Komunitas Kelas Semesta sebuah inisiatif pembelajaran berbasis pengabdian dari Program Studi Psikologi Universitas Jambi, menggelar kegiatan workshop dan psikoedukasi bertema “Kepercayaan Diri: Berani Tampil, Berani Percaya” yang diikuti oleh para penyandang disabilitas dari berbagai komunitas di Kota Jambi bertempat di Aula Anak Perpustakaan dan Arsip Daerah Jambi, Rabu (5/6/2025).
Mengusung pendekatan kolaboratif yang inklusif, kegiatan ini menjadi ruang dialog dan pembelajaran dua arah antara mahasiswa Psikologi Universitas Jambi dengan para peserta penyandang disabilitas. Tidak hanya berfokus pada aspek edukatif, kegiatan ini juga mendorong terciptanya suasana emosional yang suportif dan memberdayakan, sejalan dengan semangat psikologi komunitas yang menjadi basis mata kuliah “Asesmen dan Intervensi Komunitas”.
Workshop dan psikoedukasi ini menghadirkan narasumber utama Siti Rohma Rostanti, M.Psi., Psikolog, seorang praktisi psikologi yang berpengalaman dalam isu-isu pengembangan diri dan pemberdayaan kelompok marjinal, khususnya dalam konteks disabilitas. Dalam paparannya, Siti menekankan pentingnya membangun kepercayaan diri bukan hanya dari aspek personal, tetapi juga melalui dukungan lingkungan sosial yang inklusif dan tidak diskriminatif.
“Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang terbentuk secara instan. Ia tumbuh dari pengalaman dihargai, didengarkan, dan diakui keberadaannya dalam ruang sosial,” ujar Siti dalam sesi pembuka psikoedukasi.
Dalam kesempatan tersebut, Siti juga mengajak peserta untuk mengeksplorasi konsep self-efficacy, atau keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi tantangan. Melalui diskusi interaktif dan simulasi sederhana, para peserta diajak merefleksikan pengalaman mereka dalam menghadapi stigma dan membangun keteguhan batin di tengah keterbatasan fisik maupun sosial.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Rion Nofrianda, S.Psi., M.Psi., Psikolog dosen pengampu mata kuliah Asesmen dan Intervensi Komunitas. Dalam sambutannya, Rion menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari implementasi pendidikan psikologi yang berpihak pada kemanusiaan.
“Kegiatan ini adalah wujud pengintegrasian antara ilmu, nilai, dan aksi. Mahasiswa tidak hanya belajar dari buku dan ruang kelas, tetapi juga menyentuh langsung realitas sosial di sekitarnya. Kami percaya bahwa keberdayaan komunitas dibangun melalui relasi setara antara akademisi dan masyarakat,” ujar Rion.
Lebih lanjut, Rion mengungkapkan bahwa kehadiran para penyandang disabilitas dalam ruang psikoedukasi ini bukan hanya sebagai peserta, tetapi juga sebagai subjek yang membawa narasi dan pengalaman hidup yang penting untuk didengar dan dipelajari.
Dalam kegiatan ini, Rion turut didampingi oleh M. Tri Fria Chandra, M.Psi., Psikolog, yang juga merupakan dosen Program Studi Psikologi Universitas Jambi. Tri Fria menekankan bahwa kegiatan ini menjadi kesempatan penting bagi mahasiswa untuk memahami secara langsung dinamika intervensi psikologi komunitas berbasis kekuatan (strength-based approach), khususnya dalam konteks kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.
Rangkaian kegiatan terbagi dalam tiga sesi utama, yaitu psikoedukasi, lokakarya interaktif, dan refleksi kelompok. Dalam sesi psikoedukasi, narasumber membahas dimensi-dimensi psikologis dari kepercayaan diri, seperti pembentukan konsep diri, pengaruh lingkungan, serta dinamika penerimaan diri pada individu dengan kebutuhan khusus. Disampaikan pula strategi-strategi praktis untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri melalui afirmasi, penguatan sosial, dan manajemen emosi.
Sesi kedua adalah lokakarya yang difasilitasi oleh mahasiswa anggota Kelas Semesta Community. Dalam kelompok kecil yang sudah ditentukan sebelumnya, peserta diajak untuk berbagi cerita tentang pengalaman hidup mereka yang berkaitan dengan kepercayaan diri. Mahasiswa bertindak sebagai fasilitator yang membantu menggali kekuatan personal yang dimiliki oleh setiap peserta.
Menariknya, lokakarya ini juga disertai dengan sesi kreatif berupa workshop membuat phone strap yang menarik. Melalui aktivitas merangkai manik-manik dan aksesori kecil, peserta diajak mengekspresikan diri secara visual dan simbolik. Setiap phone strap menjadi cerminan identitas dan kekuatan unik dari masing-masing peserta. Aktivitas ini tidak hanya melatih keterampilan motorik halus, tetapi juga menjadi sarana refleksi diri yang menyenangkan dan inklusif.
Salah satu tujuan utama dari kegiatan ini adalah membangun relasi yang setara antara mahasiswa dan masyarakat. Oleh karena itu, Kelas Semesta Community merancang kegiatan ini dengan pendekatan partisipatoris, di mana peserta tidak hanya menjadi objek penerima informasi, tetapi juga sebagai subjek yang aktif dan dihargai.
Dalam pernyataannya, tim komunitas kelas semesta, Alesya menyampaikan bahwa semua mahasiswa telah dibekali pelatihan dasar mengenai komunikasi empatik dan prinsip-prinsip inklusi sebelum kegiatan dilaksanakan.
“Kami ingin memastikan bahwa teman-teman disabilitas merasa dihargai dan didengar. Ini bukan kegiatan satu arah. Kami belajar bersama,” ujarnya.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari komunitas penyandang disabilitas yang hadir. Salah seorang peserta dari Komunitas Tuli Jambi, dengan bantuan penerjemah bahasa isyarat, menyampaikan rasa terima kasih dan harapannya agar kegiatan semacam ini dapat dilanjutkan secara berkala.
“Kami merasa dilibatkan, tidak hanya diundang. Kami ingin ada lebih banyak ruang seperti ini, di mana suara kami bisa didengar.”
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Program Studi Psikologi Universitas Jambi kembali menegaskan komitmennya dalam membangun pendidikan tinggi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Tidak hanya mencetak lulusan yang cakap secara akademis, tetapi juga memiliki sensitivitas sosial dan keberpihakan pada kelompok rentan.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung visi nasional menuju Indonesia yang lebih inklusif, di mana hak-hak penyandang disabilitas dipenuhi secara adil dan setara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Kepala Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi, yang turut hadir dan menyambut peserta di awal kegiatan, menyampaikan dukungan terhadap kegiatan berbasis masyarakat seperti ini. Beliau berharap Perpustakaan Daerah dapat menjadi ruang publik yang ramah dan terbuka bagi semua kalangan, termasuk kelompok disabilitas.
Workshop dan psikoedukasi yang digelar Kelas Semesta Community ini menjadi bukti bahwa inklusivitas bukan sekadar jargon, tetapi sebuah sikap yang harus diwujudkan melalui aksi nyata. Dengan melibatkan teman-teman disabilitas dalam ruang belajar bersama, kegiatan ini telah meruntuhkan batas antara “kami” dan “mereka”, menggantinya dengan semangat kolaboratif sebagai “kita”.
Ke depan, Program Studi Psikologi Universitas Jambi merencanakan untuk mengembangkan program serupa dalam skala yang lebih luas dan berkelanjutan, termasuk membangun jejaring kemitraan dengan lembaga-lembaga disabilitas di Provinsi Jambi.
Sebagaimana disampaikan oleh Siti Rohma Rostanti, “Mereka tidak butuh dikasihani, mereka hanya butuh didampingi dan dipercayai.” Kalimat ini menjadi penanda semangat kegiatan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan dalam praktik psikologi.