Harapan sosial terhadap generasi muda terus berkembang. Salah satu tema yang berulang adalah tuntutan akan “sukses”, baik dalam karier, pendidikan, hubungan, keuangan dalam masyarakat.
Tampaknya masyarakat menetapkan standar tinggi yang diharapkan dapat dipenuhi oleh generasi muda. Tapi apa sebenarnya arti kesuksesan? Mengapa tekanan untuk mencapainya begitu kuat?
Definisi Sukses yang Kian Kabur
Kesuksesan sering dikaitkan dengan pencapaian materi dan pencapaian eksternal. Gelar pendidikan tinggi, pekerjaan bergaji tinggi, dan status sosial yang mengesankan dipandang sebagai indikator yang valid.
Sayangnya, definisi tersebut sering kali mengabaikan aspek yang lebih abstrak seperti kebahagiaan, keseimbangan hidup, bahkan kesehatan mental.
Bagi kaum muda, terutama di era media sosial, standar kesuksesan menjadi semakin kabur. Tekanan untuk memenuhi harapan tidak hanya datang dari keluarga dan lingkungan sekitar, namun juga dari dunia online.
Mengamati prestasi orang lain di media sosial sering kali menimbulkan perasaan tidak mampu, padahal setiap orang mempunyai perjalanan hidup yang unik.
Peran Media Sosial dalam Menciptakan Tekanan
Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk narasi tentang kesuksesan. Di platform seperti Instagram dan LinkedIn, kehidupan sering kali tampak tanpa cela.
Gambar liburan mewah, pengumuman pekerjaan baru, dan kisah sukses lainnya ditampilkan dengan jelas, menciptakan ilusi bahwa semua orang berada di jalur yang benar kecuali kita.
Namun, yang sering kali tidak terlihat adalah perjuangan di balik layar. Kesuksesan yang ditampilkan di media sosial jarang mencerminkan realitas kehidupan seseorang secara utuh.
Bagi generasi muda yang sedang mencari jati diri, sulit untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Hal ini menimbulkan tekanan sosial yang sangat besar, bahkan dapat menimbulkan masalah kesehatan mental.
Kenapa Harus Selalu Sukses?
Pertanyaan yang menarik untuk direnungkan adalah: siapa yang memutuskan bahwa generasi muda “harus” sukses? Jawabannya sering kali datang dari berbagai pengaruh, mulai dari keluarga hingga norma budaya.
Di Indonesia misalnya, ada harapan kuat dari para orang tua agar anaknya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Meskipun harapan-harapan ini dapat dimengerti, namun kadang-kadang dapat berubah menjadi beban yang tidak realistis.
Selain itu, budaya kompetitif mendorong gagasan bahwa “tidak berhasil” sama dengan kegagalan. Namun, hidup bukanlah sebuah perlombaan.
Tidak semua orang perlu mencapai tujuan yang sama, terutama dalam jangka waktu yang sama. Narasi bahwa sukses itu wajib sering kali mengabaikan nilai dari berbagai pengalaman dan perjalanan hidup itu sendiri.
Pentingnya Mengubah Paradigma
Sudah waktunya mengubah cara kita memandang kesuksesan daripada terjebak dalam definisi yang sempit. Kesuksesan tidak selalu berarti meraih prestasi besar yang diakui orang lain.
Bisa juga tentang perasaan puas terhadap diri sendiri, hidup sesuai dengan nilai-nilai pribadi, atau sekadar bertahan dalam menghadapi tantangan.
Generasi muda harus diberi ruang untuk mendefinisikan kesuksesan berdasarkan kebahagiaan dan kesejahteraannya sendiri. Orang tua, guru, dan masyarakat pada umumnya juga memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mencakup berbagai jalur menuju pencapaian.
Tidak semua orang perlu menjadi CEO, dokter, atau artis terkenal. Ada banyak cara untuk menemukan kebahagiaan dan kepuasan pribadi.
Menghargai Proses, Bukan Hanya Hasil
Salah satu cara untuk mengurangi stres adalah dengan lebih fokus pada perjalanan dibandingkan tujuan. Hidup adalah pengalaman pembelajaran, dan setiap langkah kecil yang diambil patut mendapat pengakuan. Sepanjang proses ini, generasi muda harus diingatkan bahwa tidak masalah jika gagal atau memilih jalan lain.
Kesuksesan sejati tidak diukur dari seberapa banyak yang telah dicapai seseorang, namun dari seberapa baik kita hidup dengan integritas, empati, dan kegembiraan.
Individu muda tidak perlu memenuhi harapan orang lain untuk merasa berharga; mereka mempunyai hak untuk mendefinisikan kesuksesan menurut istilah mereka sendiri.
Kesimpulan: Ruang untuk Bernafas
Tekanan untuk sukses yang dirasakan generasi muda merupakan cerminan dari masyarakat yang sering mengabaikan nilai-nilai keberagaman jalan hidup.
Namun, penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang siapa yang mencapai puncak terlebih dahulu, ini tentang bagaimana kita menikmati perjalanan dan tumbuh menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
Remaja membutuhkan ruang untuk bernapas, bereksperimen dan gagal, serta menemukan apa yang benar-benar penting bagi mereka. Pada akhirnya, kesuksesan bukanlah tentang memenuhi harapan masyarakat, namun tentang hidup secara otentik dan bahagia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS