemain baru seperti Benny Safdie dan Bad Bunny bawa warna baru, meski karakternya agak klise. Anak-anak Happy, terutama Vienna (Sunny Sandler), bikin cerita lebih emosional, tapi akting anak-anak Sandler lainnya kurang nge-blend.

Kyle Newacheck, yang gantikan Dennis Dugan, berhasil bikin film ini bergerak cepat meski kadang terasa bloated karena kebanyakan cameo.

Sinematografinya oke, apalagi di adegan golf yang terasa autentik berkat kolaborasi sama Pro Shop Studios. Musiknya juga asik, dengan nuansa 90-an yang bikin nostalgia makin kental.

Tapi, naskahnya kadang terasa seperti fan service berlebihan, dengan terlalu banyak klip dari film pertama yang bikin cerita baru kurang berkembang.

Kelebihannya, film ini sukses memberikan dosis nostalgia yang bikin penggemar lama senyum-senyum sendiri. Adegan golfnya, terutama turnamen klimaks, bikin deg-degan sekaligus lucu.

Tema keluarga dan pengorbanan Happy buat anaknya juga memberikan lapisan emosional yang bikin film ini lebih dari sekadar komedi gila.

Tapi, kekurangannya juga jelas: pacing yang gak konsisten, humor yang kadang garing, dan cerita yang terasa seperti numpang lewat di tengah parade cameo. Buat yang gak kenal film pertama atau bukan penggemar Sandler, film ini mungkin bakal terasa aneh dan gak nyambung.

Happy Gilmore 2 adalah perjalanan nostalgia yang menyenangkan, penuh tawa, dan punya hati, meski gak seikonik pendahulunya. Dengan rating 65% di Rotten Tomatoes dan skor 52/100 di Metacritic, film ini dapat sambutan campur aduk, tapi penggemar setia Sandler dan golf pasti bakal nikmatin.

Buat yang mencarj komedi ringan dengan bumbu emosi dan cameo spektakuler, film ini wajib masuk watchlist. Tapi, kalau kamu berharap sekuel ini bakal ngalahin Caddyshack atau film pertama, mungkin bakal sedikit kecewa. Jadi, siapin camilan kesukaanmu, nyalain Netflix, dan nikmati Happy Gilmore ngamuk di lapangan golf lagi!

Rating Pribadi dari aku: 6.5/10

Buat penggemar Happy Gilmore, ini seperti reuni seru sama temen lama. Buat penonton baru, mungkin cuma komedi biasa yang agak berantakan tapi tetep menghibur. Tee off, Sobat Yoursay!

Ryan Farizzal