Nasib Pelajar di Tengah Pandemi

Tri Apriyani | alva heriyanti nur faizah
Nasib Pelajar di Tengah Pandemi
Ilustrasi corona dan pendidikan (Alexandra Koch/pixabay)

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan sebagai cara untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar selama pandemi. Dampak positif dari dilaksanakannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat dilihat dari meluasnya jangkauan akses informasi materi pembelajaran yang diperoleh oleh siswa. 

Materi yang disampaikan oleh pengajar dapat diakses dimanapun dan kapanpun menggunakan teknologi modern seperti smartphone. Peserta didik diharapkan pula dapat lebih terampil dalam penggunaan teknologi modern, sehingga dapat mendukung kompetensi diri siswa sebagai generasi milenial di era digital.

Saat ini platform pembelajaran digital telah banyak diminati oleh para siswa. Pembelajaran melalui video tersebut santai namun mudah dimengerti. Selain itu, siswa juga dapat mengakses dimana saja melalui laptop ataupun smartphone dengan akses internet yang dimilikinya.

Selama masa pandemi COVID-19 ini, platform belajar online telah mengalami kenaikan akses penggunaannya. Hal ini karena selama masa pandemi mengharuskan siswa belajar secara mandiri di rumah. Mereka di tuntut untuk lebih banyak mencari tahu sendiri akan materi yang sedang dipelajarinya.

Dilansir dari www.katadata.com platform edukasi yang menorehkan catatan lonjakan pengguna diantaranya Quipper, Ruang Guru dan Zenius. Pengguna platform Quipper mengalami peningkatan 30 kali lipat sebelum adanya kebijakan pembelajaran atau perkuliahan jarak jauh.

Selain itu, dilansir dari www.vice.com Pusat Inovasi dan Kajian Akademik UGM melakukan survei kepada 3.353 mahasiswanya tentang kegiatan pembelajaran daring. Mereka diminta merespons pengalamannya mengikuti berbagai pembelajaran daring selama empat hari terakhir untuk mengkaji sistem belajar jarak jauh yang sedang terjadi. 

Hasilnya, perkuliahan daring dirasa 52,2% mahasiswa mirip dengan kuliah dalam kelas. Sisanya merasa kelas berbeda karena lebih nyaman kelas tatap muka. Lalu, 66,9% mahasiswa merasa memahami materi perkuliahan dengan baik.

Sedangkan 30% sisanya mengaku kurang atau sangat kurang memahami. Berita baiknya, 85% mahasiswa merasa kemampuan dosen untuk menyampaikan materi kuliah sudah cukup baik, juga 83%mahasiswa merasa kualitas penyajian materi cukup baik.

Melalui perkuliahan jarak jauh pula, dapat menjadi peluang pula untuk mahasiswa berpikir secara kritis. Hal ini melihat keterbatasan dosen saat memberikan penjelasan melalui akses media belajar online. Mahasiswa juga dapat menjadi lebih aktif mempelajari lebih lanjut dan mendalam mengenai materi perkuliahan.

Saat ini mereka dapat memperolah akses belajar dengan jangkauan yang lebih luas melalui platform edukasi maupun laman website yang memuat informasi yang dibutuhkan.

Mahasiswa dan dosen dapat mengatur jam perkuliahan menjadi lebih fleksibel, namun tetap tidak mengurangi waktu inti yang seharusnya. Waktu sisa yang tersedia menjadi efektif bagi mahasiswa serta dapat digunakan untuk melakukan kegiatan produktif lainnya dirumah.

Dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saat ini juga dapat dilihat dari sisi negatifnya. Belajar di rumah memaksa siswa mengubah kebiasaan. Peserta didik dituntut untuk belajar di rumah.

Mengubah kebiasaan ini adalah hal yang sangat sulit bagi mereka. Disamping itu banyak dosen yang mengandalkan penugasan terhadap mahasiswa dalam belajar menyebabkan mahasiswa menjadi cepat jenuh dan memicu stres yang dapat membahayakan kesehatan.

Dosen sebagai seorang pengajar di nilai tidak semuanya siap menghadapi perubahan sistem pembelajaran yang terjadi. Dosen di tuntut harus mampu mengubah gaya, strategi atau metode pembelajaran kreatif dan inovative terhadap anak didiknya agar tidak jenuh dalam belajar. 

Menurut Nadiem Makarim selaku menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pembelajaran Jarak Jauh akan diperpanjang hingga akhir tahun 2020. Tahun ajaran baru akan dimulai pada 2021. 

Keadaan tersebut menarik pakar pendidikan Univeritas Brawijaya (UB) Aulia Luqman Aziz, mengutarakan pendapatnya melalui laman website UB. Hal tersebut karena melihat keadaan baik siswa maupun mahasiswa yang mengeluh dengam pembelajaran secara online, artinya profesi guru di Indonesia masih belum tergantikan oleh teknologi.

 Bagaimanapun pengajar hanya menyampaikan materi melalui aplikasi video conference seperti aplikasi Zoom Clouds Meeting dan Google Meets. Sebagai besar dosen juga hanya memberikan materi melalui Google Classroom dalam bentuk power point. Diskusi online masih diadakan baik melalui Grup Whatsapp, maupun sesi video call mengunakan aplikasi Zoom atau Google Meet.

Tidak jarang setiap dosen akan memberi latihan soal maupun tugas setiap harinya, hal ini sebagai bentuk sumber penilaian dosen selama kegiatan perkuliahan secara online. Disini siswa dituntut untuk mengerti setiap materi, tetapi materi yang disampaikan pun sulit untuk dicerna. Sistem PJJ tidak bisa memastikan pelajar yang hadir di dalam kelas seperti kelas tatap muka. Jadi beberapa pengajar emeikan tugas di setiap pertemuan sebagai bukti bahwa pelajar tersebut hadir di kelas online nya.

Bagi peserta didik dan pengajar sama-sama dituntut untuk beradaptasi dalam kegiatan pembelajaran selama masa pandemi ini. Metode pembelajaran harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan agar materi mudah tersampaikan. Peserta didik diharapkan lebih aktif bertanya serta mencari sumber materi pembelajaran lainnya.

Tenaga pengajar baik dosen maupun guru juga diharapkan mencari metode belajar melalui media online. Metode pembelajaran tersebut tentunya bukan yang dapat membebani muridnya hanya dengan memberikan tugas, sehingga esensi dari pembelajaran jarak jauh dapat diterima dengan baik.

Oleh: Alva Heriyanti Nur F

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak