Di tengah hiruk pikuk musik global, hadir sebuah lagu yang seperti bisikan lembut di malam sunyi. Walau menggema perlahan, tetapi setiap bait liriknya mampu menusuk kalbu.
Lagu yang dimaksud adalah Echoes, rilisan Jepang terbaru dari grup asal Korea Selatan, ENHYPEN. Dirilis pada penghujung Juli 2025 sebagai bagian dari album Jepang keempat mereka yang bertajuk YOI, single ini segera mendapat sorotan dari penggemar dan kritikus karena nuansanya yang menenangkan namun emosional.
Sebagai track kedua dalam album tersebut, Echoes tampil berbeda. Lagu ini mengusung genre dance-pop yang terdengar ringan dan enak didengar, tetapi menyimpan kedalaman emosional dalam lirik dan cara penyampaian vokalnya. Sebuah kombinasi yang membuatnya pas untuk didengarkan dalam keheningan malam.
Tema utama dalam Echoes adalah kenangan dan kerinduan. Lirik-liriknya menyuarakan perasaan cinta yang tak berujung, kehadiran yang tetap terasa meski hanya bayangan, dan kenangan yang terus terulang dalam benak, lalu diperkuat oleh metafora gema yang menjadi judul lagunya. Sebuah penggambaran yang sederhana, tetapi kuat secara emosional.
Di sisi lain, Echoes menggambarkan bagaimana pikiran dan perasaan akan seseorang terus berulang seperti gema, membentuk memori yang manis sekaligus pahit. Perasaan itu hadir tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga dibawa melalui warna suara para anggota ENHYPEN yang menyatu secara harmonis.
Tidak hanya lirik yang menyentuh, dari sisi musikalitas Echoes juga tampil mengesankan. Beat-nya catchy, ritmenya stabil, dan penyusunan vokalnya tajam. Banyak penggemar menyebut lagu ini sebagai lagu easy listeningnyang secara instan membawa pendengarnya larut dalam suasana, baik untuk berdansa kecil di kamar sendiri maupun sekadar melamun.
Lagu ini terasa seimbang antara kekuatan teknis dan perasaan. Harmonisasi antar anggota ENHYPEN sangat halus, menunjukkan betapa solidnya kemampuan vokal mereka. Produksi lagunya pun menonjolkan kualitas masing-masing member, baik dalam nada tinggi maupun dalam kelembutan bisikan vokal di bagian-bagian tertentu.
Review Echoes, ENHYPEN Temani Malam Sunyi
Salah satu hal paling menarik dari Echoes adalah bagaimana lagu ini terdengar lebih hidup dan autentik saat dibawakan secara langsung. Dalam sejumlah penampilan live, bahkan di panggung besar seperti Coachella, ENHYPEN membawakan lagu ini tanpa bantuan backtrack sehingga kian membuktikan kekuatan vokal mereka secara real time.
Vokal mereka terdengar stabil, jernih, dan penuh warna. Para penggemar memuji bagaimana grup ini menjaga kestabilan suara meskipun disertai dengan tarian yang intens. Sebuah hal yang tidak mudah dilakukan, terlebih di bawah tekanan pertunjukan langsung berskala besar.
Ada satu hal yang membuat lagu ini begitu kuat: rasa. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Echoes adalah lagu yang terasa, tidak hanya didengar. Emosi yang mereka salurkan menyentuh lapisan-lapisan batin yang paling pribadi. Bagi banyak pendengar, lagu ini bukan sekadar hiburan, melainkan pengantar refleksi dalam sunyi.
Dengan nada-nada yang terdengar lembut tapi menghantam, Echoes punya potensi jadi lagu teman tidur atau pengiring perjalanan larut malam. Liriknya yang menyayat dikombinasikan dengan aransemen dance-pop yang modern menciptakan kontras yang indah.
Lebih dari itu, Echoes adalah bukti bahwa ENHYPEN bukan hanya boy group yang bisa tampil energik, tetapi juga mampu menyampaikan kisah melalui suara. Lagu ini membuktikan bahwa mereka punya kapabilitas vokal yang kuat, baik secara individu maupun sebagai satu kesatuan.
Dari segi produksi, wajar jika menyebut lagu ini sebagai salah satu rilisan Jepang terbaik dari ENHYPEN. Ada konsistensi nada, kekuatan vokal yang merata, serta sensitivitas emosional yang disampaikan dengan penuh penghayatan. Tidak heran jika Echoes menuai banyak pujian dari pendengar maupun pengamat musik.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Rizky Ridho Ngamuk? Strategi Diving Bali United Kacaukan Skenario Persija Jakarta
-
Mengenal Adam Febrian: Musisi Multitalenta yang Resmi Nikahi Feby Putri
-
Gregoria Mariska Batal Partisipasi di Dua Ajang Bergengsi, PBSI Buka Suara
-
Gagal Total, Gerald Vanenburg Terlalu Paksakan Gaya Bermain Ala Eropa?
-
Erick Thohir, dan Masa Kelam Inter Milan yang Hantui Timnas Indonesia
Artikel Terkait
-
Waste No Time oleh XngHan & Xoul: Tak Ingin Lewatkan Momen dan Terus Maju
-
400 Lebih EO Mangkir Bayar Royalti, LMKN Serahkan Daftar Hitam ke Mahkamah Konstitusi
-
Bikin Pelaku Usaha Putar Kicauan Burung di Restoran, Ini Pembelaan LMKN
-
Soobin TXT Ajak Kita Berkendara Santai di Lagu Solo Terbaru, Sunday Driver
-
Gandeng Seulgi dan Eunho, Key SHINee Bagikan Detail Lagu Album "Hunter"
Ulasan
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Review Film Red Sonja: Petualangan Savage yang Liar!
-
Review Film DollHouse: Ketika Boneka Jadi Simbol Trauma yang Kelam
-
Di Tengah Krisis Literasi, Kampung Ini Punya Perpustakaannya Sendiri
-
Ulasan Novel Mean Streak: Keberanian Memilih Jalan Hidup Sendiri
Terkini
-
Zita Anjani dan Gelombang Kritik: Antara Tanggung Jawab dan Gaya Hidup
-
Ghosting Bukan Selalu Soal Cinta: Saat Teman Jadi Avoidant
-
Demo Ojol Geruduk DPR di Tengah Hujan: Ini Tuntutan Pedas Mereka!
-
Belum Juga Jera, AFC Kembali Bikin Ulah Jelang Bergulirnya Ronde Keempat Babak Kualifikasi
-
AFC Pilih Wasit Asal Kuwait untuk Ronde Keempat, Tim Mana yang Paling Diuntungkan?