Jalinan kerja sama antara pemain Timnas Indonesia, Nathan Tjoe-A-On dengan klub Inggris, Swansea City berakhir lebih cepat. Menyadur laman Suara.com (23/6/2025), meskipun kontrak pemain berusia 23 tahun tersebut baru akan selesai pada musim mendatang, namun kedua belah pihak memutuskan untuk mengakhiri kebersamaan yang telah mereka jalin semenjak tahun 2023 lalu tersebut.
Minimnya menit bermain, disinyalir menjadi penyebab utama mengapa kemesraan Nathan dengan Swansea ini berakhir lebih cepat. Bagaimana tidak, semenjak bergabung dengan klub divisi Championship Liga Inggris itu, Nathan hanya berkutat dengan dua hal minor di klub, yakni dipinjamkan ke klub lain, atau menghuni bangku cadangan dengan durasi waktu yang tak kira-kira.
Maka, pantas saja jika pada akhirnya Nathan lebih memilih untuk pergi dari Swansea, meskipun durasi kontrak masih tersisa satu musim lagi. Karena jika terus bertahan, maka bukan tak mungkin catatan tiga pertandingan dengan durasi waktu hanya 127 menit yang dimilikinya bersama The Swans, tak akan bertambah signifikan.
Meninggalkan Swansea adalah Keputusan yang Tepat bagi Nathan Tjoe-A-On
Jika menilik perjalanan karier dari seorang Nathan Tjoe-A-On, dapat dikatakan bergabung bersama Swansea adalah sebuah tragedi salah pilih bagi sang pemain. Pasalnya, Nathan sendiri merupakan seorang pemain yang memiliki kemampuan cukup menonjol di usia muda.
Nathan yang memulai karier sepak bolanya di klub Belanda, Excelsior usia muda pada 2016 lalu, menjadi salah satu pemain dengan prospek paling cerah bagi klub. Sehingga tak mengherankan jika pada akhirnya, dirinya sudah bisa menembus tim senior Excelsior pada tahun 2019, di usianya yang belum genap menyentuh angka 18 tahun.
Tak hanya numpang lewat, Nathan juga menjadi pewarna alami dalam permainan klub yang membesarkannya kala itu. Selama kurang lebih empat musim mengabdikan diri di Excelsior, Nathan tercatat memainkan 57 pertandingan bersama klubnya tersebut, dengan donasi satu gol dan satu assist.
Jika dirata-rata, dengan jumlah pertandingan sebanyak itu dalam empat musim, Nathan selalu mendapatkan kepercayaan untuk memainkan 14 pertandingan dalam setiap musimnya. Sebuah jumlah yang tentunya sangat besar dan berharga, mengingat usia dari sang pemain yang masih sangat muda saat itu.
Secara tak langsung, statistik mengilat inilah yang pada akhirnya juga membuat Nathan harus berada di posisinya saat ini. Swansea yang melihat potensi sang pemain, datang untuk meminang. Dan dengan mahar sebesar Rp6,08 miliar, Nathan pun berpindah ke klub barunya di Inggris.
Namun sayangnya, perjalanan karier Nathan tak semulus seperti di Excelsior. Nathan yang memainkan 57 pertandingan di pentas Eredivisie, justru kesulitan untuk mendapatkan tempat di Swansea, yang secara kasta liga tidak setinggi Excelsior karena bermain di Championship.
Bakat besar yang dibawanya dari Belanda ke Inggris, terbuang sia-sia di klub barunya. Alih-alih mendapatkan kesempatan untuk membuktikan diri, pihak klub justru menempatkan Nathan sebagai penghuni tetap bangku cadangan, dan hanya memberikan empat kesempatan bermain selama dua musim kebersamaan mereka.
Sehingga, ketika pada akhirnya Nathan memutuskan untuk pergi dari Swansea, sejatinya keputusan tersebut cukup tepat untuk diambil. Dengan segala kemampuan yang dimilikinya, Nathan berhak untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak bersama klub dan menjadi pewarna dalam permainan klub yang ditempatinya, bukan hanya sebagai "ban serep" seperti yang didapatkannya dalam dua musim ini.
Karena jika mengingat pencapaiannya di usia muda, Nathan layak untuk mendapatkan klub yang bisa memainkannya secara reguler, dan menjadi bagian yang penting dalam perjalanan klub yang disinggahinya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS