Ada banyak tema yang digunakan dalam pembuatan novel, terutama novel untuk usia remaja. Ada yang mengusung romansa antar-remaja seperti Dilan karya Pidi Baiq, ada pula yang mengangkat isu kesehatan mental seperti A untuk Amanda karya Annisa Ihsani, dan tema pendidikan. Kami (Bukan) Sarjana Kertas adalah salah satu contoh novel remaja dengan tema pendidikan.
Ditulis oleh J.S. Khairen dan diterbitkan pertama kali pada tahun 2019 oleh Penerbit Bukune, novel ini kemudian dicetak ulang pada tahun 2024 oleh Gramedia Widiasarana Indonesia. Kisahnya berpusat pada sekelompok anak kuliah yang masuk sebuah kampus bernama Universitas Daulat Eka Laksana alias UDEL.
Randi Jauhari alias “Ranjau”, Ogi, Gala, Arko, Juwisa, Sania, dan Catherine. Masing-masing anak muda ini memiliki keadaan hidup yang unik namun relevan.
Ada Ranjau yang ambisius dalam dunia kuliahnya, berlawanan dengan Ogi, si mahasiswa penggila permainan daring dengan otak yang sedikit cabul. Ada Gala dengan keluarganya yang kaya namun agak mengekang, berlawanan dengan Arko yang hidup pas-pasan dan bergantung pada kameranya untuk fotografi.
Lalu, ada Juwisa yang ramah dan kadang sering dipanggil “Si Ubin Masjid”, Sania yang gemar bermain gitar (dan suka merokok), serta Catherine yang anggun dan cerdas.
Ketujuh mahasiswa UDEL ini dibimbing oleh seorang dosen konseling bernama Lira Estrini. Bu Lira inilah yang nantinya berperan sebagai ‘mentor kehidupan’ bagi ketujuh mahasiswa ini. Fokus utama novel ini bukan hanya tentang kehidupan kampus mereka, tetapi juga membahas beragam tipe mahasiswa dalam dunia kuliah di Indonesia.
Ada mahasiswa yang belajar melalui pengalaman hidup yang pahit, ada pula tipe mahasiswa giat yang mementingkan nilai. Lalu, mahasiswa kaya raya dengan keluarga superketat juga ada, berlawanan dengan mahasiswa yang keluarganya hangat dan bebas namun memiliki keterbatasan ekonomi.
Kemudian, ada juga mahasiswi yang keluarganya menuntut untuk segera menikah, serta mahasiswi dengan keluarga yang bekerja di pasar. Dengan beragam keadaan hidup di keluarga masing-masing, mereka sama-sama memiliki sesuatu yang diperjuangkan setelah kuliah.
Mungkin, pada titik ini, Anda akan bertanya, “Lalu, apa bagusnya novel ini?” Jangan salah, begitu membacanya, Anda akan merasakan konflik, persahabatan, dan perjuangan hidup yang sangat dekat dengan kehidupan remaja kuliah.
Jalan cerita novel setebal sekitar 300 halaman ini memberikan gambaran kontras tentang beragam tipe mahasiswa di Indonesia, baik mereka yang menjadi ‘mahasiswa kupu-kupu’ (kuliah-pulang) maupun mereka yang kuliah sambil bekerja keras untuk memenuhi ekspektasi dan bahkan mengangkat ekonomi keluarga.
Setiap akhir bab pada novel ini selalu diselingi dengan ‘petuah’ tersendiri. Ambil saja contoh petuah pada akhir bab pertama: “Kawan, rengkah hati dapat diobati. Namun jati diri tiada ganti, kau tahu itu!” Sebagai bocoran, bab pertama novel ini sempat membahas bagaimana Ogi si mahasiswa ‘sedikit cabul’ ikut kuliah hanya karena ajakan temannya yang ‘kuliah-pulang’, Ranjau, dan bukan atas kemauan sendiri.
Novel ini juga terkadang memiliki bagian komedi dalam bentuk metafora sederhana tapi lucu. Untuk bagian ‘metafora lawak’-nya, saya sarankan Anda untuk membeli novel aslinya saja. Jauh lebih lucu jika tidak dibocorkan.
Sebagaimana setiap karya manusia, akan selalu ada kelebihan dan kekurangannya. Cerita pada novel ini memang relevan (dan kadang humoris serta beranalogi cerdas). Namun, perlu diingat bahwa novel ini memiliki adegan depresi yang nyaris berakhir dengan bunuh diri.
Sebagian pembaca mungkin akan terkejut (atau bahkan trauma) dengan fakta ini karena novelnya tidak memiliki peringatan konten mengenai referensi bunuh diri. Saya pribadi sangat berharap ada pemberitahuan mengenai hal ini di sampul belakang atau di dalam buku untuk cetakan berikutnya.
Terlepas dari itu semua, sebagai pembaca, saya benar-benar menyarankan Anda untuk menikmati novel ini. Suka kisah remaja? Butuh bimbingan kehidupan kuliah? Novel ini pas untuk pembaca yang mencari dua hal tersebut.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
8 Rekomendasi Sepatu Puma Diskon 50% Sesuai Dompet Mahasiswa
-
Stop Victim Mentality! Insights Akbar Abi dari Buku Berani Tidak Disukai
-
Komunitas Boardgame Yogyakarta Bangun Ruang Interaksi di Tengah Era Gadget
-
iPhone 13 untuk Pelajar: Masih Layakkah Dibeli di Tahun 2025 dengan Harga RP 8 Jutaan?
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi