Di pengujung Ramadan ini saya masih berada di Cina sampai akhir Ramadan nanti. Artinya, saya berada di negara Tirai Bambu satu bulan penuh selama Ramadan.
Ramadan akan segera meninggalkan kita beberapa hari lagi. Namun, kodrat seorang pelajar yang jauh dari keluarga pasti rindu dengan suasana Ramadan di kampung halaman. Bahkan suasana Ramadan pun tidak terasa sama sekali di negeri dominannya non-Muslim. Suasana Ramadan juga sangat berbeda dengan di Indonesia sendiri.
Kadang saya juga berbuka dengan beberapa teman Muslim dari berbagai negara lainnya, meskipun hanya menikmati bukaan dengan seadanya di negeri Cina. Namun keluarga tetap yang dirindukan.
Siapa yang tidak merindukan keluarga di bulan suci Ramadan. Semua Muslim di dunia sangat merindukan berbuka puasa bersama dengan keluarga, apalagi seorang perantau. Duduk melingkar menunggu suara azan tiba, itu yang sangat dirindukan oleh siapa pun.
Untuk menghilangkan kerinduan terhadap kampung halaman di bulan Ramadan, saya ingin melakukan hal yang baru, yakni buka puasa di tembok besar Cina. Mengunjungi tembok Cina merupakan suatu pengalaman yang tak terlupakan, apalagi melakukan yang menarik namun sederhana di bulan suci Ramadan. Menariknya, ketika para wisatawan hanya menikmati keindahan keajaiban dunia objek wisata bersejarah yang dibangun sejak tahun 722 Sebelum Masehi, menikmati objek wisata yang terkenal di dunia di antara para wisatawan non-Muslim sambil menunggu suara azan dari handphone, rasanya mendapat sensasi yang berbeda dan luar biasa. Mungkin hal ini yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain ketika kita mengalaminya sendiri.
Sungguh besar nikmat dan keajaiban Tuhan, ketika melihat kuasa-Nya masih berdiri kokoh dan utuh. Memandang keajaiban Tuhan sambil berbuka puasa, hatiku sedikit bersedih dan menatap kosong ke arah benteng yang sangat panjang.
"Ya Allah, nikmat Engkau mana lagi yang aku dustakan," hatiku berkata pilu. Tidak ada kata pilihan lain di saat itu.
Terdiam sejenak setelah meneguk air putih, menerawang pandangan ke depan yang jauh. Lagi hati kecilku berkata, "Sangat beruntung Ramadan tahun ini bisa menikmati dan menginjakkan kaki di tembok besar Cina."
Meskipun hanya meneguk segelas air putih, sudah cukup rasa syukur di hari itu. Seharian melewati teriknya matahari yang rata-rata di atas 30 derajat celcius dan berpuasa kurang lebih 18 jam, terbayar sudah dengan keagungan Tuhan yang diberikan kepada kita. Hanya dengan segelas air putih, semua terbayar sudah ketika melihat keindahan alam tembok Cina. Nikmat Tuhan sangat besar ketika keduanya saya padukan dalam satu rasa. Memang, banyak cara menikmati keagungan Tuhan di bulan suci Ramadan.
Penulis: Mulia Mardi, alumni Misbahul Ulum, pernah aktif di Teater Rongsokan dan Rumoh Budaya Jakarta.
Kenikmatan Berbuka Puasa di Tembok Besar Cina
Ramadan di negeri Cina. [Dok. Mulia Mardi]
Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.
21 Desember 2025 | 19:37 WIB
4 Inspirasi OOTD Kai EXO untuk Gaya Sehari-hari yang Simpel dan Fleksibel
21 Desember 2025 | 16:25 WIB
Dari Kasual ke Formal Look, 4 OOTD ala Shin Soo Hyun yang Versatile!
21 Desember 2025 | 14:55 WIB
Anti Overdressed! 4 Inspirasi OOTD Simpel tapi Chic ala Lee Je Hoon
21 Desember 2025 | 14:53 WIB
4 Rekomendasi Social Space di Jogja untuk Nongkrong dan Diskusi Santai
21 Desember 2025 | 14:50 WIB
Layering Simpel dan Chic, 4 OOTD Minimalis ala Pyo Ye Jin Buat Banyak Momen
21 Desember 2025 | 19:00 WIB
Jejak Ketangguhan di Pesisir dan Resiliensi yang Tak Pernah Padam
21 Desember 2025 | 18:30 WIB
Kawasan Mangrove Baros: Jejak Kepedulian Warga akan Konservasi Lingkungan
21 Desember 2025 | 18:25 WIB
Trailer Film The Sheep Detectives: Kisah Domba Mengungkap Kasus Pembunuhan
21 Desember 2025 | 18:10 WIB
Mengapa Widji Thukul Terasa Asing bagi Generasi Hari Ini?
21 Desember 2025 | 17:45 WIB