Kisah Religi Romantis dalam Film Merindu Cahaya De Amstel

Candra Kartiko | Ari Pirani
Kisah Religi Romantis dalam Film Merindu Cahaya De Amstel
Amanda Rawles dalam film Merindu Cahaya De Amstel. (Youtube/Unlimited Production)

Merindu Cahaya de Amstel merupakan film yang masih hangat di awal tahun 2022. Film ini rilis bersamaan dengan sekuel ketiga Dear Nathan. Sebagaimana Dear Nathan, film ini juga merupakan adaptasi dari sebuah novel yang berjudul sama karya Arumi E.

Pemain utama film ini dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris tanah air yang sedang berada di puncaknya yaitu Amanda Rawles, Bryan Domani, dan Rachel Amanda. Peran Amanda Rawles sebagai Marien, perempuan Belanda yang muallaf terlihat sangat cocok didukung oleh bentuk wajah Amanda yang blasteran. Demikian juga Bryan Domani yang berperan sebagai Pemuda Belanda non Islam bernama Nicholas. Keduanya begitu menjiwai peranan mereka seolah-olah mereka adalah warga Belanda asli. Sebagaimana ketika mereka berbicara dengan bahasa Indonesia, terlihat  jelas ada aksen Belandanya seakan-akan tidak begitu fasih melafalkannya.

Film ini mengangkat tema religi romantis antara seorang wanita muslim dan pria non muslim yang saling mencintai namun kisah mereka mengalami beberapa masalah terutama perbedaan agama yang dianutnya.

Selain tentang percintaan, film ini jua bercerita tentang perjuangan non muslim yang kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam. Sebagaimana kisah Marien yang memutuskan untuk masuk Islam setelah mengalami berbagai masalah sulit dalam hidupnya. Ia merasa sangat putus asa ketika itu dan tanpa sengaja ia bertemu dengan wanita muslim yang kemudian mendampinginya menjadi muslimah yang baik dan benar.

Dari kisah Marien ini, terlihat bahwa keputusan Marien untuk masuk Islam merupakan kemauannya sendiri bukan karena paksaan atau adanya teror yang mengancam.

Hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam sendiri bahwa tidak ada paksaan bagi seseorang untuk masuk Islam. Karena Islam merupakan agama yang ramah dan penuh kedamaian sehingga tak pantas jika menyampaikannya dengan penuh emosi kemarahan.

Memang benar film ini menyajikan cara menyampaikan dakwah dengan baik dan secara ramah, namun di dalamnya terdapat adegan yang sedikit mengganjal yakni Islam masih digambarkan secara simbolis. Ketika Marien masuk Islam, ia langsung disuguhkan untuk memakai jilbab, padahal Marine masih sangat awam dengan Islam. Hal tersebut lebih ditonjolkan daripada cara membimbina Marien secara perlahan untuk mengenal ajaran Islam.

Selain itu, konfllik yang disajikan tidak terlalu pelik sehingga terasa familiar dengan beberapa film Indonesia lainnya yang juga bertemakan  religi romantis seperti Assalamu’alaikum Beijing (2014), Ajari Aku Islam (2019), dan Satu Amin Dua Iman (2021).

Namun demikian, beberapa selipan komedi yang dilontarkan oleh Jono (Ridwan Remin) turut  menghibur dan pasti mengundang gelak tawa selama menonton film ini.

Setting tempat yang berlokasi di Belanda juga patut diapresiasi. Banyak adegan yang menyuguhkan pemandangan indah kota Amsterdam. Tidak hanya kota tetapi juga budayanya seperti pemakaian sepeda untuk bepergian ke suatu tempat yang berjarak dekat dan memarkirnya dengan rapih.

Demikian sedikit ulasan tentang film Merindu Cahaya de Amstel. Film ini bisa anda tonton di bioskop-bioskop terdekat. Selamat menonton!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak