Menteri Kebudayaan Fadli Zon terus berkeliling daerah merangkul insan-insan kebudayaan guna mewujudkan misi Indonesia menjadi pusat kebudayaan dunia. Kali ini, Fadli Zon menggandeng para seniman kebudayaan Sunda untuk melestarikan salah satu warisan budaya Tanah Pajajaran yakni Kujang.
Di Kampung Budaya Sunda Paseban berdiri Kujang Kanjeng Kiai Bhairawa, sebuah kujang raksasa seberat 1,5 ton yang menjadi monumen budaya Sunda. Kujang ini dibuat dengan teknik tradisional, melibatkan pengrajin keris dari Madura, dan memakan waktu sekitar dua tahun untuk penyelesaiannya.
"Kujang yang tertua dari abad ke sembilan. Kita sudah melakukan studi bagaimana formasi dan deformasi dari kujang sejak periode-periode awal. Dan varian-varian kujang dari berbagai kesultanan di Jawa, khususnya Jawa Barat kemudian dikumpulkan menjadi sebuah koleksi di Gedung Pusaka yang sekarang kita mau resmikan sebagai Museum Kujang," ujar Fadli Zon saat meresmikan Museum Kujang Pusaka, Kampung Budaya Sunda Paseban, Kabupaten Bogor, Rabu, 27 November 2024.
Peresmian Museum Kujang di Paseban ini bertepatan dengan Hari Bambu Nasional yang diperingati setiap 26 November. Peremian juga diselingi kegiatan penanaman 100 pohon bambu bersama Yayasan Bambu Indonesia di bawah asuhan Ki Jatnika Nanggamiharja.
Museum ini memamerkan berbagai kujang dari berbagai periode sejarah, termasuk kujang tertua yang berasal dari abad ke-9. Museum Kujang Pusaka atau Gedong Kusaka diharapkan menjadi pusat kajian budaya yang tidak hanya memperkenalkan kujang sebagai senjata tradisional tetapi juga sebagai simbol identitas masyarakat Sunda.
"Karena Museum Keris sudah ada di Solo. Museum Kujang ini mudah-mudahan menjadi semacam rintisan. Nanti yang akan datang kita akan mencari tempat yang lebih mudah dicapai. Sehingga ada satu museum kujang sendiri. Seharusnya ya di Kabupaten Bogor mungkin di daerah Pemda situ ya, Ada museum kujang Yang lebih mudah diakses," terang Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 ini yang menyebut koleksi kujang di museum ini dikurasi oleh kurator Basuki Teguh Yuwono.
Kampung Budaya Sunda Paseban
Museum Kujang Pusaka ini terletak di Kampung Budaya Sunda, Paseban, Kabupaten Bogor. Kampung Budaya Paseban ini menjadi contoh inspiratif dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan Sunda di era modern. Fadli Zon mengakui, tempat ini diakui sebagai proyek kebudayaan berkelanjutan yang tidak hanya melestarikan tradisi tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan hidup.
Fadli Zon menjelaskan, Kampung Paseban ini dulunya merupakan hamparan alang-alang yang kini telah berubah menjadi kawasan ekosistem budaya Sunda.
Dengan penanaman 41 varietas bambu dan sejumlah tanaman langka seperti pohon baobab, pohon bodhi, pohon pule, serta tanaman lokal seperti kemuning dan serigading, kawasan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelestarian budaya tetapi juga kawasan penghijauan yang signifikan.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), bambu dikenal sebagai tanaman yang mampu menyerap karbon hingga 1,7 ton per hektare per tahun, menjadikannya solusi alami untuk mitigasi perubahan iklim.
Penanaman bambu di Paseban tidak hanya mendukung aspek ekologis tetapi juga menjadi bahan baku seni tradisional seperti angklung dan gamelan.
Menghidupkan Kembali Arsitektur Sunda yang Punah. Salah satu pencapaian utama Kampung Paseban adalah upaya pelestarian arsitektur tradisional Sunda yang hampir punah.
Menteri Fadli Zon menyebutkan beberapa jenis rumah tradisional yang dibangun ulang di kawasan ini, termasuk Badak Helai, Jalopong, Siritewel, Panglong Jajar, dan Tagok Anjing.
Setiap desain arsitektur memiliki filosofi unik yang merefleksikan kearifan lokal masyarakat Sunda. Penggunaan bambu sebagai bahan utama juga mencerminkan pendekatan ramah lingkungan. Arsitektur ini tidak hanya estetis tetapi juga fungsional, menjaga keseimbangan antara budaya dan alam.
Kampung Paseban juga aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya, seperti festival pencak silat, pertunjukan gamelan, dan seni harfa bertajuk Harp on the Mountain. Menteri Fadli Zon bahkan mengusulkan kegiatan baru seperti Paseban Writers Festival dan Jazz Festival untuk menarik minat generasi muda.
Tidak hanya itu, kawasan ini juga menjadi rumah bagi Bale Adat yang menyimpan gamelan pusaka dari Giri Harja II, menambah kekayaan budaya yang dapat dinikmati pengunjung.
"Jadi Paseban ini adalah nama yang sudah sejak turun-temurun ada di sini. Jadi bukan nama baru. Kampung ini memang kampung Paseban. Ki Jatnika melihat ini juga bagian dari sebenarnya kawasan yang dulunya mungkin merupakan semacam petilasan," terang Menteri peraih rekor Museum Rekor Indonesia atau Muri atas perpustakaan pribadi dengan koleksi keris terbanyak ini.
Fadli Zon menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam kebudayaan, yang disebutnya sebagai budaya hijau.
Ia menggarisbawahi bahwa seni tradisional seperti angklung dan gamelan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku seperti bambu. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan menjadi bagian integral dari pelestarian budaya.
"Ke depan, kita harus membangun mental dan mindset budaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kampung Paseban telah memulai langkah ini dengan berbagai inisiatif hijau," jelas Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS