Jam terbang adalah salah satu syarat meraih mimpiku menjadi penulis. Aku percaya, semakin banyak waktu yang diluangkan untuk berlatih, maka kualitas tulisanku akan meningkat. Untuk itulah aku bertekad memenuhi hari-hari dengan latihan menulis.
Bisa produktif setiap hari tentunya adalah hal yang membanggakan. Apalagi jika tulisan yang dipublikasikan mendapat banyak pembaca, sekaligus menambah penghasilan. Rasanya hari-hari penuh peluh perjuangan, tidak menjadi sia-sia karena sudah terbayarkan. Namun memaksakan diri terus produktif padahal tubuh sudah meminta istirahat, pikiran juga sudah terlalu suntuk, dapat membuat kegiatan menulis menjadi terasa membebani.
Jika menulis sudah dirasa menjenuhkan, bahkan bisa membuatku terserang blogwriters, maka itu tanda bahwa perjuanganku perlu mendapat jeda. Selain itu, aku juga menyadari, bahwa penghargaan tidak hanya diberikan atas karya yang dihasilkan. Namun proses berjuang dalam menggapai mimpi itu juga sangat penting untuk diapresiasi atau dihargai. Terlebih oleh diri sendiri.
Hari-hari penuh peluh perjuangan dalam menulis, adalah hal yang sangat patut untuk mendapatkan hadiah. Maka aku memberikan self reward dengan hari bebas sebagai pengganti hari-hari peluh tersebut. Layaknya hari kemerdekaan, hari tersebut diisi dengan segala hal yang mengesankan juga menggembirakan.
Hari-hari yang biasa berisi target yang mesti dicapai, pada hari bebas maka tidak ada yang namanya target. Hampir setiap kegiatan pada hari bebas, kulakukan dengan spontan tanpa direncanakan di pagi hari. Yang jelas, setiap kegiatan harus membuatku merasa senang dan nyaman.
Dari mulai mendengarkan musik sepuasnya, berkutat dengan tepung di dapur untuk membuat camilan, membaca novel-novel seru hingga berjam-jam, minum teh hangat sambil mengingat perjuangan yang telah kulalui, atau sekedar rebahan untuk mengistirahatkan pikiran. Bagiku, semua itu adalah bentuk perayaan atas perjuanganku dalam meraih mimpi.
Hari bebas ini bisa berlangsung cukup sehari, atau bahkan bisa hingga tiga hari atau lebih. Jika pikiranku sudah kembali segar, dan hasrat menulis kembali muncul meminta disalurkan, maka aku bisa mencukupkan hari bebas dan kembali pada rutinitas.
Menulis memang menjadi kegiatan yang kusukai. Banyak sekali manfaat yang bisa kudapatkan. Dari mulai sebagai terapi, mengikat ilmu pengetahuan, hingga caraku menambah penghasilan. Namun kegiatan yang dilakukan terus-menerus tentunya juga akan mengalami kejenuhan. Untuk itulah aku membuat yang namanya hari bebas.
Hari bebas ini sebagai jeda, agar aku bisa menarik napas dan menghapus kejenuhan. Dari hari bebas ini, setelah kejenuhan terhapus maka rasa rindu akan kegiatan menulispun muncul. Tentunya, rasa rindu tersebut justru semakin meyakinkanku bahwa menulis sudah menjadi bagian dari hidupku. Bahwa menjadi penulis adalah mimpi yang tidak boleh kulepaskan.
Self reward merupakan bagian dari self love, yang sudah pasti tujuannya adalah membuat kita lebih mencintai diri sendiri. Untukku, hari bebas adalah hadiah yang kuberikan dalam rangka penerimaan diri serta membuat diri menjalani hidup dengan bahagia. Menjadi bukti bahwa cinta adalah tentang memahami apa yang kita butuhkan, menghargai apa yang telah kita usahakan, sekaligus usaha untuk menciptakan kebahagiaan melalui hal sederhana sekalipun.