Tertarik untuk menambah daftar putar musik kamu dengan suara yang segar dan unik? Indonesia memiliki banyak band rock alternative yang tidak kalah keren dengan band-band internasional. Di antara berbagai genre musik yang ada, rock alternatif menawarkan kombinasi antara eksperimen musikal dan lirik yang dalam, yang pastinya akan membuatmu ketagihan.
Berikut ini adalah empat rekomendasi band rock alternative Indonesia yang wajib kamu dengar. Mari kita jelajahi bersama-sama!
1. The Adams
The Adams, sebuah band yang terbentuk di Jakarta pada tahun 2002 di kampus Institut Kesenian Jakarta, adalah sebuah band yang terdiri dari Ario Hendarwan (vokal, gitar), Saleh Husein (vokal, gitar), Gigih Suryo Prayogo (drum, vokal), Pandu Fathoni (vokal, bas), dan Ghina Salsabila (keyboard, vokal).
Setelah merilis album mereka "The Adams" dan "v2.05" pada tahun 2005 dan 2006, The Adams membangun penggemar setia di seluruh Indonesia melalui jadwal panggung yang padat. Lagu-lagu seperti “Konservatif”, “Waiting”, “Halo Beni”, dan “Hanya Kau” memperkuat posisi mereka sebagai salah satu band favorit.
Antara tahun 2008 hingga 2016, band ini mengalami periode kurang produktif karena kesibukan individu personel. Namun, pada tahun 2017, The Adams merilis kembali seluruh karya mereka melalui layanan musik digital, termasuk mini-album "ß Release" yang berisi lagu-lagu non-album dan rekaman baru dari "Glorious Time".
Pada tahun 2019, di bawah label mereka sendiri, Belakang Teras Records, The Adams merilis album ketiga mereka yang dinantikan, "Agterplaas". Album ini memperkenalkan lagu-lagu seperti “Pelantur”, “Masa-Masa”, dan “Timur”, yang segera diterima baik oleh penggemar lama dan baru, memperluas jangkauan dan daya tarik musik mereka.
2. The S.I.G.I.T
The SIGIT, yang merupakan akronim dari (The Super Insurgent Group of Intemperance Talent) didirikan oleh empat siswa SMA di Bandung yang sangat menyukai musik rock era 70-an. Berdasarkan jurnal "Katalog Anotasi Grup Musik The SIGIT" karya Bagus Handy Maajid, band ini terbentuk pada awal tahun 2000-an.
Mereka pertama kali memperkenalkan musiknya dengan mengirimkan undangan untuk acara musik mingguan di garasi tempat mereka berlatih. Respons yang mereka terima sangat positif, sehingga acara mingguan ini menjadi semakin populer. Pada tahun 2004, The SIGIT merilis EP debut mereka. Label terkenal, FFWD Records, kemudian menawarkan mereka kesempatan untuk tampil di hadapan khalayak yang lebih luas.
The SIGIT juga berhasil menarik perhatian label rekaman asal Australia, Caveman, yang kemudian merilis album EP mereka pada bulan April 2007 dan album "Visible Idea of Perfection" yang dirilis khusus untuk pasar Australia. Berdasarkan buku "Manajemen Media di Indonesia" karya Diyah Hayu Rahmitasari, pada bulan Juni 2007, The SIGIT diundang untuk tur keliling Australia guna mempromosikan album mereka. Tur ini meliputi sembilan kota seperti Hobart, Sydney, Perth, Brisbane, Launceston, Dunsborough, Bunbury, Melbourne, dan Adelaide, dengan total 14 pertunjukan dalam waktu tiga minggu.
Tidak hanya di Australia, The SIGIT juga diundang tampil di festival prestisius South by Southwest pada Maret 2009, yang semakin mengukuhkan kehadiran mereka di panggung internasional.
Band ini telah meraih berbagai penghargaan. Single pertama mereka, "Soul System," menjadi hits di radio-radio Bandung dan Jakarta. Mereka juga dinobatkan sebagai "The Hottest Rock and Roll Band" oleh Majalah Trax, menjadi bagian dari soundtrack film "Catatan Akhir Sekolah," dan masuk nominasi sebagai Pendatang Baru Terbaik di Anugerah Musik Indonesia tahun 2008
3. Morfem
Morfem adalah band rock 'n' roll yang didirikan oleh Jimi Multhazam, vokalis utama The Upstairs. Setelah The Upstairs hiatus tanpa batas waktu pada tahun 2009, Jimi menghadiri acara Tribute to 90's dan bertemu dengan Pandu dan Freddie, yang saat itu bermain dengan band Damascus. Seusai acara, Jimi menghubungi Pandu dan Freddie untuk membentuk band baru.
Bersamaan dengan itu, Inyo, vokalis band Dikeroyok Wanita, mendekati Jimi dengan ide membentuk band cover Gang of Four. Jimi kemudian mengajak Inyo untuk bergabung dengan Pandu dan Freddie. Untuk posisi bass, Pandu mengajak sahabat lamanya, Dhimas Panji. Mereka mulai memainkan lagu-lagu Velvet Underground dalam gaya noise rock dan menamakan diri mereka Morfem.
Morfem tampil pertama kali pada 1 Mei 2009 di sebuah pameran di Ruangrupa, membawakan cover lagu Velvet Underground dengan aransemen baru. Setelah penampilan pertama ini, Inyo memutuskan keluar dari Morfem.
Pada 17 Juli 2009, formasi Morfem berubah lagi. Dhimas Panji keluar dan digantikan oleh Bramasta J. Sasongko, yang menggantikan posisi Inyo. Dengan formasi baru ini, mereka mulai menggarap album debut mereka. Dua tahun kemudian, pada 13 Januari 2011, album perdana mereka yang berjudul "INDONESIA" dirilis.
Album ini berisi tujuh lagu yang banyak mengangkat tema tentang kehidupan kota Jakarta yang semakin kacau. Lagu "Pilih Sidang Atau Berdamai" menyindir polisi dengan lirik yang tajam, sementara "Who Stole My Bike" mengkritik kondisi transportasi yang buruk. Single andalan mereka, "Tidur Dimana Mimpi Kapan Pun," juga disajikan dalam versi akustik.
Pada 15 Agustus 2011, Morfem merilis mini album "SEKA INGUSMU" secara online, yang berhasil diunduh sebanyak 5000 kali dalam waktu tiga jam. Pada akhir November 2011, mereka kembali masuk studio untuk menyiapkan album kedua mereka. Pada tahun 2012, Morfem dinominasikan dalam AMI Awards untuk kategori Karya Produksi Lintas Bidang (cutting edge), bersaing dengan nominasi lain seperti Angsa dan Serigala, Sarasvati, Tulus, dan Twenty First Night.
Itulah rekomendasi band rock alternatif yang bisa kamu dengar lagu-lagunya!