Sudah umum diketahui bahwa sektor perbankan merupakan sektor yang paling rentan terhadap risiko karena berhubungan dengan tingkat kepercayaan nasabah terhadap pengembalian dana di masa mendatang. Risiko yang paling utama sekaligus menjadi bisnis pada sektor perbankan adalah risiko kredit, mengapa bisa begitu? Karena dengan adanya peminjaman kredit dengan bunga maka sektor perbankan dapat mengambil keuntungan dari bunga tersebut.
Bisa digambarkan alur sektor perbankan dengan sederhana seperti berikut. Nasabah memberikan uang kepada sektor perbankan untuk disimpan bisa dalam bentuk deposito berjangka, giro, atau rekening koran, serta tabanas. Lalu, terdapat debitur yang melakukan peminjaman kredit dengan bunga yang nantinya bunga tersebut dapat disalurkan kepada nasabah ataupun menjadi keuntungan bank tersebut.
Ketika banyak peminjam kredit yang tidak dapat mengembalikan pinjamannya maka akan terjadi penurunan kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut, dikarenakan ketika para nasabah ingin mengambil uang yang sudah disimpan tetapi mengalami kesulitan untuk mengambil uang tersebut yang disebabkan oleh para peminjam yang tidak dapat mengembalikan pinjamannya maka kepercayaan terhadap bank tersebut akan menurun.
Akan tetapi, jika bank tersebut sudah tidak bisa mengembalikan uang yang disimpan oleh nasabah maka terdapat lembaga BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) memakai uang pemerintah. Oleh karena itu, peran sektor perbankan ini sangatlah vital yang dengannya negara dapat mengalami penurunan maupun kenaikan pendapatan nasional.
Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah pantaskah sektor perbankan menjadi jantung perekonomian? Dengan banyaknya masalah seperti kredit macet yang paling parah terjadi pada saat tahun 1998. Lalu hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan sehingga banyak nasabah yang ingin menarik uangnya kembali tetapi bank tidak dapat mengembalikannya sehingga BLBI harus turun untuk membantu bank dan menyalurkan dana bantuan sebesar Rp144,7 triliun terhadap 48 bank.
Hingga sampai saat ini sektor perbankan sudah mengalami kenaikan yang pasti, sudah dipastikan bahwa sektor perbankan sampai kapanpun akan tetap menjadi jantung perekonomian yang beranalogikan sektor perbankan menjadi jantungnya dan darah di dalam perekonomian adalah uang, yang berfungsi sebagai penyedot uang dari masyarakat lalu memompanya kembali ke dalam perekonomian.
Selain adanya sektor perbankan terdapat pula pajak yang memiliki peran vital di dalam perekonomian Indonesia karena hampir 70 persen pendapatan negara berasal dari sektor penerimaan pajak. Selain itu pajak dianggap memiliki peran vital dikarenakan pajak digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan, hingga fasilitas umum untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan bahagia.
Akan tetapi jika masyarakat tidak dapat membayar pajak maka bagaimana negara Indonesia dapat membangun masyarakat yang sejahtera dan bahagia? Media untuk menyimpan keuangan masyarakat adalah pada sektor perbankan, maka bisa dibayangkan jika sektor perbankan berhenti berdetak maka akan terjadi masalah perekonomian yang jauh lebih kompleks dari sebelumnya.
Oleh karena itu, sektor perbankan harus pintar dalam menjaga para peminjam kreditnya agar tetap membayar uang yang sudah dipinjam.
Kesimpulannya, sektor perbankan harus dapat menjaga agar jantungnya tetap sehat agar proses perekonomian di Indonesia dapat berjalan dengan semestinya. Selain itu diusahakan untuk para peminjam kredit harus mampu untuk membayar pinjamannya tersebut dengan cara selalu berusaha untuk meningkatkan pendapatan keuangan sendiri dan jangan berfikir untuk mencari pekerjaan tetapi harus mulai untuk berfikir membuka lapangan pekerjaan.
Dengan begitu angka pengangguran di Indonesia dapat menurun. Dengan perekonomian yang baik maka kesejahteranpun akan hadir.
Pengirim: Dinnur Nada Utami / Mahasiswa Vokasi Administrasi Keuangan & Perbankan 2019 Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]