Sejak virus Covid-19 mewabah di Indonesia, keadaan perekonomian Indonesia sangatlah menurun. Tidak hanya Indonesia, hampir semua negara terkena dampak wabah virus Covid-19 ini.
Banyak kerugian yang terjadi. Semua kalangan hampir mengalami kerugian ekonomi. Dimulai dari pengusaha, para UMKM, pekerja, para investor dan masih banyak kalangan lain.
Dibuktikan dengan hasil survey yang berjudul “Impact of Covid-19 on MSMEs”, dituliskan bahwa data Kementerian Indonesia menunjukkan Indonesia memiliki 64,9 Juta UMKM pada 2018. Namun, survei Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan 37.000 UMKM terdampak Covid-19.
Lebih spesifiknya, 56 persen responden mengalami penurunan penjualan, 22 persen mengalami kendala pembiayaan, dan 15 persen mengalami kendala dalam pendistribusian barang.
Peningkatan PHK menunjukkan eksternalitas negatif Covid-19. Kementerian Tenaga Kerja Indonesia mencatat 1,4 juta tenaga kerja Indonesia di-PHK hingga 7 April 2020, dengan 1,05 juta di antaranya adalah pekerja formal, dan sisanya pekerja informal.
Untuk mengatasi kerugian tersebut, akhirnya sejak bulan Januari 2021, Indonesia mulai mengikuti jejak negara lain untuk memulai program vaksinasi dengan tujuan untuk melakukan pencegahan dan menekan pertumbuhan virus Covid-19.
Hal yang diharapkan dari program vaksinasi ini, selain untuk menekan pertumbuhan virus Covid-19, juga dapat menaikkan kembali perekonomian Indonesia. Banyak sekali pro dan kontra setelah munculnya program vaksinasi ini.
Salah satu hal yang menjadi pembicaraan masyarakat umum berkaitan dengan bagaimana pengaruh vaksinasi terhadap perekonomian Indonesia.
Sejak program vaksinasi terlaksana, perlahan tapi pasti, perekonomian Indonesia mulai mengalami pengangkatan. Berdasarkan aspek yang berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara, salah satunya yaitu dalam aspek nilai tukar atau biasa disebut nilai kurs.
Nilai kurs menunjukkan besaran harga dari suatu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya, dan nilai kurs menggambarkan gambaran harga dari suatu aktiva atau harga.
Pada saat program vaksinasi ini mulai terlaksana, keadaan nilai mata uang rupiah terhadap dollar mengalami penguatan dibandingkan sebelumnya. Pada awal Januari 2021, keadaan nilai mata uang rupiah terhadap dollar berada di nilai jual Rp.14.179,55.
Jika dibandingkan dengan keadaan nilai mata uang rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini, nilai jual mencapai hingga Rp.14.603. Hal itu bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai mata uang rupiah sejumlah 2,4% dari sebelumnya.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, “Konsumen Indonesia dengan berbagai langkah yang dilakukan oleh pemerintah telah berhasil mencapai melebihi level krisis, kita lihat negara sekitar kita. Seperti Malaysia, Filiphina, Thailand, dan Singapura. Bahkan dengan berbagai upaya mereka pada kuartal kedua tahun ini, belum bisa melewati kondisi pre-commit level”.
Perekonomian Indonesia dihitung berdasarkan perhitungan PDB yang merupakan singkatan dari Produk Domestik Bruto (PDB). Berikut merupakan beberapa perhitungan berdasarkan PDB dalam beberapa aspek/komponen.
Jika berdasarkan atas dasar harga tetap bulan April-Juni tahun 2021 mencapai 4.175,8 triliun dan berdasarkan dasar harga tetap tahun 2010 mencapai 2.772,8 triliun. Bisa kita simpulkan bahwa perekonomian Indonesia bulan keenam tahun 2021 terhadap dasar harga tetap tahun 2010 sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 3,31 persen.
Sementara berdasarkan dari aspek produksi, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 12,93 persen. Sedangkan perhitungan berdasarkan aspek pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,07 persen.
Perekonomian Indonesia, jika berdasarkan atas dasar harga tetap bulan April-Juni tahun 2021 terhadap bulan April-Juni tahun 2020 juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 7,07 persen.
Untuk perhitungan berdasarkan aspek dari produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami peningkatan tertinggi sebesar 25,10 persen. Sedangkan berdasarkan aspek dari pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa juga mengalami peningkatan yang tinggi sebesar hampir 32 persen.
Jika perekonomian Indonesia dibandingan lagi berdasarkan atas Ekonomi Indonesia selama enam bulan pertama tahun 2021 terhadap enam bulan pertama tahun 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 3,10 persen.
Dalam aspek produksi, aspek Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi memberikan kontribusi tertinggi dengan kenaikan sebesar 7,78. Sedangkan jika dilihat dari aspek pengeluaran, semua komponennya mengalami pertumbuhan, dan dalam aspek Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,51 persen.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada bulan April–Juni tahun 2021 terjadi di semua pulau di Indonesia. Dalam hal ini provinsi yang berkontribusi besar yaitu semua provinsi di Pulau Jawa, dengan kontribusi sebesar 57,92 persen, dan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,88 persen.
Terlepas dari peningkatan ekonomi yang telah terjadi, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk periode tahun 2020-2021 tetap mengalami defisit. Jumlah pendapatan negara APBN tahun 2020 sebesar 1,666.9 triliun rupiah. Sedangkan untuk belanja negara APBN tahun 2020 sebesar 2,739.2 triliun rupiah.
Jika dibandingkan dengan tahun 2021, untuk jumlah pendapatan negara APBN sebesar 1,743.6 triliun rupiah dan jumlah belanja negara APBN sebesar 2,750. Dana APBN yang ada digunakan untuk berbagai aspek, khususnya untuk kelancaran program vaksinasi ini terdapat anggaran kesehatan. Pemerintah menetapkan target prioritas dalam bidang kesehatan dalam antisipasi pengadaan vaskinasi covid-19 sebesar 180 triliun.
Pemerintah juga mulai fokus menangani masalah ekonomi dengan mengadakan pogram PEN yang merupakan singkatan dari Pemulihan Ekonomi Nasional.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan “Kita lihat untuk kesehatan dari pagu 172,84 Triliun sudah dipakai 39,5 triliun. Untuk bansos (Bantuan Sosial) dari 140 triliun, sudah direalisasi cukup besar yaitu sebesar 64,91 triliun. Untuk bantuan UMKM dan korporasi ini juga mengalami kenaikan alokasi yang cukup besar yaitu 193,7 dan telah berjalan 48 triliun. Untuk program prioritas kita 127 triliun, sudah terealisasi 38 triliun. Sedangkan insentif usaha dalam bentuk insentif perpajakan dengan anggaran 56,07 triliun, telah terealisir 36 triliun".