Komik Strip 'To Be a Better Me' Ajak Pembaca Atasi Perilaku Impulsif

Ayu Nabila | Rr Intita
Komik Strip 'To Be a Better Me' Ajak Pembaca Atasi Perilaku Impulsif
Ghea Sonja Imanda, mahasiswi DKV Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) bersama hasil karya tugas akhirnya, yaitu komik strip digital 'To Be a Better Me' (Public Relations Universitas Dinamika/ STIKOM Surabaya)

Salah satu permasalahan sosial yang seringkali dialami oleh masyarakat adalah impulsive buying. Impulsive buying adalah orang yang membeli sesuatu berdasarkan keinginan daripada kebutuhan. Melihat hal ini, seorang mahasiswi program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) membuat sebuah komik strip digital yang membahas tentang self-control terhadap impulsive buying berjudul ‘To Be a Better Me’.

Mahasiswi tersebut bernama Ghea Sonja Imanda. Ia adalah mahasiswi angkatan ’20 yang membuat karya tugas akhir (TA) berupa komik strip digital di Instagram. “Topik utama yang dibahas adalah impulsive buying, karena saya melihat orang-orang di sekitar saya (terutama para Gen-Z) seringkali mudah tergiur untuk membeli sesuatu,” ujarnya. Komik ini berhasil ia selesaikan dalam waktu pengerjaan satu semester.

Ghea ingin karya komik stripnya bisa membantu para Gen-Z untuk tidak impulsif dalam bertindak maupun membeli sesuatu. “Seperti judulnya, To Be a Better Me jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia berarti ‘untuk menjadi saya yang lebih baik’. Itulah keinginan saya saat komik ini dibuat, yaitu ingin memberikan edukasi kepada para Gen-Z tentang impulsiveness agar mereka bisa menjadi pribadi yang lebih baik,” ucapnya.

Ghea juga menjelaskan bahwa ia menggunakan komik strip berbasis digital karena untuk bisa menarik Gen-Z membaca komiknya. “Berdasarkan dari penelitian yang sudah saya lakukan, Instagram menjadi salah satu media sosial yang paling sering digunakan Gen-Z. Maka dari itu, saya membuat komik strip digital agar bisa lebih mudah diakses oleh Gen-Z,” jelasnya.

Ghea pun juga mempertimbangkan behavior para pembaca yang bisa merasa bosan apabila hanya stuck membaca, sehingga pada komik stripnya, ia menambahkan gerakan animasi per panel komik. Pertimbangan Ghea juga hasil dari penelitiannya yang mengulik tentang karakteristik Gen-Z, yang salah satunya adalah Gen-Z memiliki short attention span (tidak bisa fokus pada satu hal secara terus menerus).

Komik strip digital karya Ghea juga didukung oleh ilustrasi karakter berbentuk hewan (kucing) dalam wujud humanoid. Kucing memiliki karakteristik yang lucu dan disukai banyak orang, sehingga dapat menarik dan menghibur pembaca.

Dalam pembuatan karakter tersebut, juga didasarkan oleh penelitian yang menentukan adanya lima watak kucing, yaitu ‘The Feline Five’. “Kelima watak tersebut meliputi impulsiveness (impulsif), agreeableness (peduli), extraversion (mudah berteman), dominance (dominan), dan neuroticism (mudah panik). Dari lima watak tersebut, kemudian terbentuklah lima karakter di komik strip tersebut. Karakter utama bernama Tio yang ditemani oleh karakter pendukung lainnya yang bernama Momo, Ziki, Kana, dan Biu.

Tio memiliki watak impulsif dalam membeli sesuatu maupun mencoba sesuatu, Momo memiliki watak peduli dan membantu temannya yang kesusahan, Ziki memiliki watak mudah berteman dan bersosialisasi, Kana memiliki watak yang tertata dan merencanakan sesuatu dengan detail, sedangkan Biu memiliki watak mudah panik dan khawatir.

Ghea kemudian menceritakan sinopsis dari komiknya. “Komik ini mengisahkan Tio yang merupakan mahasiswa yang terbiasa melakukan sesuatu tanpa direncakan secara matang dan impulsif. Sifat buruk ini pun merugikan Tio dan teman-temannya. Kemudian, teman-temannya pun mengajarkan cara pengendalian diri dengan menerapkan gaya hidup frugal living,” jelasnya.

Selain karakter yang lucu dan animasi per panel komik, komik ini juga didukung oleh color tone yang menarik untuk dibaca oleh Gen-Z. “Komik ini menggunakan warna cool tone, pemilihan tone ini pun juga didasarkan oleh survey. Terdapat enam warna, yaitu kuning, oranye, biru, pink, ungu, dan merah yang tiap warna merepresentasikan watak karakter,” kata Ghea.

Dari karya yang sangat menarik ini, Ghea mengaku bahwa ia menggunakan alat menggambar yang cukup sederhana. “Saya menggunakan pen tab Wacom yang paling terjangkau. Hal yang terpenting adalah alatnya ada dan terus menerus dilatih, karena dengan alat yang sederhana tetap bisa menghasilkan karya yang memuaskan,” ungkapnya sambil tertawa kecil.

Komik ‘To Be a Better Me’ juga didukung oleh buku budget planner, tumbler, pop socket, keychain, stiker, dan totebag. Komik ini bisa dibaca di Instagram @tobea.betterme.

BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak