Tugas menumpuk dan waktu yang semakin mepet mungkin sudah menjadi santapan wajib para deadline. Rasanya aneh mengerjakan tugas sesegera mungkin dan pemikiran inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa para deadliner memiliki banyak streotype. Seperti tidak ada hari esok saja, mungkin demikian pikiran para deadliner. Bandung Bondowoso saja bisa membuat 999 candi dalam satu malam, kan? Jika mendengar pernyataan tersebut, mungkin sedikit menggelitik dan membuat geleng-geleng kepala.
Memang setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menyikapi suatu pekerjaan atau tugas. Mereka yang mengerjakan dengan cepat dan segera akan disebut ‘Si Rajin.’ Sementara mereka yang menunda pekerjaan hingga menjelang tenggat waktu akan disebut sebagai ‘deadliner.’
Bagi sebagian orang, mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa mendekati tenggat waktu dianggap sebagai kebiasaan buruk. Seperti yang telah disinggung di atas, maka tak heran jika ada beberapa stereotype yang melekat pada deadliner.
Kira-kira apa saja sih stereotype itu? Yuk, disimak bersama!
1. Si pemalas
Stereotype pertama bagi seorang deadliner adalah pemalas. Mereka yang senang mengulur waktu untuk mengerjakan tugas seringkali dicap malas. Misalnya dosen memberikan waktu seminggu untuk mengumpulkan tugas. Biasanya para deadliner akan tenang di 6 hari pertama dan sibuk di malam hari menjelang waktu pengumpulan. Bagi mereka, bekerja dalam tekanan atau underpressure mungkin memberi sensasi tersendiri.
2. Si tukang nunda
Stereotype selanjutnya untuk para deadliner adalah si tukang nunda. Mungkin bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan prinsip para deadliner akan bertanya-tanya ‘kok bisa sih?’
‘ngapain aja selama ini?’ Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin tidak asing lagi bagi mereka si deadliner. Jawabannya pun pasti beragam, ada yang memiliki alibi ingin melatih skill berpikir kritis dan kreatif. Ada juga alibi senang dengan tantangan. Ada-ada saja lah pokoknya! Kamu memiliki teman ajaib seperti ini?
3. Tidak bisa membagi waktu
Bagi sebagian orang, para deadliner mungkin dianggap tidak bisa membagi waktu. Kebiasaan menunda dan mengulur waktu adalah sesuatu yang tidak dibenarkan untuk mereka yang terbiasa bekerja cepat dan terorganisir.
Namun siapa sangka, para deadliner biasanya sudah memerhitungkan waktu mereka, lho. Biasanya mereka berpikir tugas itu bisa diselesaikan 2 atau 3 jam dan ide akan mengalir lancar di menit-menit terakhir. Unik sekali, ya? Itulah yang mungkin menjadi alasan mereka menunda pekerjaan atau tugas. Ternyata para deadliner penuh perhitungan, bukan?
Itulah tiga stereotype yang melekat pada para deadliner. Menjadi deadliner atau tidak itu sebuah pilihan. Apakah kamu termasuk salah satunya? Namun, yang perlu diingat adalah memastikan semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan penuh tanggung jawab dan maksimal. Tetap semangat!