Pasca kekalahan tipis 2-3 yang diderita oleh Timnas Indonesia dari tuan rumah Arab Saudi, Yakob Sayuri menjadi bulan-bulanan para warganet yang kecewa dengan penampilannya.
Di mata para warganet, saudara kembar dari Yance Sayuri tersebut dituding sebagai salah satu biang kegagalan Pasukan Garuda untuk merengkuh poin, imbas pelanggaran yang dilakukannya di petak penalti sehingga berujung dengan hadiah penalti bagi tim lawan.
Memang, pada pertarungan melawan The Green Falcon tersebut, Yakob Sayuri tampil di bawah form terbaiknya. Laman statistik sofascore bahkan memberikan rating rendah di angka 5,8 bagi penggawa Malut United tersebut.
Namun demikian, ternyata kita selaku warganet dan pendukung Timnas Indonesia tidak pantas untuk memberikan hujatan dan komentar-komentar negatif terhadap apa yang telah ditampilkan oleh Yakob Sayuri.
Pasalnya, jika dilihat-lihat dengan saksama, Yakob Sayuri sendiri sejatinya menjadi korban dari "malapraktik" Patrick Kluivert dalam penerapan strategi di kala berhadapan dengan Arab Saudi lalu.
Dalam catatan laman match report AFC maupun transfermarkt, Yakob Sayuri sendiri tak bermain di posisi idealnya saat turun melawan Arab Saudi.
Yakob Sayuri yang terbiasa bermain menyerang dan beradu kelincahan dengan para bek lawan, justru dipaksa oleh Kluivert untuk bermain sangat rendah dengan mengisi pos fullback kanan.
Tentu saja perbedaan tugas di lapangan yang demikian mencolok membuat Yakob Sayuri bermain dengan kagok. Dirinya yang terbiasa bermain menyerang dan mengobrak-abrik pertahanan lawan, benar-benar dipaksa untuk membantu lini belakang, pun menahan akselerasi dari para pemain lawan.
Sehingga sangat tak mengherankan jika di berbagai momen pada laga tersebut, kita melihat Jay Idzes meneriaki Yakob agar tak terlalu overlap dan meninggalkan area pertahanannya kosong. Sebuah hal yang wajar, karena bagaimanapun naluri bermain Yakob secara default adalah penyerang.
Perihal pelanggaran yang dilakukan oleh Sayuri di kotak penalti pun sejatinya hal itu lebih ke arah reflek dia sebagai pemain yang bertipikal penyerang. Dalam dunia sepak bola, ketika seorang pemain yang bertipikal penyerang kalah dalam melakukan akselerasi dari pemain lawan, maka salah satu jalan yang bisa dia lakukan adalah dengan membuat professional fault seperti menarik kaus.
Alasannya pun cukup logis, karena posisi pemain seperti Sayuri lebih sering berada di area pertahanan lawan, maka pelanggaran-pelanggaran seperti yang dilakukannya kemarin tak akan berbuah fatal dan mendapatkan ganjaran penalti.
Namun sayangnya, karena di laga melawan Arab Saudi tersebut Yakob beroperasi sebagai pemain bertahan, yang mana area permainannya di sekitaran kotak penalti, gerakan reflek yang dilakukannya tak bisa serta merta disalahkan. Karena kita bisa melihat, pasca melakukan kesalahan itu, Yakob sendiri terlihat cukup kebingungan karena mungkin dirinya baru sadar berada di petak penaltinya sendiri.
Jadi, fakta bahwa Yakob Sayuri bermain underperform dan menyebabkan satu gol lawan dari hadiah penalti memang benar adanya. Namun tentu saja kita tak boleh menjatuhkan atau bahkan menghujatnya dengan keterlaluan, karena sejatinya Yakob Sayuri sendiri adalah korban dari kesalahan taktik dan strategi yang diterapkan oleh sang pelatih.
Andaikan Yakob Sayuri dimainkan di posisi aslinya, tentu saja tak akan demikian.
Segera bangkit Yassa!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS