Revolusi Street Food 2025: Makan di Pinggir Jalan dengan Sentuhan Digital

Hayuning Ratri Hapsari | Sherly Azizah
Revolusi Street Food 2025: Makan di Pinggir Jalan dengan Sentuhan Digital
Ilustrasi street food (Pexels/Pragyan Bezbaruah)

Siapa yang nggak suka street food? Dari nasi goreng gerobak sampai cilok pinggir jalan, street food adalah bagian dari budaya kita yang selalu ngangenin.

Tapi, di tahun 2025 nanti, makan di kaki lima bukan cuma soal rasa dan harga murah. Teknologi modern sudah mulai menyusup ke dalam pengalaman jajanan pinggir jalan, membuat semuanya terasa lebih praktis dan kekinian.

Dulu, beli makanan di pinggir jalan identik dengan bayar pakai uang tunai yang terkadang bikin ribet. Tapi sekarang? Banyak penjual street food yang sudah mulai pakai pembayaran digital, dari QR code sampai e-wallet.

Hal ini bukan cuma bikin transaksi lebih cepat, tapi juga lebih higienis. Nggak ada lagi drama uang kembalian yang kurang atau sobek!

Nggak cuma soal pembayaran, teknologi juga merambah ke cara penjual memasarkan dagangannya. Di era media sosial, siapa sih yang nggak pernah melihat video viral tentang sate dengan bumbu spesial atau bakso lava meletup?

Platform seperti TikTok dan Instagram jadi ajang promosi gratis buat para penjual, menarik pelanggan dari berbagai daerah untuk datang frontal.

Bahkan beberapa street food legendaris sudah mulai masuk aplikasi pengantaran makanan. Tidak perlu lagi panjang di cuaca panas, cukup klik-klik di smartphone, makanan favoritmu langsung diantar ke rumah.

Meski praktis, pengalaman makan langsung di tempat tetap punya sensasi tersendiri yang sulit tergantikan.

Teknologi juga membuat pedagang kecil lebih melek digital. Dengan aplikasi POS (Point of Sale), mereka bisa melacak penjualan harian, mengetahui menu apa yang paling laku, bahkan merancang promo yang lebih menarik.

Ini bukan sekadar soal modernisasi, tapi juga langkah untuk memperkuat bisnis mereka di tengah persaingan yang semakin ketat.

Meski begitu, tidak semua orang langsung setuju dengan perubahan ini. Ada yang merasa jajanan kaki lima harus tetap sederhana, tanpa terlalu banyak hiasan-hiasan teknologi.

Tapi, perpaduan tradisional dan modern justru bisa jadi peluang untuk melestarikan kuliner khas sambil menjawab kebutuhan zaman.

Jadi, harapan untuk street food di tahun 2025 bukan sekadar tentang rasa, tapi juga pengalaman baru yang lebih canggih.

Tradisi tetap menjadi jiwa dari kuliner jalanan, sementara teknologi adalah alat untuk dibawa ke level berikutnya. Yuk, kita dukung street food lokal agar tetap relevan di tengah era digital!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak