Lonjakan Harga Pangan di Ramadan 2025: Siapa yang Paling Dirugikan?

Hayuning Ratri Hapsari | Fauzah Hs
Lonjakan Harga Pangan di Ramadan 2025: Siapa yang Paling Dirugikan?
Ilustrasi lonjakan harga pangan (Freepik/pikisuperstar)

Bulan Ramadan, yang dikenal sebagai bulan suci, seharusnya menjadi momen penuh berkah bagi umat Muslim di Indonesia. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, Ramadan 2025 kembali diiringi dengan lonjakan harga bahan pangan yang tinggi.

Masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah, semakin terbebani oleh kenaikan harga kebutuhan pokok yang justru terjadi di saat pengeluaran rumah tangga meningkat saat Ramadan. Lalu pertanyaannya, siapa yang paling dirugikan dalam situasi ini?

Memasuki Ramadan tahun ini, sejumlah bahan pangan mengalami lonjakan harga yang cukup drastis. Berdasarkan data terbaru, harga cabai rawit merah menyentuh angka Rp71.250 per kilogram.

Bahkan, hasil sidak Tim Pengendalian dan Distribusi Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (BPSDA) Kota Surabaya di Pasar Dukuh Kupang dan Wonokromo menyebut harga cabai semakin naik hingga Rp100.000 per kilogram.

Daging sapi kualitas I juga mengalami kenaikan harga menjadi Rp139.100 per kilogram. Harga daging ayam ras juga mengalami kenaikan menjadi Rp36.100 per kilogram. Begitu pula dengan telur ayam yang naik menjadi Rp29.800 per kilogram.

Sementara minyak goreng naik hingga Rp22.250 per liter.

Tak hanya itu, harga bawang merah turut mengalami kenaikan dari semula Rp45.000 menjadi Rp50.000, dan kini angkanya menyentuh Rp60.000 per kilogram.

Kenaikan harga ini bukan hal baru, melainkan fenomena tahunan yang rutin terjadi menjelang Ramadan dan Lebaran.

Siapa yang Paling Terdampak?

Dalam situasi ini, masyarakat berpenghasilan rendah menjadi kelompok yang paling merasakan dampaknya. Sebagian besar pendapatan mereka habis untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Dengan naiknya harga bahan pangan, daya beli mereka semakin menipis, sehingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan makanan yang cukup.

Selain itu, pedagang kecil dan pemilik warung makan juga ikut dirugikan karena situasi ini. Demi menekan biaya produksi, mereka harus memilih antara menaikkan harga jual atau mengurangi porsi dan kualitas makanan. Tentu saja kedua pilihan itu berisiko membuat mereka kehilangan pelanggan.

Para ibu rumah tangga juga menjadi kelompok yang paling merasakan beban ini. Mereka harus berusaha lebih keras untuk mengatur keuangan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jika harga terus naik tanpa diiringi dengan kenaikan pendapatan, banyak keluarga yang terpaksa mengurangi konsumsi makanan demi menghemat pengeluaran.

Pemerintah memang telah berupaya mengatasi permasalahan ini dengan melakukan pengendalian harga.

Menteri Perdagangan Budi Santoso menerapkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) untuk mengoptimalkan pengendalian harga pangan di seluruh Indonesia selama Ramadan hingga Idulftri 2025 untuk menjaga staabilitas pasar.

Kementerian Perdagangan terus berupaya memantau harga dan ketersediaan stok bahan pangan pokok selama Ramadan hingga menjelang Lebaran.

Operasi pasar dan bazar digelar secara bergantian untuk upaya masalah ini. Berbagai harga jual komoditas disiapkan lebih rendah dari harga pasar, namun banyak yang menilai langkah pemerintah masih belum cukup untuk menjadi solusi efektif.

Saadiah Uluputty, sebagai Anggota Komisi IV DPR RI,  mengkritik pemerintah karena dianggap belum menemukan solusi jangka panjang untuk mengatasi lonjakan harga pangan ini.

Masalahnya bukan hanya soal pengawasan harga di pasar, tetapi juga bagaimana membuat kebijakan yang dapat mengantisipasi kenaikan harga yang selalu terjadi setiap tahun.

Kenaikan harga pangan di bulan Ramadan menjadi tantangan yang terus berulang bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah dan pelaku usaha kecil.

Bagaimana menurut kamu? Apakah harga pangan di daerahmu juga mengalami kenaikan yang drastis tahun ini?

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak