Selandia Baru dinobatkan sebagai salah satu dari sedikit negara yang berhasil memerangi Covid-19. Pasalnya negara tersebut berhasil mendeklarasikan diri bebas dari Covid-19 setelah Kementerian Kesehatan Selandia Baru mengumumkan tidak ada pasien positif Covid-19 dan pasien terakhir dinyatakan sembuh pada Senin (8/6/2020).
Berita ini tentunya menjadi “kabar yang sangat baik” dan pencapaian baru bagi Selandia Baru dalam menangani Covid-19 dan menjadi contoh bagi negara lain, pungkas Ashley Bloomfield selaku Dirjen Kementerian Kesehatan Selandia Baru pada Senin (8/6/2020).
Hingga Senin (8/6/2020), dikutip dari laman resmi John Hopkins Coronavirus Resource Center mencatat sedikitnya 1.154 orang terinfeksi virus dengan jumlah kematian mencapai 22 orang serta pasien sembuh sebanyak 1132 orang sejak Februari virus ini mewabah di Selandia Baru. Berdasarkan laporan tersebut, negara Pasifik Selatan yang terletak berdekatan dengan Australia ini mencatat 0 kasus positif Covid-19 sejak dua pekan yang lalu.
Nihilnya kasus Covid-19 di Selandia Baru sejak 17 hari yang lalu, membuat Pemerintah Selandia Baru mengadakan konferensi melalui Perdana Menteri Jacinda Ardern yang mencabut aturan pembatasan yang diterapkan untuk memberantas Covid-19 mulai Senin tengah malam (8/6/2020).
Namun, satu hal ketentuan yang masih diberlakukan yaitu melakukan kontrol terhadap perbatasan negara dan mencegah orang masuk ke Selandia Baru.
Melalui konferensi tersebut Jacinda Ardern menjelaskan setiap warga Selandia Baru diperbolehkan melakukan aktivitas normal seperti biasa dan berkumpul tanpa batasan jumlah. Kegiatan yang bersifat publik maupun pribadi diperbolehkan dihelat seperti biasa tanpa adanya pembatasan. Lalu, sektor usaha seperti ekonomi dan ritel juga diperbolehkan untuk bergerak secara normal.
Keberhasilan Selandia Baru dalam melawan Covid-19 tidak terlepas dari sosok pemimpin Jacinda Ardern. Perdana menteri yang berasal dari Partai Buruh Selandia Baru ini berhasil memerangi virus Covid-19 dengan mulus.
Sebagai seorang pemimpin, Jacinda Ardern memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi para bawahannya untuk menetapkan sejumlah langkah-langkah strategis dalam memerangi virus Covid-19.
Hal ini berdasarkan pendapat Yulk (2010), kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi. Dengan demikian, Jacinda Ardern sebagai Perdana Menteri Selandia Baru memiliki kemampuan untuk menetapkan sejumlah keputusan untuk memerangi virus Covid-19.
Keberhasilan Jacinda Ardern memerangi Covid-19 di Selandia baru tentunya juga didukung oleh gaya kepemimpinannya. Menurut Rivai (2014), gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi para bawahan agar tercapainya tujuan organisasi.
Dalam memerangi virus Covid-19, gaya kepemimpinan yang dianut oleh Jacinda Ardern yaitu gaya kepemimpinan demokratis yang ditunjukan melalui adanya kolaborasi antar berbagai pihak pemerintah, NGO, dan swasta dalam memerangi covid-19 di Selandia Baru.
Gaya Kepemimpinan demokratis yang dianut oleh Jacinda Ardern terlihat dari sejumlah langkah-langkah yang Ia lakukan dalam memerangi Covid-19 di Selandia Baru sebagai berikut :
- Sejak Awal Pemerintah telah Menerapkan Lockdown Nasional
Dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran Covid-19, sejak 3 februari 2020 Pemerintah Selandia Baru telah memberlakukan lockdown nasional meskipun belum ditemukannya Covid-19 di negara dengan julukan kiwi ini. Pemerintah melalui Perdana Menteri Jacinda Ardern menetapkan status Covid-19 pada level 3 dengan menutup pusat pendidikan, melarang berkumpul di tempat umum, dan menginstruksikan agar masyarakat berkonsultasi dengan dokter secara daring. Kemudian pada tanggal 5 Februari 2020, Jacinda Ardern menetapkan status Covid-19 berada di level 4 dengan melakukan pembatasan secara ketat di seluruh wilayah Selandia Baru dan mewajibkan agar masyarakat berdiam diri di rumah.
Kebijakan lockdown nasional ini juga didukung oleh pendapat Ahli Mikrobiologi Universitas Auckland, Siouxsie Wiles yang menyebutkan kebijakan lockdown nasional dilakukan karena kesadaran bahwa rumah sakit di Selandia Baru tidak banyak memiliki fasilitas perawatan intensif. Dengan demikian, upaya Jacinda Ardern dalam melakukan Lockdown awal ini merupakan tindakan preventif dalam mencegah penyebaran covid-19 di Selandia Baru.
- Melakukan Tes Massal Kepada Masyarakatnya
Setelah memberlakukan kebijakan lockdown nasional lebih awal sebelum terjadinya penyebaran Covid-19, Perdana Menteri Jacinda Ardern menginstruksikan masyarakatnya mengikuti tes Covid-19 dengan masif. Berdasarkan situs Kementerian Kesehatan Selandia Baru, hingga 8 Juni 2020 negara tersebut sudah memeriksa 259.901 penduduk. Sebagai perbandingan, Indonesia yang memiliki penduduk 50 kali Selandia baru hanya mampu mengetes 232.113 penduduk (1/6/2020).
Menurut Ardern, Selandia Baru hanya memiliki rata-rata kasus positif Covid-19 yang kurang dari 1 %. Lebih lanjut menurut Direktur Eksekutif WHO, Dr Mike Ryan menyebutkan pandemi Covid-19 tidak akan menyebar di sebuah negara jika hasil rerata positifnya sekitar 9 % dari total sampel yang diuji. Hal ini membuktikan Selandia Baru yang hanya memiliki rata-rata konfirmasi positif kurang dari 1 % berhasil memerangi covid-19. Rendahnya rerata ini didukung oleh pemberlakuan kebijakan lockdown nasional lebih awal yang mampu memutus mata rantai penyebaran covid-19
- Kolaborasi antara pemerintah, parlemen, organisasi non profit (NGO), serta media massa
Salah satu penyebab keberhasilan Selandia Baru dalam memerangi Covid-19 yaitu adanya kolaborasi yang sinergi antara pemerintah, parlemen, organisasi non profit (NGO), hingga media massa dalam melawan Covid-19. Dari sisi masyarakatnya sangat mematuhi setiap kebijakan pemerintah dan mengikuti tes massal Covid-19. Kemudian, sejumlah ahli kesehatan juga bekerja sekuat tenaga untuk melawan Covid-19. Lalu, sejumlah media juga senantiasa memberitahukan informasi mengenai penyebaran Covid-19 dan sejumlah kebijakan pemerintah.
Keberhasilan Jacinda Ardern ini bahkan mendapat pujian dari Mantan Perdana Menteri Helen Clark melalui cuitan di twitternya yaitu “Pemimpin negara berusia 39 tahun ini juga telah memenangkan pujian global atas kepemimpinannya selama pandemi ini”. Hal ini menimbulkan sejumlah pujian dari masyarakat yang sangat puas atas kinerja Jacinda Ardern.
- Membangun Komunikasi yang baik antara Pemerintah dengan Masyarakat Selandia Baru
Salah satu gaya kepemimpinan demokratis yang terlihat dari Jacinda Ardern yaitu gaya komunikasinya yang sangat baik. Komunikasi yang baik ini dilihat dari transparansi pemerintah untuk mengumumkan perkembangan Covid-19. Selain itu, komunikasi ini juga tercipta ketika masyarakat percaya kepada pemerintah melalui data ilmiah perkembangan Covid-19 di Selandia Baru.
Komunikasi yang baik ini juga dilihat dari koordinasi antara Jacinda Ardern dan Ashley Bloomfield, selaku Direktur Jenderal Kesehatan Selandia Baru. Dalam hal ini, melalui konferensi pers perkembangan Covid-19, Ardern akan menyerahkan setiap pertanyaan yang dianggap ilmiah kepada Bloomfield. Selain itu, Ardern juga menjaga komunikasinya dengan tim medis dan mendengar setiap masukan dari tim medis untuk mempertimbangkan kebijakannya. Sehingga, tidak tercipta konflik komunikasi antara tim medis dan Ardern.