Pengasuhan remaja adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi orang tua, terutama ketika anak-anak memasuki fase penuh dinamika emosi dan pencarian identitas diri. Dalam situasi ini, peran orang tua menjadi sangat penting untuk memberikan dukungan dan arahan yang bijaksana.
Namun, tanpa bekal pemahaman yang memadai, komunikasi antara orang tua dan anak sering kali menemui kendala. Menyadari kebutuhan ini, Kampung Halaman dan Rangkul Jogja berkolaborasi mengadakan Seri Kelas Pengasuhan Remaja, sebuah inisiatif yang dirancang untuk membantu orang tua menghadapi tantangan dalam mendampingi anak-anak mereka.
Kelas Pengasuhan untuk Menjawab Tantangan Remaja
Kelas ini dilaksanakan secara offline di Kubah Bambu We Love You(th), Yogyakarta, dengan total 24 peserta. Dirancang dalam empat sesi, kelas ini mengangkat tema-tema penting seperti moodswing dan privasi remaja, peer pressure dan body image, kecerdasan digital, hingga persiapan karier remaja. Dite Anindita, relawan Rangkul Jogyakarta, menjelaskan bahwa materi yang disusun secara berseri ini bertujuan agar peserta mendapatkan pemahaman yang menyeluruh.
“Kalau belajar cuma sepotong, misalnya hanya soal body image atau peer pressure, itu seperti ada yang hilang. Kami ingin orang tua memahami remaja secara utuh,” jelasnya.
Menurut Dite, kelas ini juga dirancang untuk menjawab kebutuhan orang tua yang sering kali merasa tidak memiliki bekal formal dalam pengasuhan. “Orang tua itu kan tidak ada sekolahnya, tidak ada kursusnya. Jadi, kami mencoba membawa informasi ini kepada mereka, agar mereka lebih memahami isu-isu terkini mengenai remaja dan bisa mendampingi anak-anak mereka dengan lebih bijak,” jelasnya.
Pendekatan Dialogis yang Membuka Wawasan Baru
Sesi kelas dimulai dengan menonton video pendek yang membahas isu-isu remaja, kemudian dilanjutkan dengan sesi berbagi cerita antar orang tua. Metode ini dirancang untuk menciptakan ruang diskusi yang mendalam dan saling belajar antar orang tua.
Theresia Wuryantari, seorang single parent yang mengikuti kelas ini, mengaku bahwa kelas ini memberikan banyak manfaat, meskipun ia sudah memiliki pengalaman belajar mandiri melalui membaca buku dan berdiskusi dengan lingkungannya yang mendukung.
“Sharing dengan orang tua lain memberikan banyak wawasan baru. Saya merasa tidak sendiri menghadapi tantangan ini. Tips dan strategi dari orang tua lain sangat membantu saya menjadi orang tua yang lebih baik,” ungkapnya.
Theresia juga berharap dapat terus belajar untuk mendukung anaknya yang memiliki kebutuhan khusus agar mampu mencapai cita-citanya. “Harapannya, saya bisa menjadi ibu yang mendampingi dia tumbuh menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain,” tambahnya.
Membangun Komunikasi yang Sehat Antara Orang Tua dan Anak
Dite menekankan bahwa komunikasi yang sehat antara orang tua dan remaja adalah kunci utama dalam pengasuhan. Banyak remaja merasa kesulitan bercerita kepada orang tua karena takut dihakimi atau dimarahi. “Remaja itu sering berada di posisi serba salah, belum dianggap dewasa, tapi juga sudah tidak dianggap anak-anak lagi. Di saat seperti ini, mereka membutuhkan pendampingan yang bijak,” ujarnya.
Lebih jauh, Dite mengungkapkan harapannya agar kelas ini memberikan manfaat yang seimbang bagi orang tua dan anak. “Harapannya sih jadi ada dampak positif, sama-sama win-win solution antara orang tua dan anak,” ungkapnya.
Dengan pendekatan ini, kelas pengasuhan diharapkan dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis dalam keluarga dan memberikan ruang bagi orang tua serta anak untuk saling memahami.