Eksibisionis merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang menunjukkan pola gairah seksual atipikal. Penyimpangan ini biasanya muncul karena adanya dorongan untuk mengekspos alat kelamin seseorang yang biasanya ditujukan kepada orang asing. Biasanya sasaran yang digunakan oleh pelaku adalah anak remaja, orang dewasa, atau keduanya.
Penyebab dari penyimpangan eksibisionis masih belum diketahui pastinya, namun perkembangan penyimpangan ini biasanya terjadi pada awal seseorang memasuki usia dewasa. Terdapat beberapa kemungkinan yang dicurigai menyebabkan seseorang mengidap eksibisionis diantaranya, penyalahgunaan zat, penyimpangan parafilia, dan adanya gangguan kepribadian antisosial. Biasanya seseorang yang mengidap penyimpangan eksibisionis biasanya cenderung melakukan pelecehan seksual, terutama terhadap anak-anak (halodoc.com).
Dilansir oleh suara.com pada Selasa (7/2/2023), beberapa waktu lalu publik dikejutkan dengan kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang wanita berinisial YS (25) di Jambi. Pencabulan dilakukan kepada remaja perempuan dan lelaki berusia 8 hingga 15 tahun. Selain dicabuli, para korban juga dipaksa untuk menonton video porno, menonton adegan hubungan intim antara pelaku dan pasangannya, serta korban dipaksa untuk menyentuh kemaluannya sendiri.
BACA JUGA: Ancaman Hukuman Tersangka Kasus Pencabulan Belasan Anak Di Jambi
Kejadian tersebut menimbulkan kemarahan masyarakat mengingat anak yang menjadi korban cukup banyak. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan lebih lanjut, diketahui bahwa pelaku mengidap penyimpangan berupa pedofilia dan eksibisionis. Kedua jenis penyakit yang diidap ini merupakan penyakit psikologis yang membuat seseorang mengalami penyimpangan seksual.
Belum diketahui penyebab penyimpangan yang diderita oleh pelaku. Dilansir oleh tim halodoc, saat ini belum ada penjelasan lebih lanjut jenis penyimpangan eksibisionis yang diderita. Dalam psikologis, penyimpangan eksibisionis dibedakan menjadi dua jenis
1. Eksibisionis Murni
Seseorang yang mengidap gangguan eksibisionis biasanya akan senang menunjukkan bagian privatnya kepada seseorang yang berada dalam jarak cukup jauh. Gejala biasanya terjadi pada saat remaja hingga memasuki awal masa dewasa. Pelaku biasanya beranggapan bahwa sang korban memiliki ketertarikan terhadap dirinya, sehingga mendorong pelaku untuk tetap melakukan flirting.
BACA JUGA: 5 Kelebihan Operasi ERACS untuk Melahirkan, Beneran Gak Sakit dan Cepat Pulih?
Perilaku ini bisa terjadi karena minat seksual pelaku yang tidak tersalurkan. Biasanya pengidap penyimpangan eksibisionis jenis ini akan berkurang gejalanya seiring bertambahnya usia, namun pelaku cenderung tidak melakukan kekerasan. Meskipun demikian, kita harus tetap waspada karena pengidap penyimpangan eksibisionis dapat berpotensi melakukan pemerkosaan
2. Eksibisionis Eksklusif
pengidap penyimpangan eksibisionis eksklusif biasanya terjadi karena dorongan seksual dalam diri mereka tidak dapat tersalurkan dengan baik. Pelaku biasanya menginginkan untuk membangun hubungan romantis sebelum menunjukkan perilaku penyimpangan seksualnya.
Mungkinkah Kita Mengobati Pengidap Penyimpangan Eksibisionis?
Mengingat kejadian eksibisionis seperti ini cukup meresahkan, maka timbullah pertanyaan apakan penyimpangan seperti ini dapat disembuhkan. Jawabannya adalah, ya, gejala eksibisionis yang diderita seseorang dapat disembuhkan apabila pada gejala yang masih awal terjadi.
Namun, biasanya pengidap penyimpangan ini mengabaikan gejala yang ada di dalam dirinya dan enggan untuk melakukan perawatan penyembuhan. Pengidap penyimpangan eksibisionis biasanya baru bersedia untuk melakukan pengobatan ketika mereka diamankan oleh pihak berwajib atas tindakan merugikan yang mereka lakukan.
Berdasarkan berbagai website kesehatan, pengidap eksibisionis biasanya akan diberikan perawatan psikoterapi dan medis untuk menyembuhkan gejala yang mereka derita. Perawatan yang sangat disarankan untuk pengidap penyimpangan eksibisionis adalah perawatan terapeutik. Perawatan ini terbukti efektif untuk meringankan gejala eksibisionis yang muncul dengan kontrol impuls sehingga dorongan atau keinginan untuk melakukan penyimpangan yang muncul dapat ditekan.
Terapi kognitif juga dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan eksibisionis ini. Terapi ini biasanya dilakukan untuk menentukan faktor pemicu munculnya kejadian eksibisionis sehingga dapat ditentukan upaya penanganannya.
Disamping itu, dapat diberikan pula psikoterapi dengan melakukan beberapa pelatihan. Pelatihan yang dapat dilakukan meliputi pelatihan relaksasi, empati dan keterampilan dalam mengatasi gejala yang muncul (yesdok.com).
Pemberian obat-obatan medis juga diperlukan untuk mengatasi gangguan ini. Beberapa jenis obat medis yang diberikan berupa penghambat hormon seksual ataupun antidepresan. Obat-obatan yang diberikan ini dapat membantu pengidap penyimpangan dalam menekan dorongan dalam dirinya untuk melakukan tindakan eksibisionis (halodoc.com).
Kesimpulannya, seseorang yang mengidap gangguan eksibisionis dapat menyebabkan keresahan di masyarakat karena perilaku yang ditunjukkannya. Risiko yang paling ditakuti oleh masyarakat yaitu terjadinya pemerkosaan dan juga trauma pada korban. Namun, penyimpangan ini dapat disembuhkan dengan terapi atau pengobatan yang sesuai.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS