Hikmawan Firdaus | Miranda Nurislami Badarudin
Novel Dunia Sunyi (Dok. Pribadi/Miranda)
Miranda Nurislami Badarudin

Pernah nggak kamu merasa hidup itu berat banget, dan seakan semua hal di sekitar berjalan terlalu cepat? Nah, Dunia Sunyi karya Achi TM hadir sebagai pengingat: kadang, kekuatan terbesar justru datang dari tempat yang paling sunyi. Buku ini nggak cuma bercerita tentang seorang anak tunarungu bernama Wulan, tapi juga menyingkap nilai-nilai yang bikin pembaca mikir, belajar, dan ikut merasakan perjuangan tokohnya.

Ketabahan yang Menginspirasi

Wulan lahir tanpa bisa mendengar, tapi hidupnya jauh dari kata “lemah.” Dari kecil, dia berusaha memahami dunia lewat mata, rasa, dan hati. Musik menjadi pelarian sekaligus cara dia mengekspresikan dirinya, meski hal itu bukan perkara mudah. Setiap nada yang dia mainkan adalah hasil kerja keras, latihan tanpa henti, dan kesabaran.

Di sinilah nilai ketabahan muncul. Novel ini nggak membuat perjuangan Wulan terlihat dramatis secara berlebihan; tapi justru realistis, dengan tantangan-tantangan yang sehari-hari—seperti sulitnya berkomunikasi atau diterima di lingkungan sosial. Dari sini pembaca diajak menyadari bahwa ketekunan bukan soal bakat, tapi soal konsistensi. Kadang, kita terlalu fokus sama keterbatasan, padahal kemampuan untuk bertahan itulah yang sebenarnya membentuk karakter.

Dukungan Keluarga Itu Penting

Kalau ada satu hal yang menonjol selain ketabahan Wulan, itu adalah sosok ibunya, Bu Sulis. Dia bukan cuma “pengawas” atau guru tambahan, tapi benar-benar sahabat dan pendukung utama anaknya. Bu Sulis sering menghadapi dilema: bagaimana meyakinkan orang lain, memfasilitasi pendidikan Wulan, sambil tetap memberi kebebasan anaknya mengejar mimpinya.

Buku ini menunjukkan, tanpa dukungan keluarga, mungkin Wulan nggak akan sampai sejauh ini. Bu Sulis bukan karakter yang sempurna, tapi perjuangannya terasa nyata. Nilai ini mengingatkan kita bahwa keluarga, selain menjadi tempat pulang, juga bisa jadi pendorong utama buat menghadapi dunia yang kadang nggak ramah.

Belajar Empati dan Peduli Sosial

Salah satu hal yang bikin novel ini relevan adalah cara Achi TM menggambarkan respons masyarakat terhadap Wulan. Banyak orang nggak paham kondisi anak tunarungu, beberapa bahkan memperlakukan dia dengan salah kaprah. Lewat ini, pembaca diajak untuk melihat: dunia nggak selalu adil, tapi kita bisa memilih untuk berempati.

Nilai empati ini nggak hanya soal memahami orang dengan disabilitas, tapi juga soal belajar menghargai perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita Wulan membuat pembaca bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita cukup peduli terhadap orang di sekitar yang punya tantangan berbeda? Kadang, hal sekecil senyuman atau dukungan bisa membuat perubahan besar.

Tetap Optimis di Tengah Rintangan

Optimisme Wulan dan Bu Sulis adalah nyawa dari cerita ini. Meski menghadapi banyak rintangan—mulai dari keterbatasan fisik, prasangka orang lain, hingga kesulitan belajar—mereka tetap percaya bahwa ada jalan buat mewujudkan mimpi. Novel ini nggak menjual akhir yang “sempurna” atau mudah; tapi optimismenya terasa realistis, bisa dirasakan pembaca.

Nilai optimisme ini bikin kita terinspirasi untuk tetap maju, bahkan saat situasi terasa sulit. Kadang, yang dibutuhkan bukan kemampuan ekstra, tapi keyakinan sederhana bahwa segala usaha pasti ada hasilnya. Pesan ini ringan, tapi cukup kuat untuk membuat pembaca merenung tentang cara menghadapi masalah pribadi sehari-hari.

Kreativitas dan Pendidikan sebagai Jalan Hidup

Selain soal perjuangan personal dan dukungan keluarga, novel ini juga menekankan pentingnya kreativitas dan pendidikan. Wulan mungkin lahir dengan keterbatasan, tapi dia tetap punya cara untuk belajar dan mengekspresikan diri. Musik menjadi medium untuknya memahami dunia dan menyalurkan perasaannya.

Nilai ini mengajarkan bahwa dalam situasi sulit sekalipun, kreativitas bisa menjadi jalan keluar. Pendidikan bukan cuma soal sekolah formal, tapi juga tentang bagaimana kita menemukan cara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Wulan menunjukkan bahwa setiap anak punya cara unik untuk belajar dan tumbuh, selama ada kesempatan dan dukungan.

---

Kalau dibaca keseluruhan, Dunia Sunyi bukan sekadar novel tentang anak tunarungu, tapi juga refleksi kehidupan yang sarat nilai. Kita belajar soal ketekunan, kekuatan keluarga, empati, optimisme, dan kreativitas. Ceritanya sederhana, tapi terasa dalam—membuat pembaca nggak cuma terhibur, tapi juga terinspirasi. Kadang, suara terbesar dalam hidup bukan yang terdengar keras, tapi yang datang dari ketenangan, kerja keras, dan hati yang penuh harapan.

Novel ini cocok buat siapa saja, baik yang mencari inspirasi, pelajaran hidup, atau sekadar ingin melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Dengan membaca Dunia Sunyi, kita diajak menghargai perjuangan yang tak selalu terdengar, tapi selalu terasa penting.