Sekar Anindyah Lamase | aisyah khurin
Novel Rapijali (goodreads.com)
aisyah khurin

"Rapijali: Mencari" merupakan bagian pertama dari trilogi novel Rapijali, sebuah perjalanan musikal dan personal yang ditulis oleh penulis Dee Lestari dengan sentuhan khasnya. Penceritaan yang intim, karakter yang bernuansa, dan tema besar yang menyatukan seni, identitas, serta pencarian diri.

Dalam buku ini, Dee memperkenalkan pembaca pada dunia baru yang memadukan musik, persahabatan, keluarga, dan misteri masa lalu. Dengan latar yang kaya serta karakter-karakter kompleks, novel ini menjadi pembuka yang memikat dan menyisakan banyak pertanyaan untuk dijelajahi dalam seri berikutnya.

Cerita berfokus pada Ping, gadis remaja berusia lima belas tahun yang tumbuh di Desa Batu Karas, sebuah tempat penuh ketenangan, ombak, dan jarak dari hiruk pikuk kota besar. Ping dibesarkan oleh kakeknya, Opung Boru, dalam kehidupan yang sederhana dan harmoni.

Namun, dari awal pembaca sudah diperkenalkan pada kenyataan bahwa hidup Ping menyimpan rahasia besar, bahkan sejak kelahirannya. Ia adalah anak dari musisi legendaris yang telah lama meninggal, meski identitas tersebut dirahasiakan darinya.

Ping tumbuh dengan bakat musik luar biasa, terutama dalam bermain piano, tetapi bakat itu tidak pernah ia pamerkan karena ia merasa musik adalah sesuatu yang terlalu pribadi, terlalu dekat dengan luka dan kenangannya akan orang tua yang tidak ia kenal.

Perubahan besar dimulai ketika Opung Boru wafat, membuat dunia Ping runtuh seketika. Ia kehilangan satu-satunya sosok yang menjadi rumah, dan kehilangan itu memaksanya bertemu dengan realitas baru. Ping kemudian dijemput oleh Aishan, kawan lama ayahnya, dan harus pindah ke Jakarta untuk tinggal bersama keluarga Aishan.

Kepergian dari Batu Karas bukan hanya perpindahan geografis, tetapi juga pergeseran besar dalam hidup dan jati dirinya. Ping terlempar ke dunia baru yang tidak ia pahami, kota besar, sekolah elit, serta lingkungan sosial yang penuh dinamika dan intrik.

Salah satu kekuatan novel ini adalah bagaimana Dee menggambarkan transisi Ping dari kehidupan desa yang sunyi dan selaras dengan alam menuju kehidupan metropolitan yang berisik, rumit, dan penuh batas sosial yang samar. Pembaca diajak merasakan kejutan budaya yang dialami oleh Ping. Mulai dari aturan sekolah, ekspektasi orang-orang sekitar, hingga cara berteman di lingkungan baru. Namun, melalui karakter yang sensitif dan intuitif ini, Dee juga memperlihatkan bagaimana Ping tumbuh, mencoba bertahan, dan perlahan menemukan tempatnya di lingkungan baru.

Di sekolah, Ping bertemu dengan beberapa karakter penting yang kemudian membentuk fondasi hubungan di cerita berikutnya seperti Indra, Jemi, Ziva, dan Berlian. Masing-masing membawa warna berbeda dan konflik pribadi yang membuat dinamika persahabatan mereka terasa hidup. Hubungan-hubungan ini dibangun dengan ritme yang natural, ada kecanggungan, rasa ingin tahu, konflik kecil, tetapi semuanya dirangkai sehingga terasa nyata dan dekat dengan kehidupan remaja masa kini.

Musik menjadi bahasa utama novel ini. Dee tidak hanya menjadikan musik sebagai latar, tetapi juga sebagai jiwa dari narasi. Setiap bagian yang menyentuh proses bermusik, ping memainkan piano, kegiatan klub musik, hingga pertemuan pertama Ping dengan dunia musik profesional ditulis dengan detail yang mencerminkan pemahaman mendalam sang penulis.

Pembaca bisa merasakan bagaimana musik menjadi sarana ekspresi, komunikasi, bahkan terapi bagi Ping. Musik bukan sekadar hobi, ia adalah kunci masa lalu, jembatan menuju masa depan, dan identitas utama yang selama ini tersembunyi.

Selain tema musik, novel ini juga bermain dengan misteri keluarga. Identitas ayah Ping, konflik masa lalu antara tokoh-tokoh dewasa, hingga rahasia yang membuat Ping dibesarkan jauh dari Jakarta, semuanya menjadi lapisan yang menarik untuk diikuti. Dee membangun misteri ini secara perlahan, memberikan potongan-potongan informasi yang tepat untuk menumbuhkan rasa ingin tahu tanpa membebani alur. 

Bahasa yang digunakan Dee Lestari tetap menjadi daya tarik tersendiri. Tuturannya mengalir lembut, penuh refleksi, dan sering kali menyentuh. Dee mampu menempatkan dialog remaja yang hidup berdampingan dengan narasi puitis tanpa membuatnya terasa janggal. 

Dari sisi tempo cerita, bagian awal bergerak cukup lambat karena Dee memberikan ruang bagi pembentukan latar dan karakter. Namun, ritme tersebut terasa cocok dengan tema pencarian diri yang membutuhkan waktu dan proses. Begitu Ping memasuki dunia baru di Jakarta, tempo mulai meningkat, konflik menjadi lebih beragam, dan hubungan antar-tokoh berkembang dengan lebih dinamis.

Sebagai buku pertama dari trilogi, "Rapijali 1: Mencari" berhasil menjalankan fungsinya sebagai novel pembuka,  memperkenalkan dunia, tokoh, konflik, dan benang merah yang akan menjalar ke dua buku berikutnya. Novel ini menyuguhkan perjalanan emosional yang lembut namun penuh daya tarik, dengan pesan-pesan tentang keluarga, keberanian, persahabatan, serta pentingnya menerima dan menghormati bakat diri sendiri.

"Rapijali 1" adalah kisah tentang menemukan jati diri, menemukan kenyataan masa lalu, dan menemukan keberanian untuk melangkah. Novel ini sangat cocok untuk pembaca yang menyukai kisah coming-of-age yang hangat, penuh warna, dan diperkaya dengan elemen musik yang kuat. Dee Lestari tidak hanya menulis cerita, tetapi juga menciptakan pengalaman yang resonan dan mengundang pembaca untuk ikut menyelami perjalanan seorang remaja yang tengah mencari tempatnya di dunia.

Identitas Buku

Judul: Rapijali

Penulis: Dee Lestari

Penerbit: Storial

Tanggal Terbit: 25 Januari 2021

Tebal: 368 Halaman

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS