Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut di Desa Branta Pesisir

Tri Apriyani | AHMAD RIFQI ROMADHANI
Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut di Desa Branta Pesisir
Penampakan Desa Branta Pesisir dari atas (dok. istimewa)

Branta Pesisir merupakan salah satu desa yang terletak di Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Madura. Desa ini terletak di pinggiran pesisir bagian selatan Kecamatan Tlanakan. Di bagian selatan Desa Branta Pesisir merupakan wilayah pesisir dan selat madura.

Pada bagian pesisirnya terdapat pantai, dermaga Pelabuhan Kelas III, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), tempat pemberhentian kapal nelayan. Penduduk Desa Branta Pesisir berjumlah sekitar 5000 jiwa. Hampir 50% penduduk Desa Branta Pesisir bermata pencaharian sebagai nelayan. 50% yang lainnya adalah pedagang, perawat, polisi, dan sopir. Di sepanjang pantai, tinggal masyarakat nelayan dengan mayoritas aktivitas sehari hari berlayar di laut.

Pantai merupakan salah satu tempat tujuan untuk mengisi kebosanan dalam melakukan rutinitas sehari-hari. Pantai juga tempat yang indah dan menakjubkan. Salah satu pantai yang bisa dijadikan refreshing adalah pantai di Desa Branta Pesisir. Tempat ini jika pagi hari dijadikan tempat jogging, bersepeda, dan menghirup oksigen segar.

Seperti kita tahu penghasil oksigen terbesar berasal dari lautan yaitu plankton. Plankton bisa menyumbang kebutuhan hingga sampai 80% di bumi. Organisme ini biasa hidup sekitaran pesisir pantai, ini yang menyebabkan ketika kita lari pagi di pesisir pantai oksigen terasa sangat segar. Pada bagian dermaga bisa dijadikan tempat olahraga seperti jogging dan bersepeda.

Pada dini hari di desa ini juga terdapat aktivitas yaitu keberangkatan para nelayan mencari mata pencaharian ke laut. Rata-rata warga di desa ini menggantungkan hidup sebagai nelayan. Nelayan tidak pergi melaut pada hari Jumat.Nelayan Desa Branta Pesisir melaut dengan menggunakan alat tangkap kardan dan pukat harimau.

Sedangkan pada waktu siang hari dapat terlihat para istri dari nelayan menunggu kedatangan kapal di sekitar pinggir pantai. Setelah kedatangan suami istri langsung menjual hasil tangkapan ikan ke Tempat Pelelangan Ikan dan sebagian dibawa pulang untuk di makan sendiri.

TPI merupakan lembaga ekonomi yang bergerak pada sektor pemasaran hasil tangkapan ikan nelayan. Ketika di TPI tampak terlihat perputaran uang yang cepat karena di tempat tersebut terjadi banyak transaksi antar penjual dan pembeli ikan. Adanya TPI ini dapat mempermudah warga untuk melakukan lelang ikan dari hasil tangkapan nelayan sehingga dengan adanya TPI diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. TPI ini juga sebagai pelindung bagi nelayan dalam hal permainan harga yang bisa dilakukan pedagang. TPI ini berlokasi di bagian sisi sebelah timur Pelabuhan Desa Branta Pesisir.

Pada bagian Pelabuhan terdapat aktivitas baik sore maupun malam. Sore hari banyak warga lokal dan luar nongkrong di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan matahari tenggelam. Selain itu juga ada aktivitas olahraga seperti main bola, mencari hasil laut yaitu kerang dan lainnya.

Pada malam harinya juga banyak warga lokal maupun dari luar untuk menikmati hobi memancing berjejer sepanjang dermaga pelabuhan. Biasanya para pemancing sudah bersiap pada saat matahari mulai terbenam dengan membawa peralatan pancing. Pemancing pada malam hari ini beragam, ada yang mancing ikan ada juga yang mancing cumi-cumi. Kebanyakan hasil pancing dari malam hari tidak untuk dijual tetapi untuk konsumsi bersama keluarga di rumah.

Pantai terletak antara lautan dan daratan. Letak pantai berdekatan dengan daratan menyebabkan sering terjadi interaksi dengan manusia, akibatnya juga terdampak perlakuan manusia yang negatif seperti membuang sampah sembarang ke pantai.

Hal ini menyebabkan pantai terlihat kurang enak dilihat karena terdapat sampah di pinggir pantainya. Ini bisa terjadi karena kurangnya tempat sampah di pinggir pantai sehingga rumah warga yang di sekitar pesisir membuang sampahnya ke bagian pesisir pantai. Aktivitas ini sering terjadi sampai sekarang. Banyak jenis sampah yang berserakan dipinggir pantai.

Mulai dari jenis sampah plastik, popok, styrofoam, kayu, logam dan sampah lainnya yang mana sampah ini merupakan jenis sampah yang tidak mudah terurai bahkan sampai ratusan tahun untuk mengurai sampah tersebut. Sampah seperti ini nantinya dapat beralih fungsi menjadi makanan dari beberapa hewan laut.

Hal ini akan berakibat buruk kepada hewan laut jika nantinya memakan sampah yang tidak mudah terurai ini. Misalnya kasus hiu mati dipenuhi sampah plastik diperutnya, penyu yang kesulitan berenang karena kakinya terlilit sampah plastik. “Rencana pemerintah desa akan membuat beberapa tempat sampah organik dan non organik di beberapa titik sepanjang jalan pantai dan nantinya diharapkan warga akan dapat meletakkan sampah sesuai jenisnya.

Sebelumnya dilakukan himbauan kepada warga melalui RT agar warganya membuang sampah pada tempat yang telah disediakan serta diberi poster-poster disetiap tempat sampahnya” kata Sultan, pamong desa kepada wartawan.

Selain hewan laut yang terkena dampak negatif sampah, manusia pun juga terkena dampak dari sampah yang menumpuk ini. Kesehatan warga akan terancam dikarenakan hasil ikan laut yang dikonsumsi seperti udang, lobster, tuna, cumi-cumi mengandung potongan plastik yang sangat kecil. Apabila dikonsumsi akan membahayakan kesehatan manusia itu sendiri.

Akibatnya dapat menyebabkan penyakit bagi manusia karena air yang tercemar didalamnya pasti akan terdapat bakteri atau kandungan berbahaya bagi manusia. Selain itu apabila ekosisitem laut seperti hewan-hewan tercemar oleh sampah maka hewan tersebut akan mengandung penyakit karena terinfeksi pencemaran dan apabila manusia mengkonsumsi ikan tersebut secara tidak langsung pencemaran yang ada didalam ikan akan ikut termakan oleh tubuh manusia dan tubuh manusia akan ikut menjadi tercemar oleh bakteri ikan yang tidak sehat.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan manusia, manusia membutuhkan protein hewani seperti mengkonsumsi ikan, hal itu dapat berdampak apabila ekosistem ikan berkurang maka manusia tidak dapat mengkonsumsi ikan. Ekosistem ikan berkurang karena terumbu karang yang menjadi tempat perkembangbiakan ikan mati karena tertimbun pencemaran sampah serta ikan juga dapat secara langsung tercemar oleh sampah yang berada di air laut.

Air laut yang tadinya bersih juga akan terlihat kotor akibat dari tumpukan sampah. Laut dianggap sebagai tempat pembuangan akhir bagi kehidupan manusia khususnya di warga yang tinggal di sepanjang pantai, namun hal itu diabaikan oleh manusia karena masih berasumsi laut memiliki volume air yang cukup besar dan memiliki kemapuan untuk mengurai segala jenis zat yang dirasa tidak akan menimbulkan dampak sama sekali.

Kelestarian air laut apabila tercemar oleh zat-zat yang ditimbulkan oleh limbah manusia secara terus-menerus dengan volume yang besar dalam konsentrasi yang tinggi, maka dapat menyebabkan rusaknya keseimbangan laut, rusaknya keseimbangan laut dapat berdampak pada kelestarian alam dan terjadi dampak global untuk selanjutnya.

Pencemaran air laut yang terjadi perlu untuk dikendalikan karena dengan adanya pencemaran air laut dapat mnegurangi pemanfaatan dari air laut sebagai kebutuhan utama dan salah satu faktor dalam pembangunan pantai berkelanjutan. Belum lagi dengan banyaknya sampah dipermukaan air laut secara tidak langsung akan membawa sebagian sampah ke tempat lain, jika dibayangkan akan menyebar ke seluruh samudra. Hal ini bisa membuat kerugian bukan hanya di pantai Desa Branta Pesisir saja tetapi bisa berdampak ke seluruh lautan dunia.

Jadi dari masalah ini diharapakan adanya kerja sama antara kepala desa dan warga untuk sama-sama mengelola dan menjaga pantai agar terlihat bersih. Kepala Desa menyediakan tempat sampah di beberapa titik sekitar rumah warga atau pinggir pantai. Dengan ini diharapkan warga tidak akan membuang sampah sembarangan lagi ke pantai.

Tempat sampah ini dipisah antara organik dan non organik yang nantinya akan di daur ulang. “Tempat daur ulang sampah di Desa Branta Pesisir sudah ada. Hanya saja belum berfungsi dikarenakan peralatan untuk mendaur ulang sampah masih kurang memadai.” Ujar Ami, sekretaris desa kepada wartawan.

Kinerja untuk kelestarian lingkungan dari sampah belum terselesaikan. Pemerintah desa juga mengimbau masyarakat dengan cara mengumpulkan ketua RT di sekitar pantai untuk diberi arahan agar warganya membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

Lalu mengajak warga untuk membantu mendaur ulang sampah yang sebelumnya disedikan fasilitas berupa pelatihan memilah sampah dan mendaur ulang sampah tersebut. Ketika rencana ini terlaksana diharapkan tumpukan sampah di pinggir pantai dan permukaan air laut akan berkurang bahkan dampak terjauhnya tidak ada sampah lagi sehingga wilayah pesisir dan laut Desa Branta Pesisir akan terlihat bersih dan indah.

Laut bersih akan membuat hasil laut yang dikonsumsi juga akan bersih. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan nelayan Desa Branta Pesisir antara lain ikan layur, tongkol/ kalan, cumi cumi/ nus, kerapu, ikan kembung, ikan mas/ kreseh, ikan kakap, ikan pari, dan mongseng/ hiu kecil. Adapun hasil tangkapan dengan kualitas baik biasanya dijual kepada pengepul untuk selanjutnya dikirim ke berbagai restoran, depot, swalayan dan toko-toko pengolah ikan di luar Madura.

Sedangkan ikan yang tidak laku terjual diolah oleh para istri nelayan menjadi ikan asin dengan cara dikeringkan secara manual dan dijadikan ikan asap yang nantinya bisa dijual ke berbagai daerah dalam maupun luar madura. Beberapa istri nelayan juga mengolah kulit ikan laponte menjadi krupuk rambak, membuat krupuk ikan dan membuat petis. Namun olahan ikan yang dilakukan sejauh ini dikerjakan secara tradisional, kapasitas produksi kecil, penjualan hanya untuk daerah sekitar, minimnya saluran distribusi dan hanya menggunakan sistem pemasaran konvensional.

Produk olahan ikan yang dikembangkan masyarakat desa ini memiliki varian yang terbatas, dan hanya mengandalkan pengepul untuk memasarkannya. Di daerah sekitar juga belum ditemukan penjualan atau toko yang menjual ikan dan produk olahannya.

Hal ini bisa diatasi dengan menjual produk hasil laut secara online. Dengan menjual online juga diharapkan mengenalkan produk dari desa ini dan membuat perekonomian warga terbantu. Makhsunah, ibu-ibu PKK mengatakan “Untuk saat ini yang dijual secara online berupa produk sambal yang dicampur dengan hasil tangkapan laut. Produk tersebut yaitu sambal teri, sambal cumi-cumi, dan sambal tongkol. Sedangkan selain produk tersebut hanya dijual disekitar wilayah desa.”

Hasil tangkapan nelayan Desa Branta Pesisir pada dasarnya beragam. Hal ini merupakan potensi kekayaan yang dapat dimaksimalkan demi meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Hanya saja, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan membuat penduduk Desa Branta Pesisir hanya menjual hasil ikan dengan harga murah. Masyarakat setempat memiliki taraf hidup menengah bawah, tingkat pendidikan juga tidak merata dan
didominasi oleh lulusan SMP dan SMA.

Besarnya potensi kekayaan laut yang dimiliki oleh Desa Branta Pesisir dan keterbatasan Sumber Daya Manusia, pemberian ilmu dan ketrampilan mengenai pengolahan ikan menjadi produk yang marketable pastinya menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa setempat.

Selain menjual olahan hasil laut di pesisir pantai juga terdapat tambak udang. Tambak udang ini masih baru dibuat tahun 2020. Jadi masih bisa dibilang baru tetapi sekali panen menghasilkan ratusan juta dalam satu tambak. Biasanya warga menjual hasil dari budidaya udang ini ke daerah jawa dan sekitarnya. “Rencananya tidak hanya akan dibuat budidaya tambak udang tetapi juga akan mengelola budi daya baru yaitu budidaya ikan kerapu dan bandeng.” Ujar Ahdi, salah satu petani tambak udang kepada wartawan.

Mengingat lokasi Desa Branta Pesisir di wilayah laut dan pesisir diharapkan akan terlaksananya rencana yang telah di buat. Jadi diharapkan kerjasama antara perangkat desa dan warga agar rencana tersebut berjalan dengan lancar. Jika terlaksananya rencana tersebut nantinya akan membuat wilayah pesisir dan laut akan bersih dan membuat perekonomian masyarakat desa sejahtera.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak