Menulis Tidak Butuh Teori Banyak

Munirah | Budi
Menulis Tidak Butuh Teori Banyak
Ilustrasi Menulis. (Pixabay)

Menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide dan pikiran dalam bentuk sastra berupa tulisan. Dengan menulis, seseorang akan menuangkan suatu keresahan terhadap objek menurut cara pandang seorang penulis.

Aktivitas menulis terkadang membosankan karena tidak mampu menemukan arti sebenarnya dalam menulis. Sehingga tidak sedikit orang, ketika menulis, berhenti di tengah jalan dan tidak mampu menyelesaikan suatu tulisan sampai tuntas. Namun, hal itu disebabkan karena tidak ada niat yang kuat dalam mendalami dunia kepenulisan.

Padahal, kegiatan menulis telah kita alami semenjak pertama kali masuk sekolah sampai dewasa yang tidak pernah lepas dari aktivitas menulis. Bahkan, menulis sering kita lakukan untuk membuat pesan atau status di media sosial. Jelas ini menandakan bahwa menulis merupakan kegiatan rutinitas bagi setiap orang.

Sehingga kebiasaan menulis seperti inilah perlu kita latih agar dapat menjadi tulisan yang terstruktur sesuai dengan kaidah penulisan, baik berupa tulisan ilmiah maupun hanya sebatas opini. Hingga akhirnya tulisan tersebut dapat bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.

Salah satu tantangan dalam menulis biasanya sangat sulit untuk menemukan ide tentang mau menulis apa dan memulai penulisan dari mana, agar dapat tercipta menjadi sebuah karya. Padahal itu dapat diatasi ketika ada komitmen yang tinggi untuk terjun dalam kepenulisan.

Dalam menemukan atau mencari ide, sebenarnya ada di mana-mana dan berada di sekeliling kita. Ide itu bisa didapatkan melalui menonton, membaca buku, melihat kondisi di sekitar, dan pengalaman pribadi. Namun, yang terpenting dari semua itu adalah seberapa sadar kita tentang ide tersebut.

Sebelum berkeinginan menjadi penulis, pertama, kita bulatkan adalah niat dan komitmen yang tinggi dalam penulisan. Bukan hanya sekadar niat, tetapi dapat dibuktikan dengan tindakan dan seberapa tahan kita dalam sehari untuk menulis.

Ketika kita sudah memiliki hal tersebut, maka dengan membiasakan menulis setiap hari akan makin terasah dan dapat menjadi lancar. Menulis tidak butuh banyak teori, akan tetapi butuh kesabaran dan gagasan yang kuat mau menulis tentang apa.

Ketika kita sudah dapat menulis dan menyelesaikan suatu karya akan menjadi kebanggaan dan kepuasan sendiri. Seseorang yang dapat dikenal hari ini meskipun sudah mati salah satunya adalah seorang penulis. Seperti yang dikatakan seorang penulis terkenal Indonesia, yakni Pramoedya Ananta Toer, bahwa "menulis adalah bekerja untuk keabadian. Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama dia tidak menulis ia akan hilang dalam sejarah dan masyarakat".

Sehingga tidak heran para pejuang-pejuang kita yang dikenal hingga saat ini, itu karena berhasil menyumbangkan buah pikirannya dalam bentuk buku-buku, baik mereka sendiri yang menulis maupun orang lain.

Dalam konteks hari ini, begitu banyak tulisan yang dapat kita jumpai. Dengan adanya dukungan dari perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, sehingga tulisan banyak beredar di media sosial ataupun media cetak.

Ini jelas menjadi tantangan generasi saat ini, kebebasan menulis di media sosial sehingga banyak pihak justru memanfaatkan hanya untuk kepentingan pribadi tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan pada orang lain. Seperti tulisan yang mengandung unsur kebohongan akan dapat mengakibatkan para pembaca terjerumus pada tindakan yang negatif.

Inilah mengapa pentingnya kesadaran dan pengawasan dalam mengonsumsi sebuah tulisan. Perlu untuk mencari tahu segala kebenaran sebelum menyebarkan suatu berita atau informasi. Karena suatu tulisan atau bacaan dapat bereaksi dengan mudah dalam memengaruhi pemikiran pembaca dan berakibat pada perbuatannya.

Meskipun, pada dasarnya menulis harus independen dan merdeka. Akan tetapi, nilai moral dan kebaikan harus tetap menjadi yang utama. Karena menulis adalah pekerjaan yang mulia, bukan malah dijadikan sebagai senjata untuk melabuhi pemikiran kotor pada diri seseorang.

Dengan menumbuhkan semangat menulis, maka dapat menjadi kontribusi dalam literasi Indonesia. Apalagi tingkat minat literasi Indonesia masih sangat rendah. Dalam surveinya dari 61 negara, Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah mengenai tingkat minat membaca. Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan yang membuat negara kita akan tertinggal jauh ketika hal ini tidak mampu diubah.

Oleh karena itu, dengan menulis, otomatis proses minat untuk membaca akan terasah dan terbiasa. Karena pada dasarnya menulis tidak bisa lepas dari kegiatan membaca.

Seorang penulis yang baik adalah mereka menjadi pembaca yang terbaik. Kualitas tulisan seseorang akan terlihat dengan melalui banyak sumber bacaan secara menyeluruh yang didapatkan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak