Dalam hubungan, perasaan bahwa pasangan terlalu baik untuk kita bisa menjadi pengalaman umum. Istilah ini mencerminkan perasaan tidak layak atau tidak sepadan dengan kebaikan yang diberikan oleh pasangan. Tak jarang, kita seringkali menemukan manusia yang menolak saat didekati oleh orang baik, rumit memang. Ada kalanya mereka seperti ingin mendapatkan pasangan yang berlawanan, contohnya berperilaku "bad boy" atau "bad girl" menurut versinya masing-masing.
Walaupun demikian, hal-hal tersebut pasti memiliki latar belakang yang menarik untuk dikaji. Kenapa ada kecenderungan manusia yang merasa dirinya tak pantas dicintai atau tak pantas mendapatkan hal-hal yang baik menurut dirinya masing-masing.
Meskipun istilah ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, penjelasan ilmiahnya mencakup berbagai aspek psikologis dan sosial yang menarik.
1. Aspek Psikologis
a. Self-Esteem (Harga Diri): Perasaan bahwa pasangan terlalu baik bisa terkait dengan harga diri yang rendah. Seseorang mungkin merasa tidak layak menerima kebaikan karena merasa tidak cukup baik atau pantas.
b. Internalized Beliefs (Keyakinan Internal): Keyakinan internal tentang diri sendiri juga memainkan peran. Jika seseorang telah memperoleh keyakinan bahwa mereka tidak pantas menerima kebaikan, hal ini dapat mempengaruhi cara mereka menerima perlakuan baik dari pasangan.
c. Fear of Rejection (Rasa Takut Ditolak): Rasa takut ditolak juga dapat muncul. Seseorang mungkin merasa tidak nyaman dengan kebaikan pasangan karena khawatir akan menimbulkan ketergantungan emosional atau karena mereka merasa tidak mampu memberikan kembali.
2. Aspek Sosial
Cultural Norms (Norma Budaya) Norma-norma budaya juga dapat memengaruhi persepsi seseorang terhadap kebaikan. Dalam beberapa budaya, menerima kebaikan dengan rendah hati dianggap sopan, sementara dalam budaya lain, hal ini bisa dianggap sebagai tanda kurangnya harga diri.
Social Comparison (Perbandingan Sosial) Perbandingan sosial dengan orang lain juga dapat memainkan peran. Seseorang mungkin merasa tidak sebanding dengan pasangannya dalam hal kebaikan, yang dapat menghasilkan perasaan "kamu terlalu baik untuk aku".Istilah ini sering kali digunakan dalam percakapan sehari-hari tanpa merujuk pada sumber ilmiah tertentu. Namun, penjelasan psikologis dan sosial di atas dapat ditemukan dalam literatur psikologi dan sosiologi yang membahas tentang harga diri, keyakinan internal, dan norma-norma budaya.
Dengan demikian, perasaan "kamu terlalu baik untuk aku" merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan faktor-faktor psikologis dan sosial yang kompleks. Pemahaman yang lebih dalam tentang aspek-aspek ini dapat membantu individu untuk memahami perasaan mereka dan memperbaiki hubungan mereka dengan pasangan.