Ada sensasi tersendiri nonton film sebelum tanggal rilis resmi. Rasanya kayak dapat bocoran rahasia, atau diundang ke pesta kecil sebelum pintu dibuka untuk semua orang. Itu yang aku rasakan waktu duduk di special show Film La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka… pada 10 Agustus 2025. Empat hari sebelum tanggal tayang resmi (14 Agustus 2025), aku sudah mencicipi drama rumah tangga paling panas di layar lebar tahun ini.
Dari awal, film ini sudah bikin kepo. La Tahzan bukan sekadar fiksi, ceritanya diangkat dari kisah nyata yang sempat viral di TikTok, dibagikan sama Elizasifaa.
Sementara itu, Sutradara Hanung Bramantyo, yang sebelumnya sering sukses mengulik drama realis, kali ini bawa cerita yang akrab lagi, yakni babysitter yang jadi ancaman dalam keluarga harmonis. Premisnya sederhana, tapi kalau kamu pernah dengar gosip tetangga atau baca thread panas di media sosial soal perselingkuhan, kamu pasti tahu kenapa tema ini bisa langsung nyentuh emosi.
Sekilas tentang Film La Tahzan
Alina di sini diperankan Marshanda. Sejak kemunculan pertamanya, Alina terlihat sebagai istri yang perhatian, rapi, dan punya hidup yang terencana. Suaminya, Reza (Deva Mahenra), terlihat sayang banget sama dia dan anak mereka. Lalu datanglah Asih (Ariel Tatum), babysitter baru yang awalnya manis, sopan, dan terlihat tulus. Namun, kayak benih kecil yang pelan-pelan tumbuh jadi duri, kehadiran Asih mulai bikin retak hubungan di rumah itu.
Review Film La Tahzan
Jujur, waktu duduk di kursi bioskop untuk special show La Tahzan ini, aku nggak nyangka kalau yang bakal aku lihat adalah potongan nyata dari hidup seseorang. Bukan sekadar cerita fiksi yang dirangkai biar dramatis, tapi kisah yang benar-benar pernah terjadi, yang meninggalkan jejak nyata di dunia ini. Rasanya beda banget nonton film yang kita tahu punya akar di kenyataan. Setiap dialog, setiap tatapan, bahkan setiap keputusasaan yang terpampang di layar, terasa lebih berat, lebih menusuk.
Film La Tahzan seakan-akan ngajak kita berjalan di lorong kehidupan seseorang yang harus melewati kehilangan, kegagalan, dan pencarian makna hidup. Bukan perjalanan yang mulus, tapi penuh luka dan ragu. Justru karena itu, kisahnya terasa dekat, karena hidup jarang sekali memberi kita jalan lurus tanpa belokan.
Nah, yang bikin La Tahzan ini menarik lagi tuh, terkait cara Hanung membiarkan penonton merasakan transisi dari ‘semua baik-baik saja’ ke ‘ada yang nggak beres’ secara perlahan. Nggak ada musik mendadak dramatis atau zoom in lebay pas konflik mulai muncul. Semua dibangun pelan-pelan, lewat tatapan yang sedikit terlalu lama, dialog basa-basi yang punya nada ganda, sampai momen-momen kecil yang bikin diriku di kursi mulai nggak tenang.
Premis babysitter ‘sebagai ancaman’ ini terasa nyentil karena dekat banget sama realita. Banyak keluarga yang akhirnya harus ‘mempercayakan’ anak mereka ke orang asing karena tuntutan kerja. Babysitter jadi bagian dari rumah, ikut makan, ikut ngobrol, bahkan tahu detail paling pribadi tentang majikan. Dan ketika ada rasa nyaman yang salah arah, semua bisa berantakan. Nah, Film La Tahzan mengangkat ini tanpa takut terlihat kontroversial.
Yang aku suka, film ini nggak langsung ngecap siapa yang benar atau salah. Hanung malah kasih ruang buat kita memahami masing-masing karakter. Alina memang korban, tapi dia juga punya titik lemah. Reza jelas salah, tapi ada tekanan dan kebutuhan emosional yang bikin dia goyah. Asih? Well … dia bukan cuma ‘penggoda’, ada masa lalu dan motivasi yang bikin dia lebih manusiawi dari sebatas tokoh antagonis.
Secara teknis, Film La Tahzan digarap rapi. Sinematografinya hangat di awal, tapi makin dingin dan tajam seiring konflik berkembang. Durasi ±139 menit-nya nggak terasa berlebihan karena cerita mengalir mulus. Pemain pendukung kayak Asri Welas, Ayu Dyah Pasha, dan Rukman Rosadi juga ikut memperkuat dunia film ini, bikin tiap adegan terasa hidup.
Keluar dari bioskop setelah special show, aku bawa dua hal: Rasa nggak nyaman yang tertinggal, tanda cerita ini kena di hati dan pikiran. Lalu, penasaran gimana reaksi orang-orang pas film ini tayang resmi 14 Agustus nanti, karena aku yakin akan ada diskusi panas di media sosial soal ‘salah siapa’ dalam film ini.
Buatku, Film La Tahzan nggak cuma drama rumah tangga. Ini kayak kaca besar yang memantulkan realita pahit. Ya, kepercayaan itu rapuh, dan kadang ancaman datang dari arah yang nggak kita sangka.
Jangan sampai nggak nonton ya Sobat Yoursay!
Skor: 3,7/5
Baca Juga
-
Review Film One Battle After Another: Pusaran Dendam yang Nggak Pernah Padam
-
Futsal, Psikologi Kompetitif dan Mental Toughness Gen Z di Lapangan
-
Review Film The Long Walk: Alegori Negara yang Menumbalkan Rakyat
-
Futsal dan Pendidikan: Dari Ekstrakurikuler Jadi Jalan Serius
-
Padel dan Kesehatan Mental Gen Z, Olahraga yang Jadi Ruang Healing
Artikel Terkait
-
Raih 42.5 Juta Dolar, Film Weapons Kuasai Box Office Domestik Pekan Ini
-
Kata Ryan Adriandhy Sutradara Jumbo Soal Kontroversi Film Merah Putih: One For All yang Jadi Sorotan
-
Trending di X, Kumpulan Meme Film 'Merah Putih One for All' Viral
-
Netflix Rilis Trailer One Piece Season 2, Publik Soroti Aksi Pengibaran Bendera Jolly Roger
-
4 Film yang Dibuat di Satu Lokasi Syuting, Lebih Dramatis dan Emosional
Ulasan
-
Review Film One Battle After Another: Pusaran Dendam yang Nggak Pernah Padam
-
Review Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung: Sekuel Kocak yang Bikin Penonton Ngakak!
-
Ulasan Novel Mangsa (Prey), Ancaman Kematian di Belantara Montana
-
Hari Tani Nasional: Ini Sejarah dan Makna yang Perlu Kamu Tahu
-
Review Film The Long Walk: Alegori Negara yang Menumbalkan Rakyat
Terkini
-
Tak Ada Bek Klub Eredivisie, Harga Total Skuat Garuda Alami Penurunan Signifikan
-
Bukan Sekadar Suka Bersih, Kenali Gejala dan 5 Tipe OCD Menurut Psikolog
-
Ungkap Ada Rasa Spesial? Ini Hubungan Titi DJ dan Thomas Djorghi
-
Gerbong STY Kian Habis: Kini Giliran Marselino Ferdinan Ditinggal Patrick Kluivert
-
Donald Trump Sambut Positif Desakan Perdamaian di Gaza, Pencitraan Semata?