Bukan Perampokan Biasa! Otoritas Peru Duga Staf KBRI Dieksekusi Pembunuh Bayaran

M. Reza Sulaiman
Bukan Perampokan Biasa! Otoritas Peru Duga Staf KBRI Dieksekusi Pembunuh Bayaran
Suasana kediaman staf KBRI di Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba (40), dipenuhi karangan bunga duka cita yang berada di kawasan Villa Gunung Lestari, Kelurahan Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten [Suara.com/Antara]

Misteri kematian tragis diplomat Indonesia di Peru, Zetro Leonardo Purba, memasuki babak baru yang jauh lebih kelam dan mengerikan. Awalnya, pemerintah kita menyebut kasus ini "mirip perampokan".

Tapi, kini pemerintah Peru sendiri yang membongkar fakta yang jauh lebih brutal: ini adalah eksekusi terencana, diduga kuat dilakukan oleh pembunuh bayaran!

Fakta ini sontak mengubah kasus yang tadinya dianggap kejahatan jalanan biasa, menjadi sebuah konspirasi tingkat tinggi yang bikin merinding.

Mendagri Peru Buka Suara: "Ini Pembunuhan Kontrak"

Kecurigaan ini bukan lagi sekadar gosip. Menteri Dalam Negeri Peru, Carlos Malaver, secara terang-terangan menyebutnya di hadapan parlemen.

"Serangan itu adalah pembunuhan yang memenuhi syarat pembunuhan kontrak," kata Malaver, seperti dilansir oleh Associated Press, Jumat (5/9/2025).

Apa yang membuatnya seyakin itu? Ada dua fakta kunci yang sangat kuat. Pertama, tidak ada satu pun barang berharga Zetro yang diambil. Kalau ini perampokan, kenapa dompet, HP, atau sepedanya tidak digasak?

Kedua, cara eksekusinya yang sangat dingin dan terarah. "Pelaku menunggunya dan peluru-peluru itu mengenai kepalanya, mereka ingin membunuhnya," tambah Malaver. Ini bukan lagi soal mengancam, ini adalah misi untuk menghabisi nyawa.

Detik-detik Mengerikan Terekam CCTV

Klaim ini diperkuat oleh dua rekaman CCTV yang sudah dirilis oleh kepolisian Peru. Dalam video itu, terlihat jelas bagaimana seorang pria berhelm dengan tenang menembak Zetro sebanyak dua kali hingga korban langsung tersungkur.

Seolah belum cukup, si pelaku kemudian menembakkan peluru ketiga sebelum dengan santai melarikan diri menggunakan sepeda motor yang sudah menunggu bersama rekannya. Sebuah modus operandi yang sangat khas pembunuh profesional.

Indonesia Ngamuk, Peru Kirim Surat Langsung ke Prabowo

Tentu saja, pemerintah Indonesia bereaksi keras. Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menuntut Peru untuk melakukan "investigasi menyeluruh, transparan, and cepat."

Tekanan diplomatik ini sepertinya berhasil. Pemerintah Peru memberikan jaminan penuh. Bahkan, Presiden Peru, Dina Boluarte, sampai turun tangan langsung.

Ia mengirimkan surat resmi kepada Presiden Prabowo Subianto, menyampaikan duka cita sekaligus memberikan jaminan.

Menteri Luar Negeri Peru, Elmer Schialer, membacakan isi surat itu. "Ibu Presiden juga meyakinkan Presiden Prabowo, semua sumber daya yang diperlukan sedang dikerahkan... untuk mengidentifikasi pelaku intelektual dan material dari tindakan kekerasan ini," kata Schialer.

Penggunaan kata "pelaku intelektual" ini sangat penting. Ini adalah pengakuan bahwa ada "otak" di balik penembakan ini, bukan cuma eksekutor di lapangan.

Pertanyaan Terbesar: Siapa yang Menginginkan Zetro Mati?

Kini, pertanyaan terbesar bukan lagi "bagaimana", tapi "mengapa" dan "siapa". Zetro baru bertugas di Peru selama lima bulan. Apa yang ia kerjakan selama waktu singkat itu sampai ada pihak yang rela menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisinya?

Kasus ini masih terus diselidiki. Jenazah Zetro, yang meninggalkan seorang istri dan tiga anak, akan segera dipulangkan ke tanah air.

Tapi misteri di balik kematiannya akan terus menghantui, sebuah pengingat kelam tentang betapa berbahayanya tugas seorang diplomat di negeri orang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?