Kedatangan Bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia tidak hanya memberikan dampak pada sektor ekonomi dan pembangunan saja, namun juga membawa dampak pada bidang kesenian dan juga kebudayaan. Secara tidak langsung kesenian dan juga kebudayaan ala Eropa perlahan diserap dan diterapkan di Hindia Belanda. Salah satu kesenian yang berkembang pesat pada saat itu yakni seni lukis. Gayagaya lukisan orang-orang Eropa pada saat itu lebih menampilkan tentang alam dan juga lingkungan sekitar serta bergaya romantisme dan impresionisme.
Pada perkembangan awal seni lukis ini merupakan bagian dari perjalanan bangsa-bangsa Eropa di Hindia Belanda sebagai bentuk laporan perjalanan yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah di negaranya. Selanjutnya seni lukis ini semakin berkembang dan memunculkan nama seorang pelukis pribumi yang bernama Radeh Saleh Bustaman yang mendapatkan pembelajaran seni dari orang Eropa yang bernama A.A.J Payen, yang membuat gaya dan corak lukisannya cenderung menyerupai gaya-gaya ala Eropa yang mengedepankan keindahan alam dan bangunan.
Seni lukis ini sempat mengalami penurunan pada saat itu selepas kepergian dari Raden Saleh karena setelahnya tidak ada penerus pelukis yang condong kearah gaya mooi indie. Barulah setelah berakhirnya tanam paksa dan diberlakukannya sistem politik etis di Indonesia yang memberi kesempatan bagi rakyat-rakyat pribumi mengenyam pendidikan ala barat salah satunya bidang kesenian ditambah lagi dengan semakin banyaknya orang-orang Eropa termasuk para pelukis menginjakkan kakinya di Hindia Belanda.
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 para pelukis Eropa mulai datang dan merintis pergerakan seni lukis di Batavia (Burhan, 2008, p.25). Memang dari seni lukis ini sudah muncul abad ke-17 namun kedatangan para pelukis pada zaman itu untuk memenuhi tugas perjalanan dan kebutuhan ilmiah yang sejatinya mereka hanyalah pejabat pemerintahan yang sebenarnya tidak memiliki keahlian khusus dalam seni melukis.
Para seniman Belanda dan juga pribumi yang beraliran mooi indie yang ada di Batavia pada abad ke 20 membentuk sebuah persatuan yang bernama Bataviasche Kunstkring. Persatuan ini lantas yang membuat gaya seni lukis di Nusantara menjadi lebih modern serta seni yang bergaya romantisme ini mulai diterima dan diapresiasi oleh berbagai kalangan masyarakat. Berbagai pameran- pameran diadakan untuk memperkenalkan seni lukis ini kepada masyarakat khususnya masyarakat Pribumi serta menggugah gairah pelukis-pelukis lokal untuk mempelajari dan ikut dalam aliran seni lukis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- Aziz, L. 2019. Representasi Nasionalisme Indonesia Dalam Kemasan Mooie Indie. Surakarta: FKI UMS. Dari https://eprints.ums.ac.id/id/eprint/ 77904.
- Bachtiar, Harsja W., Peter B.R. Carey., & Onghokham. 2009. Raden Saleh: Anak Belanda, Mooi indie dan Nasionalisme. Jakarta: Komunitas Bambu.
- Burhan, M. 2008. Perkembangan Seni Lukis Mooi Indie Sampai Persagi di Batavia, 1900-1942. Jakarta: Galeri Nasional Indonesia.
- Desmiati, Annisa., Yustiono.,& Agung, Hujatnika. 2013. Romantisme Pada Karya-Karya Raden Saleh: Suatu Tinjauan Kritik Seni. Journal of Visual Art and Design, Journal of Visual Art and Design, 5(2), 121-134. Dari: https://journals.itb.ac.id/index.php /jvad/article/view/637/358.
- Ismayanto, D. 2013. Mooi Indie Diserang Lalu Disayang. (online). https://historia.id/kultur/articles/ mooi-indie-diserang-laludisayang-PMr16, diakses Kitchener, D. 2018.