Lintang Siltya Utami | Oktavia Ningrum
Kembara Rindu (Dok.Pribadi/Oktavia N)
Oktavia Ningrum

Kalau kamu hanya tahu novel karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Ayat-Ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih saja, nggak ada salahnya buat baca Kembara Rindu.

Merupakan bagian pertama dari dwilogi Rindu, disusul oleh novel kedua dari seri ini berjudul Suluh Rindu. Novel ini mengambil layar yang cukup dekat dengan kehidupan keseharian. 

Dan seperti karya-karya Kang Abik sebelumnya, novel ini hadir sebagai bacaan bernuansa religius yang membumi. Sarat nasihat, namun tetap dikemas dalam alur cerita yang menyentuh dan relevan dengan kehidupan. 

Sinopsis Buku

Novel ini mengisahkan perjalanan hidup seorang pemuda bernama Ridho, santri lulusan Pesantren Darul Falah yang baru saja kembali ke kampung halamannya. Kepulangan Ridho bukan tanpa sebab. Ia pulang atas perintah Kyai Nawir, sebagai bentuk amanah dari Kakek Jirun, sosok yang telah mengasuh Ridho sejak ia menjadi yatim piatu.

Kakek Jirun yang menyekolahkan Ridho ke pesantren dan melarangnya pulang sebelum mendapat izin sang kyai. Amanah ini menjadi titik awal kembara batin Ridho dalam merancang masa depan, sekaligus menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu ramah.

Setibanya di kampung halaman, Ridho tidak langsung menemukan ketenangan. Ia justru dihadapkan pada berbagai persoalan pelik. Masalah ekonomi keluarga, konflik warisan, tanggung jawab sosial, hingga amanah besar untuk memakmurkan masjid dan mengamalkan ilmu yang ia peroleh selama mondok. Beban hidup itu perlahan menguasai hari-harinya, membuat Ridho hampir lupa bahwa kebahagiaan sejati sebenarnya telah ia miliki. Iman, ilmu, dan rindu kepada Allah.

Selain Ridho, novel ini menghadirkan tokoh-tokoh pendukung yang kuat dan inspiratif. Ada Syifa, gadis kecil yang energik, berbakti, dan memiliki bakat menyanyi luar biasa. Meski berpeluang menjadi penyanyi terkenal, Syifa justru memilih jalan lain. Mendekatkan diri kepada Al-Qur’an dan berdialog mesra dengan Kalam-Nya. Ada pula Diana dan Lina, dua perempuan cerdas yang taat beragama, yang memperkaya dinamika cerita dengan keteguhan prinsip dan ketulusan sikap mereka.

Secara tematik, Kembara Rindu mengangkat nilai-nilai universal: kerja keras, kasih sayang keluarga, keberanian mengambil keputusan, keikhlasan menerima takdir, tanggung jawab moral, serta keteguhan iman.

Semua nilai tersebut bermuara pada satu tujuan besar, yaitu meraih hidup yang berkah. Kekuatan utama yang menggerakkan para tokohnya adalah rindu-rindu kepada Allah, rindu kepada kebaikan, dan rindu kepada kehidupan yang bermakna.

Kelebihan dan Kekurangan Novel

Salah satu bagian paling menyentuh dalam novel ini adalah lima nasihat Kyai Nawir kepada Ridho. Nasihat tersebut mencakup pentingnya memakmurkan masjid, memperbanyak zikir dan menggunakan akal sehat, meluruskan niat dalam berjuang di jalan agama, terus menuntut ilmu, serta menjaga adab, kerendahan hati, dan harapan kepada rahmat Allah. Nasihat-nasihat ini bukan sekadar petuah, melainkan fondasi moral yang menjadi benang merah perjalanan Ridho.

Kembara Rindu juga memberi gambaran yang hangat dan realistis tentang kehidupan santri dan pesantren. Bagi pembaca yang belum pernah mondok, novel ini bisa menjadi jendela pemahaman tentang nilai-nilai kesederhanaan, kedisiplinan, dan spiritualitas dalam dunia pesantren. Bagi yang pernah menjalaninya, novel ini terasa seperti pulang ke rumah alias nostalgia tipis masa-masa tinggal dan belajar di pesantren. 

Novel ini tidak membawa kemegahan, seperti buku-buku Kang Abik yang berjudul Ayat-Ayat Cinta, Bumi Cinta, atau Api Tauhid. Tapi lewat Kembara Rindu pembaca diajak kembali sejenak di kehidupan yang sederhana yang berembus di kehidupan sehari-hari. Namun karena buku ini terdiri atas dwilogi, buku pertama terasa nanggung dan memang harus dituntaskan ke seri kedua untuk memahami secara utuh. 

Pada akhirnya, Kembara Rindu mengajarkan bahwa hutang harus dilunasi dengan penuh tanggung jawab, kezaliman terutama terhadap anak yatim harus dijauhi, dan bahwa Islam adalah agama yang indah, penuh kasih, serta menenangkan bagi mereka yang sabar. Novel ini bukan hanya cerita, tetapi juga pengingat lembut bahwa hidup yang berkah selalu berawal dari niat yang lurus dan rindu yang dijaga.

Identitas Buku

  • Judul: Kembara Rindu
  • Penulis: Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik)
  • Penerbit: Republika Penerbit
  • Tahun Terbit: 2019
  • ISBN: 978-623-7458-09-8-1
  • Tebal: 266 halaman
  • Kategori: Novel, Fiksi Umum, Islam