Viral di TikTok, Fenomena Mio Mirza dan Histrionic Personality Disorder

Hernawan | Yoga Yurdho
Viral di TikTok, Fenomena Mio Mirza dan Histrionic Personality Disorder
Ilustrasi scroll komentar mio mirza. (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Belakangan ini fenomena mio mirza sedang viral di internet, khususnya di salah satu platform, yaitu TikTok. Saya setiap melihat-lihat video di TikTok dan melihat kolom komentarnya pasti selalu ada saja yang komentar terkait mio mirza dengan setiap diksi yang berbeda-beda. Tapi yang jelas kata "mio mirza" selalu ada.

Fenomena spam komentar seperti ini bukan yang pertama kali terjadi di kalangan netizen Indonesia. Sebelumnya pun sudah ada dengan diksi yang lain.

Tentunya hal ini memicu sisi positif dan negatif. Yang pertama sisi positifnya kita akan terhibur jika misalkan konteksnya tepat. Yang kedua negatifnya adalah menjadi menyebalkan, karena terlalu overuse, terlalu sering digunakan, sampai tidak tahu konteks. Misalnya dalam konten yang menayangkan dukacita dan belasungkawa, tapi masih tetap saja ada komentar tentang "mio mirza" yang jelas-jelas sudah di luar dari konteks.

Cari perhatian mungkin adalah kata yang tepat untuk mewakili kenapa fenomena ini bisa terjadi. Tapi sebelum itu, alangkah baiknya kita bedah terlebih dahulu siapa "Mirza" itu? Singkatnya, Mirza adalah nama orang, dan mempunyai akun TikTok.

Di akunnya ia sering mengupload konten tentang motor, dan memang motornya adalah Yamaha Mio. Tidak ada yang salah dengan pemilik namanya, justru malah bagus. Berkreasi sebaik mungkin dengan kendaraan dan menyalurkan hobi otomotif. 

Entah bagaimana awalnya, bisa jadi netizen ini suka atau terkesima dengan penampilan motor yang dimiliki Mirza dan membuat komentar tentang itu di setiap video yang muncul di beranda mereka. Tidak diketahui juga motif sesungguhnya apa. Padahal orang yang bersangkutan yang bernama Mirza bahkan tidak banyak yang mengetahui keadaannya bagaimana setelah viralnya spam komentar tentang mio mirza. Malah ada sebagian netizen yang mengatakan Mirza justru santa-santai saja.

Dengan randomnya tingkah netizen Indonesia, fenomena ini tentunya akan menarik jika dilihat dari sisi psikologis. Kenapa netizen kita ini melakukan hal-hal yang demikian? Atas dasar apa? Atau karena hanya ingin terlihat keren dan mencari perhatian saja? Mari kita kaitkan peristiwa ini ke dalam sisi psikologis secara sederhana.

Penyakit psikologis suka cari perhatian, atau histrionic personality disorder (HPD), adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh pola perilaku yang berlebihan dan berlebihan dalam mencari perhatian. Orang dengan HPD cenderung berperilaku dramatis, ekspresif, dan sering menarik perhatian orang lain, terutama jika merasa diabaikan atau tidak mendapat perhatian yang mereka inginkan. Gangguan ini dapat berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari seseorang dan hubungannya dengan orang lain.

Dampak Penyakit Psikologis Suka Cari Perhatian

Hubungan Sosial yang Bermasalah: Orang dengan HPD cenderung memiliki hubungan sosial yang tidak stabil karena perilaku mereka yang dramatis dan sering berubah-ubah. Mereka mungkin sulit mempertahankan hubungan yang sehat dan stabil.

Kesulitan dalam Pekerjaan: Karena perhatian yang terus-menerus dicari, orang dengan HPD mungkin sulit bekerja dalam tim atau mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Mereka juga mungkin sulit fokus pada tugas-tugas yang memerlukan ketekunan dan konsentrasi.

Gangguan Emosional: Orang dengan HPD rentan mengalami gejolak emosional dan sering merasa tidak stabil secara emosional. Mereka juga rentan terhadap depresi, kecemasan, atau gangguan mood lainnya.

Risiko Ketergantungan pada Zat-zat Berbahaya: Beberapa orang dengan HPD mungkin mencari penghiburan dalam penggunaan zat-zat berbahaya, seperti alkohol atau obat-obatan terlarang, sebagai cara untuk mengatasi perasaan tidak nyaman mereka.

Penyebab Penyakit Psikologis Suka Cari Perhatian

Faktor Genetik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat berperan dalam risiko seseorang mengembangkan HPD. Namun, genetika tidaklah menjadi satu-satunya faktor penyebab HPD.

Faktor Lingkungan: Pengalaman traumatis atau kurangnya perhatian dari orang tua atau anggota keluarga lainnya dalam masa kecil dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan HPD. Lingkungan yang mendukung perilaku dramatis juga dapat mempengaruhi perkembangan gangguan ini.

Faktor Kepribadian: Beberapa teori menyatakan bahwa faktor-faktor kepribadian tertentu, seperti kecenderungan alami seseorang untuk mencari perhatian atau memiliki dorongan yang kuat untuk diterima oleh orang lain, juga dapat berkontribusi pada perkembangan HPD.

Penyakit psikologis suka cari perhatian merupakan gangguan serius yang memerlukan perhatian dan pengelolaan yang tepat. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala HPD, segeralah berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk diagnosis dan perawatan yang sesuai.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak