Intensitas konflik Rusia dan Ukraina semakin memanas sehingga menyebabkan banyak negara menaruh perhatian terhadap kisruh ini. Situasi panas di Ukraina seakan-akan menyebabkan negara lain perlu menentukan untuk berdiri di sisi mana.
Dunia pun terbelah, ada yang mendukung, mengecam, hingga memilih netral dan ingin mendalami situasi saat ini lebih jauh. Peta politik yang selama ini abu-abu, melalui konflik ini sedikit memperjelas siapa melawan siapa. Di bawah ini adalah bagaimana pendapat negara maupun organisasi dunia atas kisruh yang terjadi di Eropa timur ini.
1. Amerika Serikat Memilih Berhati-hati Sembari Dukung Ukraina
Negara adidaya Amerika Serikat memilih untuk bersikap hati-hati dalam konflik Rusia dan Ukraina. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan dukungannya terhadap Ukraina dengan memberlakukan sanksi terhadap Rusia.
Dikutip dari BBC, Biden menyatakan bahwa belum bersedia untuk mengerahkan militer Amerika dalam kisruh Rusia Ukraina. Beliau khawatir jika tentara Amerika dan Rusia terlibat kontak militer secara langsung akan menyebabkan konflik ini meluas.
Sikap hati-hati dan keengganan Amerika untuk terlibat jauh dalam konflik Rusia Ukraina diperkuat oleh survey AP-NORC. Hasil survei menyatakan 72% rakyat ingin Amerika hanya berperan secara minor dalam situasi ini.
2. Belarusia yang berkawan dekat dengan Rusia
Belarusia merupakan negara yang sama-sama berdekatan baik dengan Rusia dan Ukraina. Karena kedekatan lokasi dengan daerah konflik, maka Belarusia memegang peranan penting dalam situasi konflik Rusia dan Ukraina.
Dikutip dari TIME, menanggapi tensi yang makin meninggi antara Moscow dan Kyiv, sekitar 30.000 tentara Rusia menempatkan diri di Belarus.
Lukashenko menyangkal keikutsertaan tentara Belarusia di operasi militer Rusia. Namun, menurut media lokal Belarus menyatakan Lukashenko bersedia untuk membantu Rusia jika diperlukan.
3. Anggota Uni Eropa yang siap membantu Ukraina
Dikutip dari Washington Post, pemimpin Uni Eropa mengecam Rusia dengan menyebut tindakan Rusia "mengembalikan perang ke Eropa". Melalui cuitan di Twitter, presiden komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen.
Kecaman Uni Eropa terhadap tindakan Rusia juga disampaikan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Joseff Borrell.
"Ini adalah saat-saat tergelap di Eropa sejak perang dunia ke dua."
Menindaklanjuti pernyataan untuk mengecam serangan Rusia, anggota Uni Eropa akan mempertegas sanksi kepada negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut.
4. Polandia yang khawatir akan meluasnya konflik
Negara Polandia yang terletak cukup dekat dengan daerah konflik mengecam tindakan Rusia yang melakukan serangan ke Ukraina. Dikutip dari Al Jazeera, perdana menteri Polandia, Mateuz Morawiecki mengimbau agar ada tindakan nyata sesegera mungkin terhadap konflik Rusia dan Ukraina.
"Kita harus segera merespons tindakan agresi Rusia kepada Ukraina," ungkap Morawiecki melalui Twitter.
"Eropa dan dunia yang bebas harus menghentikan Putin. European Council harus menyetujui sanksi terberat. Kita harus mendukung Ukraina secara nyata."
5. Tiongkok yang tidak mengakui serangan Rusia sebagai invasi
Tiongkok menyatakan belum mengambil sikap terhadap konflik Rusia dan Ukraina. Tiongkok juga meminta negara lain untuk berhati-hati dalam memaknai apa yang banyak negara sebut sebagai "invasi" yang dilakukan Rusia.
Pendapat untuk berhati-hati dalam mengambil tindakan juga diutarakan juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Hua Chunying. Beliau mengkritis penggunaan istilah "invasi" dalam menyebut konflik Rusia dan Ukraina.
Beliau menyatakan posisi Tiongkok adalah mendukung keadilan dan kedamaian. Beliau menambahkan "semua pihak harus bersikap bijak untuk mencegah situasi menjadi tidak terkendali".
Dukungan, sikap hati-hati, hingga memberikan sanksi merupakan reaksi negara-negara atas konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia. Apapun yang terjadi ke depannya, semoga konflik segera berakhir dan tidak memakan banyak korban jiwa.