Semua orang tua pasti ingin buah hati mereka tumbuh menjadi individu yang ceria dan percaya diri. Namun, banyak orang tua yang tidak sadar bahwa pola asuh mereka mungkin merusak kepercayaan diri anak-anak tanpa mereka menyadarinya. Kurangnya rasa percaya diri ini membuat anak cenderung enggan mencoba hal-hal baru. Mereka juga akan jadi anak yang mudah menyerah dan lebih mungkin mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sosialnya.
Agar anak tidak tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki kepercayaan diri yang baik, orang tua patut menghindari pola asuh berikut ini karena dapat menjadi penyebab rendahnya rasa percaya diri pada anak-anak.
1. Tidak membiarkan anak melakukan kesalahan
Terkadang, sulit bagi orang tua melihat anak gagal, ditolak, atau mengacaukan sesuatu. Ketika ini terjadi, banyak orang tua yang kemudian bergegas mencegah anak-anak sebelum mereka jatuh. Padahal, mencegah anak-anak dari membuat kesalahan justru merampas kesempatan mereka untuk belajar bagaimana bangkit kembali.
Kesalahan bisa menjadi guru terbesar dalam hidup, jadi tidak sebaiknya kesalahan dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Bahkan, kesalahan merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk membangun mental yang kuat guna melakukan sesuatu yang lebih baik di lain waktu.
2. Membandingkan anak dengan saudaranya
Ada orang tua yang cenderung mempromosikan persaingan di antara saudara kandung. Padahal, alih-alih meningkatkan motivasi untuk menjadi yang lebih baik, hal ini justru lebih sering menyebabkan menurunnya kepercayaan diri.
Jadi, berhentilah menyuruh salah satu anak untuk menjadi seperti anak yang lainnya atau bersikap seperti kamu memiliki anak yang lebih favorit daripada yang lainnya. Sebab, ini adalah sikap yang bisa merusak kerukunan anak-anak dan keharmonisan keluarga. Lebih baik, ajak anak untuk saling mendukung satu sama lain.
3. Mengharapkan kesempurnaan
Memiliki harapan yang tinggi itu sehat, tetapi berharap terlalu banyak dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak baik. Saat anak-anak merasa orang tua memberikan ekspektasi yang terlalu tinggi, alih-alih bersemangat, mereka mungkin tidak akan mau repot-repot mencoba karena merasa tidak akan pernah berhasil.
Untuk memberikan anak semangat dalam berusaha, ada baiknya kamu memberikan harapan yang jelas untuk jangka panjang dan tetapkan tonggak sejarah di sepanjang jalan. Misalnya, anak memiliki minat menjadi dokter, jadi bantu mereka menciptakan tujuan jangka pendek di sepanjang jalan misalnya, mendapatkan nilai bagus, mengerjakan pekerjaan rumah, mengembangkan minat terhadap sains dan kesehatan, hingga berusaha masuk kuliah jurusan kedokteran.
4. Menerapkan pola asuh helikopter
orang tua helikopter atau helicopter parent adalah mereka yang bertindak seperti helikopter yang melayang di atas anak-anak dan selalu siap menukik ke bawah untuk menjadi penyelamat. Harus diakui, orang tua memiliki maksud baik dengan melakukan hal ini. Namun, melindungi anak-anak secara berlebihan dari pengalaman justru membuat anak terbiasa berpikir bahwa mereka tidak dapat menangani sendiri.
Pola asuh seperti ini juga membuat anak-anak tidak terbiasa menerima tanggung jawab. Akhirnya, anak akan kehilangan kepercayaan diri bahkan hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana karena terbiasa mengandalkan bantuan orang tua dalam setiap urusan.
5. Lebih senang menghukum daripada mendisiplinkan anak
Anak-anak perlu diberi pemahaman bahwa beberapa tindakan memiliki konsekuensi serius. Namun, pastikan kamu lebih fokus untuk mendisiplinkan anak daripada memberi mereka hukuman. Anak-anak yang disiplin akan paham sama mereka membuat pilihan yang buruk dan bertekad memperbaikinya di lain waktu. Sementara, anak yang dihukum akan cenderung merasa bahwa dirinya buruk.
Bisa dibilang, kedisiplinan memberi anak kepercayaan diri bahwa mereka dapat membuat pilihan yang lebih baik di masa depan. Sedangkan, hukuman membuat anak berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan yang lebih baik.
Itu tadi adalah sederet kesalahan orang tua yang bisa merusak kepercayaan diri anak. orang tua mungkin tidak menyadari sikap mereka diam-diam mampu menghancurkan harga diri anak-anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita semua tidak boleh berhenti untuk belajar menjadi orang tua yang lebih baik.